Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Melambat
Tahun Politik:

Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Melambat

Pesta demokrasi tidak memberikan dorongan yang banyak terhadap pertumbuhan ekonomi.

FNH
Bacaan 2 Menit
Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Melambat
Hukumonline

Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif dan pemilihan presiden/wakil presiden akan dilaksanakan pada 2014 mendatang. Sebagai tahun politik, 2014 mendatang tak bisa diharapkan untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Sejumlah agenda perekonomian bakal terhambat.

Penilaian itu disampaikan Direktur Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Ahmad Erani Yustika dalam Seminar Nasional Proyeksi Ekonomi Indonesia di Jakarta, Selasa (26/11). "Pertumbuhan ekonomi tahun depan tidak bisa diharapkan banyak," ucapnya.

Dikatakan Erani, perlambatan pertumbuhan ekonomi pada 2014 tidak dapat diartikan ekonomi yang tidak bertumbuh sama sekali. Ia menjelaskan, akan ada pertumbuhan ekonomi pada tahun depan, namun kecil dengan kisaran 0,1-0,2 persen.

Pertumbuhan ekonomi yang ditopang oleh konsumsi masyarakat pun tidak bisa memberikan pertumbuhan yang signifikan. Memang, lanjutnya, tahun pemilu akan memberikan kontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi karena masa politik akan mendorong konsumsi masyarakat seiring dengan adanya kampanye-kampanye yang dilakukan.

Akan tetapi ia mengingatkan, pemilu tak dapat dijadikan andalan yang dapat menopang pertumbuhan ekonomi. Kontribusi konsumsi dari pesta pemilu tersebut tidak besar. Jika pertumbuhan ekonomi diharapkan dapat bertumbuh dengan baik tahun depan, maka akan sangat ditentukan oleh kinerja ekspor dan investasi, yang selama ini menjadi pendorong pertumbuhan ekonomi selain konsumsi nasional.

Melihat perkembangan ekonomi Indonesia tahun ini, Erani menilai kondisi perekonomian tahun depan tak jauh lebih baik ketimbang tahun ini. Hal tersebut disebabkan faktor eksternal atau internal yakni perekonomian global yang belum kunjung membaik. "Saya kira petanya tahun depan akan sama dengan tahun ini," ungkapnya.

Untuk itu, pemerintah diharapkan harus bekerja keras memperbaiki kendala-kendala yang dihadapi belakangan ini seperti defisit transaksi berjalan, defisit neraca perdagangan dan beberapa lainnya. Sedangkan untuk nilai tukar rupiah, diprediksi masih akan berada pada kisaran Rp10.500 per dolar Amerika Serikat (AS) dan inflasi tidak lebih dari 6 persen. "Pertumbuhan ekonomi 5,5-5,8 masih bisa tercapai dengan syarat memperbaiki kinerja ekspor serta nilai tambah dan diversifikasi pasar dan produk," jelas Erani.

Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Mirza Adityaswara menegaskan kondisi ekonomi Indonesia saat ini tak dapat dikatakan krisis. Hal itu mengingat fundamental negara yang masih kuat. "Saat ini tidak ada krisis, hanya turbulance di pasar keuangan," kata Mirza pada acara yang sama.

Pelemahan nilai tukar rupiah yang saat ini mencapai Rp11.500 per dolar AS, dinilai Mirza sebagai level yang cocok untuk situasi perekonomian Indonesia saat ini. Pada posisi tersebut, nilai tukar rupiah merupakan angka yang baik untuk mempersempit transaksi berjalan yang mencapai 3,8 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).

Mirza juga mengingatkan ekonomi AS yang perlahan mulai bertumbuh. Pertumbuhan ekonomi AS akan memperngaruhi pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2014 mendatang. Bank Sentral AS akan menarik likuiditas (tapering off) yang diperkirakan akan dilakukan pada tahun depan.

Dengan perkiraan tersebut, Indonesia harus siap menghadapi kemungkinan taperingg off pada tahun depan yang hanya tinggal menghitung hari saja. Indonesia harus segera membenahi defisit transaksi berjalan dengan cara mengurangi impor barang non produktif, minyak dan sebagainya.

"Upaya ini nantinya akan diikuti dengan bauran kebijakan lain untuk menurunkan inflasi dan mempersempit defisit transaksi berjalan," pungkasnya.

Tags: