Perubahan Kapasitas Smelter Freeport Belum Disetujui
Berita

Perubahan Kapasitas Smelter Freeport Belum Disetujui

Pekan ini Kementerian ESDM akan memutuskan.

KAR
Bacaan 2 Menit
Kantor Kementerian ESDM. Foto: SGP
Kantor Kementerian ESDM. Foto: SGP
PT Freeport Indonesia berkeinginan mengganti rekanan perekayasa konstruksi (engineering construction) untuk pembangunan fasilitas pengolahan dan pemurnian (smelter) baru di Gresik Jawa Timur. Perubahan rekanan itu dari Outotech menjadi Mitsubishi. Keinginan itu pun telah disampaikan kepada Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM).

"Mereka tadi datang untuk menyampaikan perubahan partnernya dari Outotech jadi Mistsubishi," ujar Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, R. Sukhyar.

Pergantian rekanan itu berdampak pada perubahan kapasitas bahan baku smelter. Awalnya, menurut Sukhyar, bahan baku yang dibutuhkan hanya sebanyak 1,6 juta ton konsentrat tembaga, tetapi karena adanya perubahan rekanan maka berubah menjadi 2 juta ton konsentrat tembaga. Sukhyar menjelaskan,  perubahan kapasitas itu lantaran Mitsubshi ingin membangun pabrik smelter yang lebih besar sehingga lebih ekonomis.

Hanya saja, pihak Kementerian ESDM masih melakukan kajian terhadap permintaan anak usaha Freeport McMorran tersebut. Sukhyar mengungkapkan bahwa pihaknya masih harus melakukan kajian terlebih dahulu. Namun, ia memastikan akan segera member keputusan.

"Belum kami setujui, masih kami assessment. Pekan ini akan kami tentukan," ujarnya.

Kendati belum menyetujui perubahan rekanan, Kementerian ESDM sudah memastikan lokasi pembangunan smelter. Lokasi dipilih di wilayah Jawa Timur. Menurut Direktur Pembinaan dan Pengusahaan Mineral Kementerian ESDM Edi Prasodjo, lokasi smelter tersebut berada di dekat PT Petrokimia Gresik.

"Freeport sudah tentukan lokasi di dekat Petrokimia gresik," kata Edi.

Edi menuturkan, PT Freeport tidak membeli tanah untuk membangunsmelter. Ia mengatakan, alas hak tanah untuk pembangunan itu adalah kerja sama dengan pemilik tanah. Namun Edi enggan membeberkan lebih lanjut bentuk kerja sama yang dimaksud. Ia juga tak menjawab saat ditanya mengenai luas lahan yang akan dijadikan smelter.

"Saya akan cek dulu ke tim ya. Yang jelas mereka sudah ada lokasi di Petrokimia Gresik," ujarnya.

Selain mengubah kebutuhan bahan baku, perubahan rekanan juga mempengaruhi produksi tembaga katoda (copper cathode). Menurut Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Rozik B. Sutjipto, produksi akan meningkat dari 400.000 ton menjadi 500.000 ton per tahun. Namun Rozik mengungkapkan bahwa investasi fasiltas pengolahan dan pemurnian tembaga katoda tidak meningkat signifikan.

“Investasi hampir sama karena teknologi yang digunakan berbeda. Masih sekitar US$2,3 miliar,” katanya.

Rozik mengungkapkan, perusahaannya memilih mengubah rekanan terkait dengan target produksi. Ia menjelaskan, langkah tersebut diambil untuk melakukan penyesuaian produksi konsentrat pasca 2021. "Untuk menyesuaikan dengan kapasitas produksi konsentrat pasca 2021," ujarnya.
Tags:

Berita Terkait