Senior Partner HHP Law Firm Ditunjuk Sebagai G20 EMPOWER Advocate
Terbaru

Senior Partner HHP Law Firm Ditunjuk Sebagai G20 EMPOWER Advocate

Hal yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi Indri Pramitaswari Guritno adalah fakta bahwa dirinya menjadi satu-satunya lawyer yang ditunjuk menjadi seorang G20 EMPOWER advocate.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit
Senior Partner HHP Law Firm, Indri Pramitaswari Guritno. Foto: Istimewa
Senior Partner HHP Law Firm, Indri Pramitaswari Guritno. Foto: Istimewa

Gelaran G20 tahun ini, Indonesia dipercayakan dunia untuk memegang kendali presidensi. Ajang yang akan menggelar 150 pertemuan tingkat pimpinan, menteri, deputi, hingga working group ini dimulai pada 1 Desember 2022 mendatang. Berkenaan dengan ajang internasional itu, Senior Partner HHP Law Firm (Hadiputranto, Hadinoto & Partners), anggota firma Baker McKenzie di Indonesia, Indri Pramitaswari Guritno ditunjuk sebagai G20 EMPOWER Advocate.

“Kami merasa terhormat Senior Partner kami, Indri Guritno telah ditunjuk sebagai G20 EMPOWER Advocate untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan,” demikian bunyi publikasi yang dimuat dalam halaman LinkedIn HHP Law Firm, Sabtu (5/3/2022) lalu.

Mita, sapaan akrabnya, mengkonfirmasi penunjukkannya sebagai G20 EMPOWER Advocate yang telah dimulai sejak Februari 2021 lalu kepada Hukumonline ketika dihubungi melalui sambungan telepon, Jum’at (11/3/2022). Awalnya, dia kerap diundang sebagai pembicara dalam berbagai kegiatan training mengenai pemberdayaan wanita dari Indonesian Global Compact Network (IGCN). Dengan keaktifannya itu sebagai seorang advokat yang proaktif bersuara dalam bidang women empowerment, kemudian namanya diusulkan menjadi G20 EMPOWERMENT Advocate.

Setelah diusulkan, dia dipanggil oleh Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak RI untuk ditanyakan kesediaannya atas posisitersebut. Karena rasa ketertarikan yang besar terhadap dunia women empowerment, Mita menyatakan kesediaannya. Dari situ, undangan untuknya hadir di acara G20 tahun ini pun keluar. “For sure I'm feeling very honored ya, karena tidak semua orang dapat kesempatan itu. Dan women empowerment memang suatu area yang I'm interested to be more involved with. Yang diundang juga orang-orangnya inspiring. So, for me, it’s really an honor,” ujarnya.

Baca:

Adapun para advocate yang terpilih tidak hanya terbatas kaum perempuan, tetapi juga ada laki-laki. Semuanya berasal dari berbagai bidang keahlian dengan rata-rata memegang posisi tinggi sebagai ketua di tempatnya bekerja. Hal yang menjadi kebanggaan tersendiri bagi Mita adalah fakta bahwa dirinya menjadi satu-satunya lawyer yang diundang menjadi seorang G20 EMPOWER advocate.

Tugas dan fungsi dari advocate yang dia jalani tidak lain adalah memperhatikan dan mengkampanyekan paham women empowerment bukan hanya melalui lingkup Pendidikan, namun juga bisa dari meeting, training, dan lain sebagainya. Dengan banyaknya potensi wanita yang menggerakan perekonomian bangsa, diharapkan keberadaan advocate yang ada dapat memberikan pemahaman dan memberdayakan para wanita agar memahami hasrat, hak-hak, ataupun perlindungan yang sepatutnya mereka miliki.

Jabatannya sebagai G20 EMPOWER Advocate ini akan berlaku selama sekitar 2 tahun terhitung sejak 2021 dan berakhir pada tahun 2023. Mita menuturkan alasan dirinya tertarik akan pemberdayaan perempuan tidak jauh dari lingkungan dia “dibesarkan” selama ini yaitu HHP Law Firm (member of Baker & McKenzie International) yang dahulu didirikan oleh dua orang perempuan, Hadiputranto dan Hadinoto.

“Jadi dari awal pun sudah pioneer. Pioneer dalam artian pada tahun 1989 mungkin tidak banyak founder law firm yang merupakan seorang wanita. Jadi memang kita, terutama saya, dibeserkan di lingkungan yang tidak pernah memandang gender untuk getting ahead dalam perusahaan. Prinsip itu yang sebenarnya saya sebarkan dan ingin tanamkan ke tempat lain.”

Meski beruntung tidak pernah mengalami diskriminasi dirinya sebagai perempuan, namun Mita menyesalkan akan masih banyak di tempat-tempat lainnya atau lingkungan yang dia lihat masih didapati sedikit gender biased. Bahkan dalam beberapa training atau seminar yang dia hadiri, masih ada pertanyaan seperti ada peserta wanita yang di kantornya memiliki pembagian tugas untuk menyediakan minuman atau dituntut menggunakan baju tertentu yang “appealing to men” hanya karena dirinya perempuan. Padahal, itu terjadi di Jakarta sebagai ibu kota metropolitan yang mana arus informasi telah banyak beredar.

Untuk itu, eksistensi advocate menjadi penting untuk memastikan para wanita untuk dapat diberdayakan sebagaimana mestinya.serta ditanamkan pemahaman kesempatan dan pandangan yang seharusnya terbuka bagi perempuan. Sehingga, para advocate dapat memberi alat yang esensial untuk memberdayakan dan membuat wanita lebih percaya diri dalam menjaga dan berjuang untuk hak mereka.

Ia memandang masih terdapat perempuan yang tidak berani untuk speak up atau tidak memiliki kepercayaan diri yang cukup, sehingga tidak siap atau tidak berani menyampaikan kemauan mereka. Mita mengingatkan perbedaan yang ada hanya sebatas kodrati yang tidak dapat diubah saja seperti perempuan yang bisa memiliki anak dan menjadi seorang ibu. Selebihnya, tidak ada perbedaan antara perempuan dan laki-laki.

“Sebagai perempuan itu you need to be aware tentang kodratnya. As a mother adalah kodrat yang tidak bisa diubah, sebagai anak itu juga kodrat. Itu yang tidak berubah. Tapi di luar itu, Kalau kamu mau belajar, kamu punya passion, kamu punya interest and willingness, dan kamu yakin apa yang kamu kerjakan itu benar, itu seharusnya tidak ada yang menghalangi kamu untuk mengejar apa yang kamu mau. Because I practice that myself. Sampai sekarang sudah menjadi lawyer lebih dari 25 tahun, and I still work quite hard, I think my daughter can say that too.”

Sebagai advocate bidang pemberdayaan wanita, dirinya berpesan bagi kaum perempuan untuk menjadi kuat, percaya diri, dan berani. “Be strong, confident, and be brave. Karena menurut saya if you have those qualities, woman can do everything. Menurut saya, woman is a multi-tasker. Someone who can multi task and if they have those three qualities at least, they can do everything,” tutupnya.

Seperti diketahui, agenda pertemuan dalam G20 nantinya mencakup 5 bentuk sebagaimana dilansir dari laman twitter resmi Sekretariat Kabinet @setkabgoid, Jum’at (4/3/2022) lalu. Pertama, engagement groups meeting yakni pertemuan berupa forum dialog yang membahas isu tertentu secara khusus. Kedua, working groups meetings dimana dilakukan pembahasan mengenai isu prioritas sektor dengan kelompok kerja sebagai pengampu.

Ketiga, deputies and sherpa meetings, deputies meetings merupakan bagian dari finance track (jalur keuangan), lain halnya dengan sherpa meetings yang bagian sherpa track (jalur non keuangan). Keempat, ministerial meetings yaitu pertemuan tingkat menteri sesuai sektor pembahasan pada working groups. Kelima, konferensi tingkat tinggi/leaders’ summit yang menjadi puncak dari segala proses pertemuan G20, rapat bagi para kepala negara/pemerintahan.

Tags:

Berita Terkait