Pelemahan Rupiah Masih Menghantui Indonesia
Berita

Pelemahan Rupiah Masih Menghantui Indonesia

Salah satu pemicunya adalah rencana Amerika Serikat yang akan mengumumkan angka penganggurannya.

FAT
Bacaan 2 Menit
Pelemahan Rupiah Masih Menghantui Indonesia
Hukumonline

Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih menghantui Indonesia. Gubernur Bank Indonesia (BI) Agus DW Martowardojo mengatakan, salah satu pemicu rupiah semakin terdepresiasi adalah dengan adanya rencana AS yang akan mengumumkan angka pengangguran mereka.

Pengumuman tersebut, kata Agus, dapat memicu spekulasi terkait tapering off atau pengurangan stimulus dari The Fed yang akhirnya menyebabkan rupiah semakin melemah. “Kondisi ini membuat orang berpikir, tapering off itu akan lebih mungkin dilaksanakan, sehingga membuat tekanan kepada nilai tukar,” katanya di Jakarta, Jumat (6/12).

Pengumuman angka pengangguran ini merupakan pemicu dari faktor eksternal. “Masalah eksternal, kami lihat indikator yang keluar adalah ekonomi Amerika yang menunjukkan indeks perbaikan, nanti malam di Amerika akan mengumumkan tentang unemployment,” kata Agus.

Sedangkan untuk faktor internal, lanjut Agus, ditunjukkan dengan masih besarnya permintaan valuta asing dalam memenuhi kebutuhan akhir tahun. Persoalan ini dipercaya dapat membuat tekanan terhadap nilai tukar rupiah. Meski begitu, ia yakin masalah ini hanya bersifat sementara.

Meskipun pelemahan terhadap rupiah masih menghantui, kata Agus, kinerja ekonomi domestik saat ini sudah menunjukkan perbaikan. Hal ini ditandai dengan penurunan defisit transaksi berjalan dari AS$9,8 miliar pada kuartal II-2013 menjadi AS$8,4 miliar di kuartal III. Bukan hanya itu, neraca perdagangan juga menunjukkan kondisi yang surplus dan angka inflasi menunjukan kondisi yang cukup rendah.

Atas dasar itu, Agus berharap para eksportir dan pemilik dolar AS untuk membelanjakan dananya di pasar domestik. Cara ini dipercaya bisa mengurangi tekanan terhadap rupiah. Menurutnya, tekanan terhadap rupiah masih akan terus terjadi. Untuk itu BI akan terus mengantisipasinya.

“Saya ingin menyampaikan bahwa saat ini ada tekanan-tekanan yang memang bisa terjadi, karena adanya persiapan-persiapan masuk ke tahun 2014. Dan, kami harus tetap waspada menghadapinya, tidak perlu kita menjadi panik,” tutur Agus.

Meski tak besar, BI berjanji akan terus memberikan suplai dolar AS ke pasar. Suplai dilakukan, lanjut Agus, untuk menjaga likuiditas di pasar. Menurutnya, meskipun nilai transaksi secara harian mengalami penurunan, selama tiga bulan ini BI terus menjaga likuiditas di pasar.

Untuk para importir, kata Agus, BI berharap  pembelian dolar tak dilakukan hanya untuk hal-hal yang kurang diperlukan. Ia menyarankan para importir dan pembeli dolar untuk menggunakan cara forward buy atau hedging.

“Pembeli (dolar, red) kami rekomendasikan juga untuk melakukan forward buy atau hedging, sehingga tidak membawa tekanan terlalu besar,” tukasnya.

Terkait cadangan devisa, Agus berjanji, BI akan selalu menjaga jumlahnya pada level yang sehat. Menurut dia, jumlah cadangan devisa yang baik dapat mampu mendukung dinamika perekonomian di dalam negeri. Saat ini, jumlah cadangan devisa di BI sebesar AS$97 miliar.

“Rasio yang biasa kami gunakan adalah perkalian dari impor dan utang luar negeri yg harus di bayar. Dan itu masih di atas itu atau dalam keadaan baik,” tutup Agus.

Tags: