Once: Dari Lawyer ke Rocker
Profil

Once: Dari Lawyer ke Rocker

Kalau disebut nama Elfonda Mekel SH, mungkin banyak orang tidak kenal, tapi coba sebut nama Once, apalagi dengan tambahan embel-embel Dewa, niscaya banyak orang, minimal penikmat musik di tanah air, akan menganggukkan kepala.

Nay
Bacaan 2 Menit

Sebagai salah satu band papan atas di Indonesia, kaset dan CD Dewa jelas tidak luput dari pembajakan. Diperkirakan, bajakan yang beredar tiga kali lipat dari yang asli. Jika album Bintang Lima saja terjual 1,7 kopi, dan album Cintailah Cinta 1,4 juta kopi, bayangkan berapa banyak bajakan yang beredar.

Di mata Once, kunci untuk memberantas pembajakan adalah komitmen dan tindakan tegas dari pemerintah. Tindakan aparat hukum saja, seperti melakukan sweeping di pertokoan, tidak akan efektif karena dalam waktu singkat akan muncul kembali. Ia percaya ada kekuatan besar -sebuah mafia- di balik pembajakan. Uang yang didapat dari pembajakan sangat besar, lebih banyak dari yang didapat oleh perusahaan rekaman, mengingat mereka tidak membayar pajak.  Di sisi lain, harga kaset dan CD pun tidak bisa terlalu mahal mengingat kemampuan membeli masyarakat yang masih rendah. 

Di sela-sela waktu luang yang ada, Once masih tertarik mengikuti perkembangan dunia hukum. Caranya dengan membaca media massa ataupun membaca buku-buku hukum. Ia bahkan mengoleksi CD ROM dan buku kumpulan peraturan yang diterbitkan oleh hukumonline. Pria ini juga memendam keinginan untuk melanjutkan sekolah di bidang hukum. Sayangnya, saat ini hal itu masih sulit untuk dilakukan karena jadwal Dewa yang padat dan tidak teratur seperti jadwal kerja kantoran umumnya. Walau belum tahu kapan niat itu akan kesampaian, ia sudah mengalokasikan dana untuk melanjutkan sekolah.

Bagi Once, melanjutkan sekolah merupakan salah satu cara untuk bisa mengejar ketertinggalannya di bidang hukum. Selain musik, hobi lain Once adalah membaca buku tentang sejarah dunia, seperti peradaban Mesir kuno, Yunani kuno atau Prasejarah. Salah-satu buku terakhir yang ia baca adalah "Blueprint of Atlantis", sebuah buku tentang penelitian-penelitian soal Atlantis.

Hobi lain pria gondrong ini adalah main bola dan berenang. Hobi main bola sempat membuat 'masalah' ketika Dewa manggung di negeri jiran Malaysia tahun  lalu. Dua hari sebelum pementasan, ketika tengah bermain bola, tangan Once patah empat bagian. Panitia pun panik. Penonton sudah membeli tiket, sehingga pertunjukan tidak bisa dibatalkan. Ia pun tidak sempat operasi karena berada di Malaysia. But the show must go on, jadilah Once manggung dengan modal pain killer.

Tur ke berbagai kota di Indonesia juga menyisakan berbagai pengalaman. Timpukan koin atau botol air mineral dari fans bukan sesuatu yang asing. Seringnya, timpukan itu hanya sekadar cara untuk menyapa sang idola. Ketika tur di Lampung, pemain bas yang baru saja menggantikan pemain yang lama, bocor kepalanya karena ditimpuk batu.

Penonton rusuh karena memaksa masuk ke tempat pertunjukan juga suatu hal yang jamak. Bahkan, ketika konser di Cirebon, Once dan personil Dewa lainnya sempat menjadi korban gas air mata lantaran tembakan gas tersebut oleh aparat yang kewalahan menghalau penonton, asapnya malah tertiup angin ke arah panggung.

Diuber infotainment juga menjadi santapan sehari-hari Once. Meski kesal karena ada orang yang making money out of their privacy, ia sadar bahwa hal itu adalah konsekuensi dari pekerjaannya.

Setiap pekerjaan tentu ada konsekuensinya. Setiap pilihan juga ada akibatnya. Mengutip falsafah hidup Once, bahwa hidup terdiri dari serangkaian misi, saat ini mungkin misi Once adalah menjadi rocker. Apa misi selanjutnya, kita tunggu saja. Toh, seperti lirik lagu Dewa, "Hidup adalah perjuangan tanpa henti-henti.."

Tags: