Peringati 25 Tahun Berkarya, Rudi Soedjarwo Siap Rilis Film Bertema Bullying
Terbaru

Peringati 25 Tahun Berkarya, Rudi Soedjarwo Siap Rilis Film Bertema Bullying

Ide cerita Saat Menghadap Tuhan, merupakan cermin kegelisahan yang muncul dari pengalaman pribadi Rudi, yang kemudian ia kembangkan dan tulis naskahnya bersama dengan Djemima. Rudi berangkat dari premis yang cukup sederhana: dari sekian banyak tindak kekerasan traumatis yang acap kali menimpa remaja, siapa yang paling bertanggung jawab melindungi dan membimbing mereka?

Fitri Novia Heriani
Bacaan 4 Menit
Acara konferensi pers film karya Rudi Soedjarwo berjudul Saat Menghadap Tuhan yang akan dirilis pada 6 Juni 2024. Foto: Istimewa
Acara konferensi pers film karya Rudi Soedjarwo berjudul Saat Menghadap Tuhan yang akan dirilis pada 6 Juni 2024. Foto: Istimewa

Sutradara kawakan Rudi Soedjarwo siap merilis film teranyarnya, Saat Menghadap Tuhan, pada Kamis, 6 Juni 2024 mendatang. Perilisan film ini juga bersamaan dengan peringatan 25 tahun sang sutradara berkiprah di jagad perfilman Indonesia.

Dalam film berjudul Saat Menghadap Tuhan ini Rudi berupaya mengeksplorasi isu-isu yang ia rasa perlu untuk lebih sering dibicarakan secara terbuka di masyarakat, antara lain soal perundungan, kekerasan dalam rumah tangga (KDRT), pelecehan seksual, trauma masa kecil, hingga self-love. Saat Menghadap Tuhan merupakan film pertama yang diproduksi oleh production house baru rintisan Rudi, RexCorp.

Ide cerita Saat Menghadap Tuhan, merupakan cermin kegelisahan yang muncul dari pengalaman pribadi Rudi, yang kemudian ia kembangkan dan tulis naskahnya bersama dengan Djemima. Rudi berangkat dari premis yang cukup sederhana: dari sekian banyak tindak kekerasan traumatis yang acap kali menimpa remaja, siapa yang paling bertanggung jawab melindungi dan membimbing mereka?

Baca Juga:

“Dengan menuangkan keresahannya tersebut dalam film — sebuah medium populer dengan kemampuan menstimulasi emosi melalui panca indera— Rudi menaruh harap bahwa karyanya ini bisa mengajak audiensnya agar selalu berusaha mengenali diri sendiri dan menggali kehidupan secara lebih dalam,” kata RexCorp, dikutip dalam pernyataan resmi yang diterima Hukumonline, Selasa (4/6).

Film ini juga diintensifkan sebagai pemantik dialog, untuk selalu mempertanyakan dogma-dogma yang dijejalkan oleh masyarakat secara serta merta. Dengan mengadvokasikan berpikir kritis melalui tuturan kisah Saat Menghadap Tuhan, Rudi berharap mampu mendorong penontonnya untuk berani vokal, bertindak, hingga memutus rantai trauma dan luka batin yang disebabkan oleh generasi pendahulunya.

Saat Menghadap Tuhan bersentral pada kisah empat remaja dengan masalahnya masing-masing, namun disatukan oleh tali kenestapaan yang sama: penyesalan. Tiap kisah dari keempat protagonis ini, mewakili satu isu yang jamak ditemui di tengah masyarakat saat ini.

Hukumonline.com

Damar (Rafi Sudirman), seorang pemuda yang berangan ingin membahagiakan hidup ibunya, tumbuh dengan trauma dan kemarahan yang mengendap setelah menyaksikan ayahnya mati sia-sia di tangan seorang preman. Terbiasa diajarkan untuk tidak mengutarakan isi hatinya, gemuruh emosi dalam dirinya bak gunung berapi aktif yang bisa meletus kapan saja.

Gito (Abielo Parengkuan), adalah sahabat Damar yang lahir dari keluarga serba berkecukupan. Di balik hidupnya yang tampak tak bermasalah, tidak terciptanya komunikasi yang sehat antara dirinya dan orang tuanya membuat ia tumbuh menjadi pribadi yang kikuk secara sosial, dan membuatnya jadi sasaran perundungan.

Nala (Denisha Wahyuni) hidup di tengah keluarga yang gagal menjadi ruang aman dan lingkar pelindung utama bagi seorang remaja; di mana para lelaki di keluarganya tampak enteng saja menyakiti anggota perempuannya. Untungnya, Nala bisa menemukan ketenangannya dalam aktivitas dalam bermusik, yang ia gunakan sebagai pelarian dari pahitnya realita.

Sedangkan Marlo (Dede Satria), adalah sosok jagoan di sekolah, berayahkan pria bertahta, dan tumbuh dengan bahasa cinta berwujud kekuasaan. Dibesarkan oleh ayah yang biasa membuatnya merasa kerdil, Marlo pun tumbuh menjadi remaja yang tak sungkan merundung dan membuat orang lain juga merasa kerdil; menciptakan rantai trauma yang diteruskan antargenerasi.

Meskipun ingin bisa menjalani kehidupan normal seorang remaja, trauma dan luka batin yang mereka alami membuat keempatnya saling terkoneksi sembari bertarung dengan perangnya sendiri-sendiri.

Trailer Saat Menghadap Tuhan, yang diluncurkan pada 8 Mei 2024 lalu secara daring, diawali dengan handheld shot seorang karakter yang tengah berlari sambil berteriak histeris. Secara visual, dari adegan ini bisa ditarik benang merah unsur-unsur sinematik khas yang bisa ditemukan di dua karya Rudi terdahulu; sekuens berlarian di Mengejar Matahari dan nuansa kelam gang-gang sempit perkotaan di 9 Naga.

Hal ini, tentu menjadi homage yang menjadi daya tarik tersendiri, khususnya bagi pecinta film-film buatan Rudi. Namun, tak hanya dari segi estetikanya saja ciri khas Rudi yang bisa ditemukan dalam Saat Menghadap Tuhan. Satu hal yang selalu konsisten dilakukan Rudi sejak film pertamanya, Bintang Jatuh di tahun 1999, tak luput ia ulang lagi di film terbarunya ini: meng-highlight aktor-aktris baru!

Saat Menghadap Tuhan, yang keempat tokoh protagonisnya diperankan oleh empat aktor dan aktris baru dan berbakat, sangat patut dinantikan oleh semua pecinta film Indonesia. Mengingat dari rekam jejaknya, film-film Rudi kerap menjadi batu loncatan bagi para pelakon muda berbakat, yang di kemudian hari, berhasil berkembang menjadi aktor dan aktris papan atas.

“Kenikmatan dan kepuasan saya bikin film adalah bila mampu melahirkan manusia-manusia baru yang berbakat, baik di depan layar maupun di belakang layar dalam film saya. Jadi, karya saya bukan hanya filmnya, tapi juga manusia yang terlibat dalam pembuatannya. Hal itu yang membuat semua jadi layak diperjuangkan,” ucap Rudi Soedjarwo.

Film perdana Rudi, Bintang Jatuh, merupakan debut layar lebar dari dua aktris pemenang Piala Citra: Dian Sastrowardoyo dan Marcella Zalianty. Bintang Jatuh pula yang meyakinkan duo produser Mira Lesmana dan Riri Riza, untuk akhirnya menggaet Rudi untuk menyutradarai Ada Apa dengan Cinta? (2002).

Selain saat ini telah menjadi salah satu film Indonesia paling ikonik sepanjang masa, Ada Apa dengan Cinta? juga menjadi penampilan debut aktor dan aktris muda yang di kemudian hari berhasil memposisikan diri mereka sebagai aktor kawakan (tiga di antaranya juga berhasil memenangkan Piala Citra): Nicholas Saputra, Adinia Wirasti, Ladya Cheryl, dan Sissy Priscillia.

Dalam rentang 10 tahun setelahnya, film-film besutan Rudi konsisten melahirkan bakat-bakat cemerlang masa depan perfilman Tanah Air. Mengejar Matahari (2004) yang jadi film pertama Fedi Nuril dan Fauzi Baadila; Sigi Wimala yang debut di Tentang Dia (2005); Dwi Sasono mendapatkan peran layar lebar pertamanya di Mendadak Dangdut (2006); Poppy Sovia, yang juga tampil dalam Saat Menghadap Tuhan, pertama kali bermain dalam layar lebar di Mengejar Mas-Mas (2007); dan dua personel Coboy Jr., Bastian Steel dan Iqbaal Ramadhan, pertama kali menjajal berakting di Lima Elang (2011).

Tags:

Berita Terkait