Pemerintah Baru Diminta Bantu Tingkatkan Jumlah Investor Domestik
Berita

Pemerintah Baru Diminta Bantu Tingkatkan Jumlah Investor Domestik

Karena salah satu cara meningkatkan kesejahteraan adalah melalui investasi.

FAT
Bacaan 2 Menit
Bursa Efek Indonesia. Foto: RES
Bursa Efek Indonesia. Foto: RES
Bursa Efek Indonesia (BEI) berharap ada peran pemerintah dalam meningkatkan jumlah investor domestik untuk berinvestasi di pasar modal. Direktur BEI, Frederica Widyasari Dewi, percaya salah satu cara dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah melalui investasi.

“Seharusnya pemerintah ikut bantu men-support kami untuk menggerakkan masyarakat dalam berinvestasi,” kata Frederica dalam sebuah seminar bertajuk ‘Peluang dan Prediksi Global Market Paska Pemilu’ di Jakarta, Rabu (3/9).

Selama ini, lanjut Frederica, sebanyak 64 persen dari total nilai investasi di pasar saham Indonesia dimiliki oleh investor asing. Atas dasar itu, ia berharap, investor domestik yang ikut berinvestasi di pasar modal Indonesia dapat lebih berkembang. “Selama ini kami menginginkan lebih banyak lagi investor domestik masuk pasar modal,” katanya.

Ia menuturkan, sepanjang tahun 2014, pembelian saham (nettbuy) di pasar modal Indonesia oleh investor asing sebesar Rp56 triliun. Jumlah ini meningkat signifikan jika dibandingkan tahun 2011 yang hanya Rp24 triliun. Menurutnya, besarnya pembelian saham oleh investor asing tersebut menandakan tingginya kepercayaan asing terhadap prospek Indonesia ke depan.

Bagi masyarakat yang baru ingin berinvestasi di pasar modal, Frederica menyarankan agar memilih instrumen reksa dana saham.  Alasannya karena instrumen tersebut memiliki risiko lebih kecil. Jika hal ini dilakukan, ia percaya, ke depan fundamental ekonomi Indonesia bisa terus berkembang.

“Jadi, harus diputuskan untuk segera berinvestasi. Banyak survei menyebutkan bahwa pada 2030 ekonomi Indonesia menempati posisi ketujuh terbesar di dunia,” kata Frederica.

Komisaris Independen PermataBank Tony Prasentiantono sepakat dengan usulan Frederica. Selain meningkatkan jumlah investor domestik, ia berharap, pemerintahan baru nanti dapat memperbaiki kondisi fiskal Indonesia. Salah satu caranya melalui kebijakan kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM).

“Yang paling under control by pemerintah yaitu adalah harga BBM,” kata Tony di tempat yang sama.

Menurut Tony, jumlah subsidi BBM menjadi persoalan yang harus segera diatasi pemerintah. Tahun ini saja, jumlah subsidi BBM sebesar Rp350 triliun. Tahun depan, jumlahnya meningkat lagi yakni lebih dari Rp360 triliun. Atas dasar itu, ia menyarankan agar pemerintah segera menaikkan harga BBM.

“Sepanjang hal itu (kenaikan harga BBM, red) belum dilakukan, maka akan timbul persepsi negatif mengenai kemampuan ekonomi Indonesia untuk survive,” kata Tony.

Jika harga BBM dinaikkan, lanjut Tony, maka akan ada ruang fiskal atau ruang gerak stimulus dari APBN. Sehingga, APBN bisa mendorong perekonomian melalui pembangunan infrastruktur dan pengeluaran lain yang lebih produktif. Hal ini bisa menstimulus timbulnya sentimen positif dari para investor asing.

Tony percaya, jika investor asing mau berinvestasi ke Indonesia, maka bisa terjadi capital inflow. Jika capital inflow terjadi, maka rupiah akan menguat. Sehingga, likuiditas mulai longgar dan pelan-pelan suku bunga bisa diturunkan. Dan hasilnya, Indonesia bisa bisa mendorong pertumbuhan ekonominya.

“Jadi, rutenya adalah bagaimana caranya pemerintahan baru nanti meningkatkan confidence, kepercayaan pasar, sehingga akan timbul capital inflow. Dan itu saya kira akan bisa membuat rupiah menguat,” tutup Tony yang juga Kepala Pusat Studi Ekonomi dan Kebijakan Publik Universitas Gadjah Mada (UGM) ini.
Tags:

Berita Terkait