Rupiah Jeblok, Rupiah Butuh Intervensi
Berita

Rupiah Jeblok, Rupiah Butuh Intervensi

Pemerintah diminta mengurangi impor.

FNH
Bacaan 2 Menit
Rupiah Jeblok, Rupiah Butuh Intervensi
Hukumonline

Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS$) kembali meroket tajam. Di perdagangan pasar uang kemarin, rupiah ditutup melemah 339 poin dibanding level sebelumnya, yakni menuju Rp10.825,5 per dolar. Siang ini, Bank Indonesia (BI) mencatat, rupiah terhadap dolar Amerika Serikat berada pada posisi Rp10.723.

Kondisi ini dinilai mengkhawatirkan perekonomian Indonesia. Ditemui di Komplek Senayan Jakarta, Rabu (21/8) anggota Komisi XI DPR Dolfie OFP mengatakan pemerintah maupun BI harus melakukan intervensi terhadap pergerakan rupiah. "BI dan pemerintah harus intervensi," kata Dolfie.

Menurut Dolfie, BI masih memiliki dua instrumen untuk mengendalikan rupiah. Pertama, menggunakan cadangan devisa. Kendati hingga akhir Juli 2013 cadangan devisa tersisa AS$92,67 miliar, Dolfie berpendapat BI masih memiliki celah untuk melakukan intervensi lewat cadangan devisa.

Kedua, BI bisa menggunakan instrumen menaikkan BI rate. Melalui instrumen ini diharapkan akan menarik minat pelaku pasar untuk menanamkan uang dalam bentuk deposito. Dolfie mengatakan, dua instrumen ini bisa digunakan BI agar pengawalannya terhadap nilai tukar rupiah tidak lepas.

Tetapi, pemanfaatan cadangan devisa untuk mengendalikan rupiah tetap harus menjaga sisa cadangan devisa dalam posisi aman. Perlu memperhatikan kebutuhan impor dan persiapan pembayaran utang luar negeri yang jatuh tempo pada September mendatang. "BI tetap harus menjaga keseimbangan cadangan devisa dalam upaya menjaga stabilitas rupiah," ujarnya.

Pemerintah juga harus segera mengambil kebijakan untuk menjaga stabilitas rupiah. Salah satu langkah penting yang dinilai Dolfie harus diambil pemerintah adalah mengurangi kegiatan impor bahan jadi atau setengah jadi. Pasalnya, aktivitas impor menaikkan kebutuhan akan dolar karena transaksi dilakukan dengan menggunakan mata uang dolar. "Kalau immmpor tidak di rem, rupiah bisa menembus Rp12.000 per dolar AS dalam waktu dekat," imbuhnya.

Selain itu, Dolfie mengatakan, pelemahan rupiah terhadap dolar AS merupakan akibat dari kebijakan pemerintah yang mengutamakan impor bahan jadi untuk kebutuhan dalam negeri. " Kalau melihat neraca perdagangan, impor bahan pangan sangat besar," jelas Dolfie.

Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan kebijakan yang perlu diambil dalam menanggapi kondisi perekonomian Indonesia dan melemahnya rupiah terhadap dolar AS tidak bisa ditanggapi secara reaktif. Kebijakan harus dipersiapkan secara matang dan menyeluruh. "Tidak bisa reaktif, harus dipersiapkan secara menyeluruh," kata Chatib.

Chatib mengakui, persiapan menghadapi kondisi perekonomian Indonesia sudah sudah dipersiapkan oleh pemerintah. Salah satunya keep buying strategy. Strategi ini diyakini Chatib bisa mendorong pertumbuhan ekonomi Indonesia. Kebijakan-kebijakan yang telah disusun oleh pemerintah harus difinalisasi terlebih dahulu agar implementasinya efektif.

"Karena itu, nanti kita lakukan lagi finalisasi terakhir nanti hari Jumat. Dan akan dikeluarkan dalam bentuk paket," pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait