Sekjen Depnakertrans Diduga Ikut Berperan Aktif
Berita

Sekjen Depnakertrans Diduga Ikut Berperan Aktif

Sekjen Depnakertrans disebut-sebut mengarahkan panitia proyek pengadaan untuk melakukan penunjukan langsung dan menghimpun dana taktis dari para rekanan. Seorang auditor BPK diduga ikut menikmati uang proyek tersebut.

M-1
Bacaan 2 Menit

 

Dalam proyek pengadaan barang senilai Rp50 miliar itu, Tazwin adalah pimpinan proyeknya. Sementara Bachrun adalah atasan langsung Tazwin. Secara struktural, Bachrun menjabat sebagai Sesditjen Binapendagri di Depnakertrans.

 

Kejanggalan dari proyek ini bermula dari metode penentuan perusahaan rekanan proyek. Bukannya memakai metode tender seperti yang diamanatkan Keppres No. 80 Tahun 2003, mereka malah menggunakan metode penunjukan langsung.

 

Penunjukan langsung, kata Tazwin, dilakukan atas arahan Sekjen Depnakertrans, Tjepy F. Aleowie. Kami mendapat arahan dari Sekjen bahwa metode penunjukan langsung dipakai untuk seluruh proyek Anggaran Biaya Tambahan di semua jajaran Depnakertrans, ujarnya di persidangan.

 

Terkait dengan proyek pengadaan barang ini, Tazwin mengaku membuat enam rekening bersama dengan para rekanan. Hal ini atas sepengetahuan Bachrun. Tujuannya adalah untuk mengamankan keuangan negara karena uang proyek sudah dibayar kepada rekanan walau pekerjaan belum dimulai. Agar rekanan tidak bisa mencairkan tanpa izin Saya, kata Tazwin.

 

Lagi-lagi Tazwin mengatakan bahwa ide pembuatan rekening bersama datang langsung dari Sekjen. Hal ini dituangkan dalam salah satu poin surat dari Sekjen perihal pengangkatan Tazwin sebagai pimpinan proyek.

 

Selain enam rekening bersama, Tazwin juga membuat rekening dengan bendahara proyek, Monang Tambunan. Pembukaan rekening bertujuan untuk menghimpun dana taktis dari rekanan, dimana kemudian terkumpul dana sebesar Rp2,8 miliar. Selanjutnya Tazwin membagi-bagikan dana itu kepada beberapa panitia, termasuk Bachrun Efendi yang beroleh jatah sebesar Rp150 juta.

 

Tazwin mempunyai pembelaannya sendiri atas adanya rekening senilai Rp2,8 miliar ini, Kami memiliki beban dari Sekjen yang harus kami pikul. Untuk mendapat anggaran (proyek, red) tersebut, Sekjen memerlukan dana terlebih dulu. Jadi kami punya kewajiban untuk mengumpulkan dana taktis kepada rekanan untuk keperluan pembahasan anggaran proyek di DPR, bela Tazwin.

Halaman Selanjutnya:
Tags: