Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Lebih Rendah
Berita

Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Lebih Rendah

Harus ada perbaikan kegiatan-kegiatan produktif seperti ekspor dan pengurangan volume impor migas.

FAT
Bacaan 2 Menit
Pertumbuhan Ekonomi Diperkirakan Lebih Rendah
Hukumonline

Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia hingga akhir tahun akan lebih rendah dari perkiraan sebelumnya. Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi pada kuartal IV-2013 akan sebesar 5,7 persen.

"Jadi mungkin di kuartal IV sedikit lebih rendah karena setahunnya akan menjadi 5,7 persen untuk pertumbuhan ekonomi Indonesia," kata Agus di komplek perkantoran BI di Jakarta, Jumat (8/11).

Ia mengatakan, jika ingin ada perbaikan pertumbuhan ekonomi, maka perlu ada perbaikan di kegiatan-kegiatan produktif, seperti ekspor. Menurutnya, rendahnya pertumbuhan ekonomi dikarenakan masih terdapatnya tekanan pada ekspor Indonesia.

Bukan hanya perbaikan ekspor, kata Agus, pengurangan impor khususnya minyak dan gas (migas) juga menjadi salah satu faktor yang mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Apalagi masih tingginya impor migas meskipun kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) bersubsidi sudah dilakukan.

Terkait hal ini, BI melihat tak ada dampak signifikan kenaikan harga BBM dengan permintaannya jika dikaitkan dengan impor migas yang masih tinggi. "Itu menunjukkan bahwa memang dampak kenaikan harga BBM terhadap permintaan relatif tidak terlalu terkena dampak," kata Agus.

Atas dasar itu, lanjut Agus, transaksi berjalan menjadi salah satu isu yang diperhatikan BI. Untuk mencegah terjadinya defisit transaksi berjalan yang lebih besar, maka pengelolaan dan pengurangan impor BBM menjadi faktor penting. "Kita punya kesempatan untuk impor harus dikurangi dan juga mengelola energi khususnya BBM dengan lebih baik," katanya.

Ia melihat, diperbolehkannya investor asing untuk berinvestasi di pelabuhan maupun bandara menjadi salah satu cara dalam meningkatkan ekspor Indonesia dan mengurangi impor BBM bersubsidi. Peningkatan ekspor dan pengurangan impor BBM bersubsidi ini diharapkan dapat memperbaiki neraca jasa dan pendapatan Indonesia.

Apabila hal tersebut terjadi, kata Agus, transaksi berjalan Indonesia bisa menjadi lebih baik lagi. "Itu yang mesti betul-betul dijadikan prioritas. Kalau kita membuka kesempatan bagi investor asing masuk, kita buka, tapi kita harus kaji bahwa itu untuk perbaikan dari kegiatan neraca transaksi berjalan kita. Jadi undang investor untuk bisa meningkatkan ekspor yang akan memperbaiki transaksi berjalan kita," katanya.

Agus mengatakan, perbaikan transaksi berjalan ini bukanlah tugas BI semata. Apalagi jika dikaitkan dengan dibukanya keran investor asing masuk ke dalam negeri. "Lakukan reformasi struktural, ini kita lakukan dengan terarah, koordinasi penuh antara BI dan pemerintah pusat, pemerintah daerah dan pelaku usaha," katanya.

Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat nilai impor Indonesia pada September 2013 mencapai AS$15,47 miliar atau naik 18,86 persen jika dibandingkan bulan Agustus 2013. Kenaikan ini disumbang dari impor non migas yang angkanya sebesar AS$11,8 miliar atau naik 26,30 persen dibanding Agustus 2013.

Sementara itu, angka impor migas pada September 2013 mencapai AS$3,67 miliar atau turun 0,06 persen dibanding Agustus 2013. Namun angka impor migas ini lebih tinggi 6,59 persen jika dibandingkan pada bulan September 2012. Penurunan impor migas dipicu oleh turunnya nilai impor hasil minyak sebesar AS$215,6 juta (8,87 persen), walaupun impor minyak mentah dan gas meningkat sebesar AS$206,7 juta (20,88 persen) dan AS$6,7 juta (2,67 persen).

Selama 13 bulan terakhir, nilai impor migas tertinggi tercatat pada Juli 2013 dengan nilai mencapai AS$4,14 miliar. Dan nilai terendah terjadi di Mei 2013 yaitu sebesar AS$3,43 miliar. Untuk nilai impor non migas tertinggi tercatat di Oktober 2012 sebesar AS$13,38 miliar. Dan nilai impor non migas terendah terjadi di bulan Agustus 2013 dengan nilai sebesar AS$9,34 miliar.

Sedangkan nilai ekspor Indonesia pada September 2013 mencapai AS$14,81 miliar atau mengalami peningkatan sebesar 13,19 persen dibandingkan ekspor Agustus 2013. Namun bila dibandingkan September 2012, nilai ekspor pada tahun ini mengalami penurunan sebesar 6,85 persen. Penurunan ini disebabkan turunnya ekspor migas sebesar 9,19 persen dan turunnya ekspor nonmigas sebesar 6,35 persen.

Tags: