Pemilu untuk Memilih Pemimpin yang Terbaik
Pojok MPR-RI

Pemilu untuk Memilih Pemimpin yang Terbaik

Pilihlah pemimpin yang bisa menjalankan cita-cita bangsa yang mempersatukan, adil, setara, sehingga mampu meningkatkan kedaulatan Indonesia

RED
Bacaan 2 Menit
Foto: Humas MPR
Foto: Humas MPR

"Yang berdiri di sana mendekat ke sini biar kelihatan". Pernyataan itu diutarakan Ketua MPR Zulkifli Hasan ketika turut mengatur kerumunan orang di GOR Mustafa Kamal, Kalianda, Kabupaten Lampung Selatan, Senin (22/10). Dipenuhi sekitar 2000 orang terdiri dari ibu-ibu, mahasiswa, gerakan rakyat anti narkoba, laskar dan elemen masyarakat lainnya.

 

Masyarakat Lampung Selatan yang datang dari berbagai penjuru kabupaten memenuhi gedung olahraga, mengikuti Sosialisasi Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika, alias Empat Pilar MPR. Dalam acara tersebut, Zulkifli mengatakan  kegiatan tersebut dilakukan di berbagai tempat di seluruh Indonesia, termasuk di Lampung Selatan. "Sosialisasi merupakan salah satu tugas MPR," ujarnya.

 

Dia mengajak masyarakat untuk tetap menjaga persatuan apalagi di tahun politik. Sebagai orang yang terlahir asli Kalianda, dirinya ingin kampung halamannya tetap rukun dan damai. "Kalau Kalianda tak rukun dan damai, saya malu,” ungkapnya.

 

Ia menuturkan, setelah Proklamasi 17 Agustus 1945, bangsa ini memiliki pondasi kehidupan berbangsa dan bernegara yang kokoh. Disebut Indonesia memiliki Pancasila, UUD NRI Tahun 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Menurutnya, Pancasila adalah pegangan bagi Indonesia dalam bernegara. Dia pun berharap semua masyarakat  menjalankan sila-sila yang ada. Dalam Pancasila ada Sila I yang menyatakan Ketuhanan yang Maha Esa. Dengan sila ini negara memberi kebebasan kepada penganut beragama untuk menjalankan agama dan kepercayaan masing-masing.

 

"Dengan demikian kita pancasilais bila menjalankan kewajiban beragama, bukan radikal," ujarnya.

 

Dalam ber-Pancasila, menurut mantan Menteri Kehutanan itu, mesti bersikap memanusiakan manusia, saling menghormati, tak membeda-bedakan satu dengan yang lainnya. Menurutnya, bangsa ini sebentar lagi akan melaksanakan berbagai Pemilu, ada Pilpres, Pileg, Pemilu memilih anggota DPD, dan Pilkada. Dalam Pemilu diakui pilihan masyarakat ada yang beda, ada yang mendukung calon presiden A atau calon Presiden B, juga ada yang memilih partai C, partai D, dan lain sebagainya. Perbedaan memilih menurut Zulkifli Hasan sah dan boleh-boleh saja.

 

"Yang tak boleh adalah berantem karena beda pilihan," ujarnya.

 

Ketua Umum Partai Amanat Nasional itu berpandangan, Pemilu merupakan cara untuk memilih pemimpin yang baik dengan tetap mengedepankan persatuan. Untuk itu bila jadi Presiden, anggota DPR, kepala desa, camat, bupati, walikota, dan gubernur, harus bisa adil. Keadilan bagi seluruh rakyat Indonesia. Bila ada persoalan wajib diselesaikan dengan musyawarah.

 

Sebagai bangsa yang beragam dan tinggal tersebar dari Sabang sampai Merauke, menurut Zulkifli Hasan semua mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Dalam kehidupan bermasyarakat, tak ditanya asal usul, suku, agama, dan domisi. Di mana saja selama tinggal di Indonesia, rakyat bebas berkreasi dan tak ada perbedaan. Ditambahkan, meski kita beragam namun kita tetap bersatu dalam keragaman.

 

Disampaikan bahwa sistem demokrasi kita adalah Demokrasi Pancasila. Dalam demokrasi ini ada hak dan kewajiban. Dalam demokrasi ada hak memilih dan dipilih. Saat Pemilu rakyat mempunyai hak memilih. Dari sinilah diharapkan dalam Pemilu, apakah Pileg, Pilpres, Pilkada, maupun memilih anggota DPD, rakyat menggunakan hak untuk menentukan pemimpinnya.

 

"Rakyat bebas memilih untuk menentukan masa depan bangsa dan negara. Pilihlah pemimpin yang bisa menjalankan cita-cita bangsa yang mempersatukan, adil, setara, sehingga mampu meningkatkan kedaulatan Indonesia," tegasnya.

 

Selepas melakukan sosialisasi di Mustafa Kamal, selanjutnya Zulkifli Hasan bergegas menuju ke Desa Pisang, Kecamatan Penengahan. Di kantor desa ini, Zulkifli Hasan sudah ditunggu ribuan orang. Di desa yang banyak tumbuh pohon pisang, dirinya melakukan hal yang sama, sosialisasi. 

 

Sebelum Empat Pilar dipaparkan, Zulkifli Hasan mengetest hafalan sila-sila Pancasila. Setelah beberapa orang ditest, masyarakat di sana hafal sila-sila yang ada. "Hafalan masyarakat di sini akan sila-sila Pancasila tak kalah dengan di tempat yang lain," pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait