Pembangunan Smelter Dipercaya Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Berita

Pembangunan Smelter Dipercaya Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi

Secara regional, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 tidak merata ke seluruh wilayah Indonesia.

FAT
Bacaan 2 Menit
Pembangunan Smelter Dipercaya Bisa Dongkrak Pertumbuhan Ekonomi
Hukumonline
Banyak cara untuk mendongkrak laju pertumbuhan ekonomi Indonesia. Salah satunya, kata Deputi Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo, dengan mempercepat pembangunan smelter dan pemberian izin ekspor mineral. Ia percaya, dua langkah tersebut bisa meningkatkan angka pertumbuhan ekonomi.

“Isu dalam penerapan UU Minerba (Mineral dan Batubara) itu bisa kemudian untuk diatasi. Apakah smelternya bisa dikembangkan, sehingga ekspornya bisa jalan lagi,” kata Perry di Jakarta, Jumat (9/5).

Ia mengatakan, melambatnya pertumbuhan ekonomi pada kuartal I 2014 menjadi 5,21 persen menurunnya produksi sektor pertambangan. Atas dasar itu, dipercepatnya proses perizinan eksportir bahan mineral menjadi langkah penting dalam meningkatkan ekspor mineral Indonesia.

“Apakah perusahaan yang sedang dan akan diberikan ekspor itu akan ekspor lagi,” katanya.

Menurut Perry, menurunnya ekspor lantaran tiga faktor utama. Ketiga faktor tersebut adalah, pemberlakuan Peraturan Pemerintah No. 1 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Pertambangan Mineral dan Batubara. Aturan ini terbit sebagai aturan pelaksana dari UU No.4 Tahun 2009 tentang Minerba yang intinya melarang ekspor mineral mentah.

Dua faktor lainnya, lanjut Perry, lantaran melambatnya pertumbuhan ekonomi China yang semula diperkirakan sebesar 7,5 persen, tapi realisasinya sebesar 7,3 persen. Faktor ketiga, adanya penurunan harga komoditas ekspor di tingkat internasional, seperti tembaga, batubara dan karet.

Perkiraan BI sebelumnya kebijakan larangan ekspor mineral mentah hanya akan menurunkan ekspor mineral di 2014 sebesar AS$1,8 miliar. “Tetapi dari perhitungan terakhir kami, penurunan ekspor akibat UU Minerba itu menjadi AS$3,8 miliar di 2014,” katanya.

Gubernur BI Agus DW Martowardojo mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia triwulan I 2014 melambat lantaran dipengaruhi ekspor riil. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 tercatat sebesar 5,21 persen (year on year). Angka ini menurun dari pertumbuhan triwulan IV 2013 yang sebesar 5,27 persen (yoy) serta lebih rendah dari perkiraan BI sebelumnya.

“Kontraksi ekspor riil terutama akibat penurunan ekspor pertambangan seperti batubara dan konsentrat mineral, antara lain karena melemahnya pemintaan terutama dari Tiongkok dan menurunnya harga, serta pengaruh temporer dari dampak kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah,” tuturnya, Kamis (8/5).

Perlambatan ekonomi juga disumbang dari melambatnya konsumsi pemerintah. meski begitu, BI menilai, konsumsi rumah tangga dan investasi masih tumbuh baik sehingga bisa menopang pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014. Menurutnya, meningkatnya pertumbuhan konsumsi rumah tangga merupakan dampak dari berlangsungnya pemilu legislatif lalu.

Sedangkan untuk investasi, lanjut Agus, meningkat di sektor investasi non bangunan yang kembali tumbuh positif, terutama investasi mesin. Untuk pertumbuhan investasi bangunan sendiri masih melambat. “Sejalan dengan moderasi permintaan domestik, impor riil juga melambat, namun tidak dapat mengimbangi kontraksi pada ekspor riil sehingga belum dapat memperbaiki kinerja ekspor neto,” katanya.

Ia mengatakan, secara regional, pertumbuhan ekonomi triwulan I 2014 tidak merata ke seluruh wilayah Indonesia. Dari hasil analisis BI menunjukkan bahwa, perlambatan pertumbuhan ekonomi terutama akibat penurunan pertumbuhan ekonomi di wilayah yang berbasis sektor pertambangan yakni di Kawasan Timur Indonesia (KTI).

Pada triwulan I 2014, pertumbuhan ekonomi KTI  sebesar 4,6 persen (yoy), atau menurun tajam dari 6,6 persen (yoy) pada triwulan IV 2013. Penurunan ini lebih dikarenakan menurunnya produksi sektor pertambangan sebagai dampak implementasi kebijakan pelarangan ekspor mineral mentah. Berbeda dengan KTI, wilayah Jawa dan Sumatera mencatat pertumbuhan masing-masing 5,8 persen (yoy) dan 5,4 persen (yoy) pada triwulan I 2014.
Tags:

Berita Terkait