Pengadilan Sudah Tetapkan Hakim yang Tangani Gugatan DPN PERADI
Utama

Pengadilan Sudah Tetapkan Hakim yang Tangani Gugatan DPN PERADI

Kubu Juniver tak masalah jika Peradi yang dipimpinnya nanti juga ikut digugat. Sebaiknya advokat bersatu.

Aji Prasetyo
Bacaan 2 Menit
Suasana Rakernas Peradi Fauzie di Yogyakarta, Desember 2017. Foto: NEE
Suasana Rakernas Peradi Fauzie di Yogyakarta, Desember 2017. Foto: NEE

Ada peluang bagi tiga kubu organisasi advokat yang mengklaim diri sebagai pengurus Perhimpunan Advokat Indonesia (Peradi) yang sah. Gugatan yang dilayangkan Dewan Pimpinan Nasional Peradi pimpinan Fauzie Yusuf Hasibuan (Peradi kubu Fauzie) sudah diregister di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Jika sudah mulai disidangkan, berdasarkan norma yang berlaku, hakim memberikan kesempatan kepada penggugat dan tergugat duduk bersama melakukan mediasi.

 

DPN Peradi Fauzie mendaftarkan gugatan pada 8 Desember lalu, dan kemudian terdaftar dalam register No. 667/Pdt.G/2017/PN.Jkt.Pst. Penggugat menuding tergugat, Peradi di bawah pimpinan Luhut MP Pangaribuan, melakukan perbuatan melawan hukum. Bagaimana perkembangan gugatan itu?

 

Berdasarkan informasi yang diperoleh hukumonline dari PN Jakarta Pusat, Ketua PN sudah menetapkan susunan majelis yang akan mengadili dan memutus perkara tersebut. Juru Bicara PN Jakarta Pusat, Jamaludin Samosir, menginformasikan susunan majelisnya adalah Sunarso, Diah Siti Basariah, dan Duta Baskara.

 

Namun Jamaludin belum bisa memastikan kapan sidang Perdana gugatan ini dimulai. Bisa jadi, majelisnya masih mempelajari berkas perkara. “Ikuti SIPP (Sistem Informasi Penelusuran Perkara-- Red). Kalau belum ada (jadwal sidang) berarti belum ditetapkan majelis, masih dipelajari atau dalam proses,” jelasnya.

 

Sesuai informasi yang tercantum dalam SIPP PN Jakarta Pusat, DPN Peradi Fauzie menggugat Peradi kubu Luhut Pangaribuan. Diwakili advokat Sapriyanto Refa, DPN Peradi meminta majelis hakim menyatakan Fauzie Yusuf Hasibuan dan Thomas E. Tampubolon adalah Ketua Umum dan Sekjen DPN Peradi Periode 2015-2020 yang sah berdasarkan hasil Musyawarah Nasional II Peradi di Pekanbaru; dan menyatakan Luhut MP Pangaribuan selaku Tergugat I dan Sugeng Teguh Santoso selaku Tergugat II melakukan perbuatan melawan hukum (PMH).

 

“Menyatakan terpilihnya Tergugat I sebagai Ketua Umum DPN Peradi secara e-voting tidak sesuai dan bertentangan dengan AD Peradi, oleh karena itu tidak sah dan batal demi hukum,” tulis petitum selanjutnya dalam gugatan tersebut.

 

Peradi kepengurusan Fauzie juga meminta Luhut dan Sugeng membayar ganti rugi sebesar Rp6000 selambat-lambatnya 14 hari setelah putusan ini berkekuatan hukum tetap. Dan terakhir meminta majelis untuk melarang Luhut dan Sugeng melakukan perbuatan atau tindakan apapun yang mengatasnamakan Peradi.

 

Baca juga:

 

Kubu Luhut menyatakan siap menghadapi gugatan tersebut, dan sedang mempersiapkan tim hukum.

 

Semangat Bersatu

Selain kubu Luhut, Koordinator kuasa hukum Peradi Sapriyanto Refa menyatakan pihaknya juga akan menggugat Peradi kepengurusan Juniver Girsang. “Selanjutnya kita gugat Juniver usai Rakernas,” kata Refa saat Rakernas Peradi beberapa hari lalu.

 

Dimintai tanggapan mengenai rencana ini kubu Juniver tidak mempermasalahkannya. Juniver justru mengapresiasi rencana tersebut karena dengan begitu para pihak yang bersengketa bisa berargumentasi untuk membuktikan siapa kepengurusan yang sah dan telah sesuai dengan Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Peradi.

 

“Karena dengan proses di Makasar kepengurusan kami landasannya dari Makassar, tentu itu yang sah. Mohon maaf kalau memang ada yang anggap tidak sah ya itu kita hormati. Makanya dari awal saya katakan sebetulnya target kita Peradi bersatu dengan satu tujuan, Peradi untuk kehormatan dan martabatnya jangan terpecah-pecah, itu harapan saya sebetulnya,” ujar Juniver kepada hukumonline.

 

Menurut Juniver jika benar nanti pihaknya juga digugat maka hal itu malah menjadi kesempatan yang sangat baik untuk menjelaskan bagaimana kepengurusannya di depan majelis hakim dan juga masyarakat luas. Juniver yakin Peradi yang dipimpinnya sama sekali tidak menyalahi aturan.  “Saya senang sekali itu, jadi tidak ada lagi polemik, tidak boleh mendeskreditkan, tapi kita jaga ya toh persaudaraan sesama rekan, biarkan nanti hakim yang menilai berdasarkan fakta dan bukti dari setiap kepengurusan yang ada di persidangan,” pungkasnya.

 

Sesuai UU No. 18 Tahun 2003 tentang Advokat, para advokat bersatu dalam organisasi advokat. Pada awalnya delapan organisasi advokat membentuk satu wadah bernama Perhimpunan Advokat Indonesia. Tetapi kemudian terjadi perpecahan ditandai dengan berdirinya Kongres Advokat Indonesia (KAI). Bahkan kemudian, Peradi sendiri terpecah menjadi kubu Fauzie, kubu Luhut, dan kubu Juniver.

 

Gugatan Fauzie pada hakikatnya menjadi salah satu jalan legal mempertemukan para pihak melalui mediasi atau ajudikasi.

Tags:

Berita Terkait