Pengacara Perempuan yang Bersinar: Menerima kehadiran AI dan Berkembang dalam evolusi Teknologi Hukum
Hukumonline's NeXGen Lawyers 2023

Pengacara Perempuan yang Bersinar: Menerima kehadiran AI dan Berkembang dalam evolusi Teknologi Hukum

Menurut Fitri yang telah berkarya sebagai seorang Corporate Lawyer perempuan selama 10 tahun di Indonesia dan 2,5 tahun di Singapura, apabila seseorang dapat menerima dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi Artificial Intelligence (AI) hal tersebut tentunya akan berdampak besar pada berbagai bidang, tidak terkecuali pada bidang hukum.

Tim Hukumonline
Bacaan 3 Menit
Foto: Fitriyani Muharam, Karna Partnership
Foto: Fitriyani Muharam, Karna Partnership

Fitri Muharam Utama merupakan salah satu sosok perempuan yang memiliki karakteristik mandiri, bertanggung jawab, supel dan bisa “menghidupkan” suasana sehingga membuatnya mudah untuk dapat beradaptasi dengan orang-orang atau lingkungan baru yang ditemuinya. 

Karakternya tersebut menjadi nilai tambah bagi Fitri dalam menjalankan pekerjaan sehari-hari yang menuntutnya untuk dapat berinteraksi dengan berbagai pihak seperti klien, counterpart, pemerintahan dan swasta agar segala pekerjaan dapat diselesaikan dengan lancar melalui komunikasinya yang baik.  

Sebagaimana kita pahami bersama bahwa perempuan adalah pondasi awal dalam kehidupan berkeluarga, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Banyak peran yang harus dijalankan oleh seorang perempuan baik sebagai ibu, pemimpin dan pendamping hidup. Salah satu peran yang diemban dalam sebuah keluarga yaitu mendidik dan menghasilkan anak-anak berkualitas yang nantinya akan menjadi bagian dari masyarakat berintegritas serta mampu membangun negara dengan lebih baik lagi dari para pendahulunya. 

Tak bisa dipungkiri bahwa untuk menjalankan peran-peran tersebut, seorang perempuan dituntut untuk dapat beradaptasi dan berinovasi dengan adanya kemajuan teknologi yang sangat pesat baik dalam masyarakat dan negara yang ada pada saat ini. Menurut Fitri yang telah berkarya sebagai seorang Corporate Lawyer perempuan selama 10 tahun di Indonesia dan 2,5 tahun di Singapura, apabila seseorang dapat menerima dan beradaptasi dengan kemajuan teknologi Artificial Intelligence (AI) hal tersebut tentunya akan berdampak besar pada berbagai bidang, tidak terkecuali pada bidang hukum. Dalam artikel ini, Fitri akan membahas mengenai tantangan dan peluang yang ditawarkan oleh AI dan mengusulkan cara untuk menyesuaikan diri dengan lanskap yang berkembang tersebut dalam hal ini khususnya untuk pengacara perempuan pada bidang hukum.

  1. Kemajuan pesat AI di bidang hukum Indonesia

Integrasi AI ke dalam bidang hukum Indonesia telah mendapatkan momentum dalam beberapa tahun terakhir. Firma hukum dan institusi hukum sudah lebih banyak mengadopsi alat berbasis AI untuk tugas-tugas seperti analisis dokumen, penilaian kontrak, dan penelitian hukum. Alat-alat ini telah secara substansial meningkatkan efisiensi dan presisi, memungkinkan pengacara menangani lebih banyak kasus dalam waktu yang lebih singkat.

  1. Potensi risiko AI terhadap profesi hukum

Munculnya AI telah menimbulkan kekhawatiran tentang kapasitasnya untuk menggantikan profesi pengacara. Berdasarkan studi oleh McKinsey, sebanyak 23% tugas hukum dapat diotomatisasi, dan kemungkinan mengakibatkan hilangnya pekerjaan di sektor tersebut. Namun, sangat penting untuk dipahami bahwa AI dimaksudkan untuk mendukung pengacara dalam memberikan layanan yang lebih baik dan lebih cepat, bukan menggantikannya.

  1. Peran AI sebagai pendukung, bukan pengganti pengacara

Meskipun dapat mengelola banyak tugas rutin, AI belum dapat menggantikan pemikiran kritis, kreativitas, empati dan karakteristik yang disumbangkan oleh para pengacara untuk pekerjaan mereka. Klien pun membutuhkan perlakuan atau kenyamanan dari pengacara, yang tentunya tidak bisa dihadirkan oleh AI. Namun, teknologi kecerdasan buatan ini tetap membantu sebagai alat tambahan yang memungkinkan para pengacara untuk berkonsentrasi pada aspek yang lebih strategis dan menambah nilai dari praktik mereka, yang pada akhirnya menguntungkan klien dan pengacara.

  1. Pengacara perlu beradaptasi dan menggunakan AI demi layanan yang optimal

Untuk berkembang di era yang didominasi AI ini, para pengacara harus menyesuaikan dan memanfaatkan teknologi tersebut dalam praktik mereka. Mereka dapat melakukannya dengan mempelajari tentang alat yang didukung oleh AI, terus mengikuti kemajuan di bidang ini, dan memperoleh keterampilan yang diperlukan untuk bekerja secara efektif dengan alat ini. Dengan demikian, mereka dapat memberikan layanan yang lebih efisien, akurat, dan hemat biaya kepada klien.

  1. Perlunya adaptasi dan pembelajaran seumur hidup

Masa depan pengacara di era AI menghadirkan tantangan dan peluang. Dengan mengadopsi AI sebagai alat yang tak ternilai untuk meningkatkan kualitas praktik, para pengacara dapat tetap terdepan dan memastikan relevansi berkelanjutan mereka dalam profesi hukum. Pengacara, terutama wanita, harus secara proaktif mempelajari dan beradaptasi dengan teknologi AI, yang mengarah ke praktik hukum yang lebih efisien dan efektif yang menguntungkan klien dan pengacara.

  1. Peran pendidikan hukum dan pengembangan profesi

Institusi pendidikan hukum dan program pengembangan profesi memainkan peran penting dalam mempersiapkan para pengacara untuk masa depan. Mereka harus memasukkan pelatihan AI dan implementasi langsung ke dalam kurikulum mereka, memastikan bahwa generasi pengacara di masa depan telah dibekali dengan pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk menavigasi lanskap hukum yang didukung oleh AI.

Menurut Fitri, saat industri hukum mengalami perubahan transformatif karena perkembangan berkelanjutan dari AI, pengacara yang dapat beradaptasi dan memanfaatkan teknologi AI akan berada di garis depan evolusi ini. 

Sangat penting bagi pengacara khususnya perempuan untuk secara aktif terlibat dan menggunakan teknologi AI yang akan sangat membantu meningkatkan efisiensi waktu dalam menjalankan berbagai peran, sekaligus mendukung perjalanan karier.

Tags: