Tidak ada target
Mengenai recovery aset atas L/C fiktif senilai Rp1,7 triliun, Arwin Rasyid, mengemukakan bahwa itu menjadi tanggung jawab direksi baru untuk meningkatkan kinerja perusahaan. "Berilah kami waktu, karena soal recovery masih ditangani aparat (kepolisian)," papar Arwin.
Namun begitu, Arwin menandaskan, pihaknya (direksi baru) tidak memiliki target apakah recovery aset atas skandal L/C fiktif bisa seratus persen kembali. "Soal recovery aset kami tidak bisa bikin target. Inikan bukan bisnis, tapi mengejar sesuatu," jelasnya.
Sedangkan terhadap rencana divestasi saham pemerintah, Arwin mengemukakan bahwa hal itu sudah dipaparkan kepada pemegang saham. Tapi sejauh ini, BNI baru pada tahap penunjukkan penasehat keuangan untuk mencari model yang terbaik bagi penawaran saham BNI.
Dalam RUPSLB juga terungkap beberapa rencana BNI yang telah disetujui pemegang saham untuk meningkatkan performance-nya. Antara lain, kuasi reorganisasi berdasarkan laporan keuangan posisi 30 Juni 2003. Setelah dilakukan kuasi reorganisasi, ekuitas BNI akan mencapai Rp9,51 triliun dari sebelumnya Rp7,119 triliun.
Dengan kuasi reorganisasi diharapkan neraca perseroan dapat menunjukkan nilai sekarang tanpa dibebani dengan defisit, mengingat langkah tersebut merupakan prosedur akuntansi yang mengatur perusahaan merestrukturisasi ekuitasnya tanpa melalui reorganisasi secara hukum. Kuasi reorganisasi dilakukan dengan metode accounting reorganization method.