Peluang dan Tantangan Penggunaan AI bagi Sivitas Akademika
Utama

Peluang dan Tantangan Penggunaan AI bagi Sivitas Akademika

AI menghadirkan peluang untuk mengatasi akar penyebab dari banyak masalah yang dihadapi dunia pendidikan sekaligus tantangan yang menimbulkan kekhawatiran. Untuk itu, mahasiswa dan dosen tetap menjunjung tinggi etika akademik dan menggunakan AI sebagai alat bantu bukan sebagai ide pokok dalam penulisan karya tulis.

Willa Wahyuni
Bacaan 4 Menit
Dosen STIH IBLAM Dr. Yusuf Gunawan saat Launching Kebijakan AI dan Sosialisasi Peraturan AI untuk Dosen di Kampus Utama STIH IBLAM Jakarta, Rabu (3/7/2024). Foto: WIL
Dosen STIH IBLAM Dr. Yusuf Gunawan saat Launching Kebijakan AI dan Sosialisasi Peraturan AI untuk Dosen di Kampus Utama STIH IBLAM Jakarta, Rabu (3/7/2024). Foto: WIL

Kemunculan teknologi Artificial Intelligence (AI) membawa tantangan tersendiri bagi perguruan tinggi. Salah satu tantangan utamanya adalah pengaruh terhadap cara berpikir dosen, mahasiswa, dan kebijakan perguruan tinggi secara keseluruhan (sivitas akademika).

Baru-baru ini Sekolah Tinggi Ilmu Hukum IBLAM telah mengesahkan kebijakan peraturan penggunaan AI untuk dosennya. AI dapat membantu mengurangi beban kerja mahasiswa dan memberikan wawasan yang lebih dalam materi yang dipelajari. Namun, ada juga aspek yang perlu diperhatikan atau diwaspadai yaitu risiko ketergantungan terhadap AI.

“Teknologi membuat segala lebih cepat, singkat, canggih hingga dapat menggeser manusia,” ujar Dosen STIH IBLAM Dr. Yusuf Gunawan saat Launching Kebijakan AI dan Sosialisasi Peraturan AI untuk Dosen di Kampus Utama STIH IBLAM Jakarta, Rabu (3/7/2024).

Baca Juga:

Secara garis besar, Yusuf menyebutkan AI dapat menciptakan sistem yang dapat bertindak layaknya manusia, sistem yang bisa berpikir seperti halnya manusia, mampu berpikir secara rasional, hingga mampu bertindak secara rasional.

Untuk itu, ia mengingatkan kepada para dosen bahwa AI bak pisau bermata tiga. Ia (AI) bisa bermanfaat, membuat celaka, tapi tergantung bagaimana si pemakai menggunakannya.

Ia menerangkan para dosen dan peneliti dituntut untuk menerbitkan artikel ilmiah seringkali kesulitan dalam penyusunan riset proposal. Padahal, mereka dituntut untuk publikasi memenuhi syarat kenaikan pangkat.

Dalam konteks ini, AI muncul sebagai asisten virtual yang sangat berharga. Misalnya, adanya akses ke basis data ilmiah yang luas, algoritma berbasis AI dapat memindai literatur, dapat mengidentifikasi gap penelitian, menyarankan topik dan pertanyaan kepada peneliti. Melalui analisisnya, AI dapat memberikan rekomendasi berdasarkan tren penelitian terkini, memastikan bahwa ide yang diusulkan relevan sesuai dengan kebutuhan terkini.

“AI menghadirkan peluang untuk mengatasi akar penyebab dari banyak masalah yang kita hadapi di dunia pendidikan. AI dapat meningkatkan efisiensi dan efektivitas pengajaran sekaligus mendukung kebutuhan siswa secara individu dengan lebih baik,” jelasnya.

Dalam menghadapi perkembangan kecerdasan buatan yang semakin pesat ini, Yusuf menekankan penting bagi dosen di perguruan tinggi untuk selalu memperbarui pengetahuan dan pemahaman mereka tentang AI. 

“Dosen perlu memanfaatkan AI dalam penelitian, perkuliahan, pembelajaran, dan IBLAM perlu memfasilitasi pembelajaran dan pemanfaatan AI tersebut,” kata dia.

Ia juga tidak menampik adanya gap atau jarak antara pengetahuan teknologi mahasiswa dengan dosen. Mahasiswa bisa berselancar dengan mudah menggunakan AI, sehingga dosen yang tidak mengikuti perkembangan teknologi dapat “ditipu” begitu saja oleh mahasiswa yang melek teknologi.

Untuk dapat menyelaraskan keduanya, maka dosen harus mengikuti perkembangan teknologi, salah satunya dengan memahami penggunaan AI. Dosen juga dapat mendeteksi sebuah karya tulis maupun tugas sehari-hari mahasiswa hasil dari AI atau tidak, yang tentunya ia dituntut harus memiliki pemahaman soal teknologi terlebih dahulu.

“Sebagai salah satu mengefisiensikan pekerjaan, AI dapat menunjang fungsi tri dharma perguruan tinggi, khususnya dalam pembuatan jurnal dan pengabdian masyarakat,” ungkapnya.

Dalam lanskap pendidikan modern yang semakin dikuasai teknologi, kehadiran AI dianggap sebagai berkah bagi mahasiswa maupun dosen. Namun, tentu ada kekhawatiran dari kemudahan tersebut akan menjadi bumerang.

Salah satunya adalah fenomena plagiarisme yang semakin banyak ditemukan, karena kemudahan penggunaan AI yang bisa langsung di copy – paste dan dikumpulkan kepada dosen bersangkutan. Untuk meminimalisir adanya plagiarisme tersebut, STIH IBLAM mengeluarkan peraturan dalam pemanfaatan AI untuk kebutuhan belajar dan mengajar di STIH IBLAM.

“Hal ini dilakukan agar mahasiswa maupun dosen tetap menjunjung tinggi etika akademik dan menggunakan AI sebagai alat bantu bukan sebagai ide pokok dalam penulisan karya tulis.”

Tetap menjunjung etika

Ketua STIH IBLAM Dr. Gunawan Nachrawi mengatakan saat ini belum banyak perguruan tinggi yang menerapkan kebijakan AI ini. Dalam rangka menyesuaikan diri dengan perkembangan teknologi, maka STIH IBLAM merasa perlu untuk menggunakan AI dalam proses perkuliahan yang tentu dengan kebijakan yang menyertainya.

“Kami menerapkan persentase untuk mentolerir penggunaan AI. Jadi tidak semua karya tulis itu AI semua. Dosen dan mahasiswa harus tetap berpikir mandiri,” kata Gunawan dalam kesempatan yang sama.

Hukumonline.com

Dosen STIH IBLAM Dr. Yusuf Gunawan, Kaprodi Magister Hukum STIH IBLAM Dr. Ina Heliany, Ketua STIH IBLAM Dr. Gunawan Nachrawi, Wakil Ketua STIH IBLAM Dr. Marjan Miharja saat peluncuran kebijakan AI di STIH IBLAM.   

Ia tidak ingin kebijakan penggunaan AI tersebut membuat dosen menjadi tidak maksimal mengajar. Jadi, akan ada evaluasi berkala yang dilakukan pihak STIH IBLAM setelah program ini dilaksanakan.

“Kami mengimbau agar dosen menjunjung etika karena dosen memiliki kedudukan tertinggi dalam proses pendidikan dan berpengaruh pada kualitas pengajaran,” lanjutnya.

Gunawan paham betul bahwa penggunaan AI di lembaga pendidikan akan mengurangi peran dosen karena digantikan oleh teknologi. Melihat efek tersebut, maka STIH IBLAM telah menyusun kebijakan untuk meminimalisir hal tersebut.

Tags:

Berita Terkait