Pemerintah Yakin Ekonomi Tumbuh Maksimal
Berita

Pemerintah Yakin Ekonomi Tumbuh Maksimal

Perlu kerja keras dalam meningkatkan ekspor, mengendalikan impor, memberikan kepastian dalam berinvestasi serta menjaga daya beli masyarakat.

FAT
Bacaan 2 Menit
Menkeu Chatib Basri. Foto: kemenkeu.go.id
Menkeu Chatib Basri. Foto: kemenkeu.go.id
Meski terdapat pemangkasan anggaran belanja negara melalui RAPBNP 2014, pemerintah tetap optimis bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2014 bisa maksimal. Menteri Keuangan Chatib Basri mengatakan, dari perkiraan 5,1 hingga 5,5 persen pertumbuhan ekonomi pada tahun 2014, maka pada akhir tahun pertumbuhan ekonomi dapat tercapai sebesar 5,5 persen.

“Pertumbuhan ekonomi 5,5 persen, kami sangat optimis karena range-nya 5,1-5,5 persen,” kata Chatib di Komplek Parlemen di Jakarta, Senin (16/6).

Menurutnya, agar pertumbuhan ekonomi bisa maksimal, maka perlu kerja ekstra. Misalnya, dalam meningkatkan ekspor, mengendalikan impor, adanya kepastian dalam berinvestasi hingga menjaga daya beli masyarakat. Kerja ekstra ini dibutuhkan oleh seluruh stakeholder.

Ia mengatakan, kerja ekstra ini bisa dilaksanakan pada kuartal kedua, ketiga dan keempat di tahun 2014. Bila perlu, pada kuartal kedua, ketiga dan keempat tersebut, pertumbuhan ekonomi Indonesia di atas angka 5,5 persen. “Itu tidak mudah, perlu maximum effort. Di kuartal kedua diperkirakan sedikit lebih dari kuartal pertama,” kata Chatib.

Pemangkasan anggaran pada RAPBNP 2014, lanjut Chatib, juga memiliki peran tersendiri dalam mendorong pertumbuhan ekonomi. Meski ada pemangkasa anggaran belanja negara sebesar Rp43 triliun, pemerintah masih optimis bahwa pertumbuhan ekonomi mencapai angka maksimal.

Namun, bila pemangkasan anggaran sesuai Instruksi Presiden No. 4 Tahun 2014 tentang Langkah-Langkah Penghematan dan Pemotongan Belanja Kementerian/Lembaga Dalam Rangka Pelaksanaan Anggaran Pendapatan Belanja Negara Tahun Anggaran 2014, yakni sebesar Rp100 triliun, pertumbuhan ekonomi bisa tak maksimal.

“Kalau dipotong Rp100 triliun, mungkin pertumbuhan ekonomi di bawah 5,5 persen,” kata Chatib.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Chairul Tanjung menilai, salah satu cara dalam menggenjot neraca modal dan finansial adalah memberikan kepastian berinvestasi. Menurutnya, langkah ini sangat penting untuk mengatasi defisit transaksi berjalan yang tengah terjadi di Indonesia.

“Neraca modal menjadi penting, karena faktor investasi menjadi penting. Investasi harus didorong, bukan hanya asing, tetapi juga swasta nasional dan BUMN (Badan Usaha Milik Negara),” ujar pria yang disapa CT ini.

Atas dasar itu, lanjut CT, langkah untuk memberikan kepastian bagi investor tersebut harus dilakukan sesegera mungkin. Semakin cepat kepastian berinvestasi terjadi, maka semakin cepat persoalan defisit neraca perdagangan diatasi. “Maka, harus memberi kepastian bagi investor dan tidak usah menunggu hasil pemilu. Akhirnya, defisit transaksi berjalan bisa diatasi,” ujarnya.

Ia menuturkan, defisit neraca perdagangan bulan April 2014 yang mencapai AS$1,96 miliar telah mengganggu kinerja neraca transaksi berjalan. Terlihat, ekspor barang dan jasa lebih rendah dari impor. Akibatnya, defisit neraca perdagangan pun terjadi di Indonesia.

Menurut CT, untuk mengantisipasi hal itu, Kementerian Koordinator Perekonomian akan terus mengoptimalkan kinerja ekspor dan mengendalikan nilai impor pada sisa masa kerja sebelum terbentuknya pemerintahan yang baru. “Makanya kami melakukan perubahan asumsi. Ekspor akan digenjot dan impor di-minimize,” pungkasnya.
Tags:

Berita Terkait