Safita Narthfilda: Karena Setiap Perempuan Adalah Kartini
Hukumonline’s NexGen Lawyers 2019

Safita Narthfilda: Karena Setiap Perempuan Adalah Kartini

Dahulu, perempuan serba tidak boleh. Kini, perempuan dituntut untuk serba bisa.

CT-CAT
Bacaan 2 Menit

 

“Aku bersyukur bisa terlibat dalam proyek high-speed rail Jakarta-Bandung,” jawabnya.

 

Transaksi itu pula yang mengantarkan OSP memenangkan penghargaan Indonesia Deal of the Year dan Project Finance Deal of the Year dari Asian Legal Business – Indonesia Awards 2018.

 

But life isn’t all about work.

 

Safita menyadari betul bahwa hidup adalah seni bermain berbagi peran. Di tengah kesibukannya di OSP, ia berkomitmen untuk menjadi pasangan yang baik bagi suami, sekaligus ibu yang baik bagi kedua buah hatinya. Sebagai ibu, Safita berkomitmen agar kedua anaknya mendapatkan yang terbaik. Sebagai contoh, ia berkomitmen agar kedua anaknya dapat menikmati ASI selama dua tahun penuh.

 

Sedapat mungkin, Safita ingin terlibat langsung dalam tumbuh kembang anaknya, Anais (3 tahun) dan Sofia (5 bulan). Baginya, hadir untuk anak merupakan sesuatu yang tidak dapat ditawar. Bagaimana cara mengelola waktu? Safita pun berbagi tips.

 

“Delegasi dan komunikasi, itu intinya,” jawabnya.

 

Safita menjelaskan, jika di pekerjaan, terdapat partner dan junior associate sebagai anggota tim, dalam keluarga pun ada suami dan pengasuh sebagai rekan kerja.

 

Tak berhenti disitu, Safita kini memiliki kesibukan baru: memasak. Awalnya tidak sengaja, ia iseng melihat resep di internet. Sebagai penggemar masakan Manado, ia ingin sekali bisa memasak ayam woku. Ternyata resep kreasinya bersama asisten rumah tangganya (ASN) menuai pujian, dan teman-temannya pun banyak yang memesan. Jadilah ia membuka pesanan ayam woku setiap minggunya. Dalam praktiknya, Safita bersama suaminya mengawasi dan mengelola pesanan sementara sang ASN menyiapkan bumbu dan memasak.

 

Usut punya usut, Safita memiliki tujuan tersendiri terjun di bisnis kuliner. Apa itu?

 

“Kebetulan Mbak di rumah itu sama seperti mamaku. Dia single parent. Aku ingin memberdayakan Mbak di rumah supaya bisa memiliki penghasilan tambahan untuk pendidikan anak dan tabungan. Mungkin jumlahnya tidak seberapa, tapi bukan itu intinya,” ujar dia.

 

Safita ingin menumbuhkembangkan semangat Kartini kepada lingkungan terdekatnya. Bahkan, ia merangkul ibu-ibu tukang sayur di dekat rumahnya sebagai pemasok bahan dan bumbu ayam wokunya. Apa tidak repot?

Tags:

Berita Terkait