Selamat Jalan Meneer Sebastiaan Pompe
Utama

Selamat Jalan Meneer Sebastiaan Pompe

‘Sebelum pulang, mungkin ada yang mau membeli mobil saya'.

Aru
Bacaan 2 Menit
Selamat Jalan <i>Meneer</i> Sebastiaan Pompe
Hukumonline

 

Usai pembacaan sambutan, tiba-tiba Gregory Churchil, foreign counsellor ABNR, merangsek maju sambil membawa sebuah tas. Rupanya, Greg ingin memberikan sesuatu, sebuah boneka yang menggambarkan Bas sebagai seorang hakim agung, lengkap dengan kopiah hitamnya. Saya bukan boneka, kata Greg sambil memainkan boneka, entah apa maksudnya. Mungkin Greg hendak menyindir independensi peradilan.

 

Begitu dekatnya Bas dengan dunia peradilan Indonesia kian kentara ketika Direktur Eksekutif Pusat Studi Hukum dan Kebijakan Indonesia (PSHK), Bivitri Susanti memberikan sebuah karikatur. Digambarkan, Bas membawa peralatan layaknya tukang bangunan dengan latar belakang tembok bertuliskan MA yang sedang dibangun. Itu mau membangun atau menghancurkan, ledek hadirin, tentu saja dengan nada guyon.

 

Acara perpisahan yang gayeng itu dihadiri oleh puluhan sahabat Bas dari bermacam latar belakang. Terlihat hakim agung Artidjo Alkostar, konsultan hukum senior Arif T. Surowidjojo, Direktur Eksekutif Lembaga Kajian dan Advokasi untuk Independensi Peradilan (LeIP) Rifki Assegaf, mantan Menteri Sekretaris Negara, Marsilam Simanjuntak dan tidak ketinggalan Pemimpin Umum hukumonline, Ibrahim Sjarief Assegaf juga nongol dalam acara tersebut.

 

Usai menyantap hidangan tuan rumah, suasana menjadi semakin gayeng saat aktifis PSHK-LeIP mempersembahkan tiga buah lagu buat Bas. Yang pertama, Nowhere Man-nya The Beatles, disusul lagu dangdut Bang Toib yang syair dan judulnya digubah menjadi Bang Pompe. Lagu yang dibawakan dengan gitar akustik dan galon air itu ditutup dengan lagu yang cukup syahdu tanah airku.

 

Lagu yang dibawakan aktifis LSM tersebut cukup menghibur. Terbukti hadirin dalam acara tersebut, bertingkah layaknya penonton dalam konser sebuah grup band, meminta agar band dadakan itu menyanyikan lagu-lagu lain. Sayang, karena memang bukan band profesional, permintaan tidak dapat dipenuhi. Maklum cuma tiga lagu yang kita siapkan, kilah Rifqi yang mengaku manajer band dadakan itu.

 

Overall, acara perpisahan tersebut berlangsung cukup menarik, meski tidak ada tetes air mata dan isak tangis seperti biasanya dalam acara perpisahan. Bas terlihat bahagia berada di dekat koleganya di Indonesia. Namun demikian, jika serius ingin menjual mobilnya, tentu Bas akan lebih bahagia jika mobil kijangnya laku terjual. Itung-itung tambahan ongkos pulang ya Bas. Selamat jalan Meneer Bas, kita akan merindukan jij.

 

Ini nyata, bukan fiksi. Sebastiaan Pompe, pemerhati hukum Indonesia berniat menjual mobil kijangnya sebelum kembali ke negeri kincir angin, Belanda yang dijadwalkan April depan. Niat Bas, panggilan akrab Pompe ini disampaikan pada acara perpisahan yang diselenggarakan di kediamannya yang terletak di kawasan Kemang, Sabtu (18/3).

 

Awalnya, guyonan yang hendak dilemparkan Bas saat menyampaikan sambutan itu terasa garing. Dalam sambutannya, Bas menceritakan perbedaan kehidupan yang ia jalani saat masih Belanda dengan di Indonesia. Di Belanda Bas mengaku sama sekali tidak mengenal seluk beluk mobil. Kondisi ini berbeda saat ia tinggal di Indonesia.

 

Di Indonesia, karena kondisi jalanan yang macet luar biasa, mobil menjadi rumah kedua. Begitu vitalnya mobil, Pompe sampai memasang lampu khusus sebagai alat bantu membaca. Tak lupa, bangku mobil ia tata sedemikian rupa sehingga nyaman untuk digunakan tidur.

 

Garing bukan? Eit, tunggu dulu, ternyata cerita Bas itu masih pengantar. Setelah itu dengan datar ia menawarkan Yah sebelum saya pulang, mungkin ada yang mau membeli mobil saya. Kontan ucapan Bas itu mengundang tawa peserta acara. Wah ini namanya penawaran terselubung, timpal salah seorang hadirin.

Tags: