Agar pesan penulis dapat dipahami oleh pembaca diperlukan prasyarat tertentu bagi sebuah bahan atau materi bacaan. Salah satu syarat yang harus dipenuhi adalah tingkat keterbacaan bahan itu sendiri.
Saru Arifin, akademisi Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang berbagi kiat dalam menulis jurnal internasional bereputasi. Salah satu yang ditekankan adalah penulis harus memastikan aspek keterbacaan karya ilmiahnya sudah baik.
“Baik substansi maupun bahasanya, penulis harus pastikan jurnal terbaca dengan baik,” ujar Saru dalam Coaching Clinic Menembus Jurnal Internasional bagi Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya, Senin (1/7).
Baca juga:
- Kurang dari 5 Menit, Kukuh Tejomurti Dipilih Munas Jadi Ketua APJHI
- Kebut Internasionalisasi, Asosiasi Pengelola Jurnal Hukum Indonesia Gelar Munas di Gorontalo
Keterbacaan atau readability adalah seluruh unsur yang ada dalam teks. Termasuk pula di dalamnya soal interaksi antarteks yang membantu pembaca dalam memahami materi. Misalnya dalam membantu pembaca mampu memahami teks pada kecepatan membaca yang optimal.
Keterbacaan berkaitan dengan keseluruhan unsur yang ada dalam teks atau materi bacaan. Ada lima cara untuk menentukan keterbacaan teks yaitu penilaian subjektif para ahli, metode tanya jawab, formula keterbacaan, carta, dan tes cloze.
Indeks keterbacaan berhubungan signifikan dengan pemahaman. Formula ini dapat dipakai untuk memprediksi tingkat kesukaran atau kemudahan bisa dipahaminya materi jurnal oleh pembaca.