Nukilan Kisah Hakim Inspiratif
Resensi

Nukilan Kisah Hakim Inspiratif

Sebuah persembahan Komisi Yudisial yang berpijak pada keprihatinan melihat kondisi hakim.

MYS
Bacaan 2 Menit
Foto: Sgp
Foto: Sgp

Kalau ingin melihat kehidupan hakim yang sesungguhnya, jangan hanya mendatangi gedung pengadilan. Dan jangan pula cuma mendatangi pengadilan di kota-kota besar. Cobalah tengok kehidupan para ‘wakil Tuhan’ itu di ibukota kabupaten yang jauh dari pantauan, dan untuk sampai ke sana mereka harus berjuang menempuh perjalanan berjam-jam. Ada banyak cerita yang bisa Anda tuliskan.

Sebagian cerita kehidupan hakim itu coba dituangkan Komisi Yudisial ke dalam buku setebal 193 halaman. Buku ini ditulis berangkat dari pandangan bahwa masih ada hakim yang benar-benar mengabdi untuk menegakkan keadilan yang compang camping di negara ini. Masih ada hakim yang dengan sepenuh hati menjaga integritas meskipun mereka memiliki keterbatasan.

“Apa yang ditulis di buku ini berkisah tentang para hakim yang duduk di muka persidangan dengan beragam suka duka, termasuk berbagai godaan saat palu vonis akan diketukkan di meja. Kisah-kisah mereka mampu memberikan inspirasi kepada siapapun,” tulis Sekjen Komisi Yudisial Muzayyin Mahbub dalam sambutannya.

Inspiratif. Begitulah kata yang dipakai penulis untuk menunjukkan kehidupan beberapa hakim yang layak dijadikan teladan. Tetapi apa ukuran kisah inspiratif itu? Kesederhanaan hidupkah? Keteguhan sikap saat memutus perkara? Tetap menerima penugasan walau ke daerah yang jauh dan sulit untuk pulang karena biaya transportasi yang mahal? Atau, ikut memperjuangkan kesejahteraan hakim melalui ancaman mogok nasional? Bisakah disebut inspiratif kisah hakim yang tak berani menolak intervensi militer terhadap peradilan? Semua bercampur dalam buku ini, dan mungkin Anda perlu membaca satu per satu kisah mereka.

Penulis –empat orang jurnalis yang biasa meliput di Komisi Yudisial--  dan editor memang tidak memberikan penjelasan detil tentang kriteria kisah inspiratif itu. Maka, tidak mengherankan, kisah hakim yang belum genap bertugas 2 tahun pun masuk di dalamnya (hal. 28), atau hakim yang sudah hampir pensiun (hal. 107). Bagi penyusun, warna warni kehidupan hakim itulah yang mungkin menarik untuk dinukilkan.

Judul

Hakim Menjaga Kehormatan di Tengah Cercaan: Kisah-Kisah Hakim Inspiratif

Penulis

Muhammad Nazaruddin Latief dkk

Editor

Hermansyah, Asep Rahmat Fajar, Suwantoro

Penerbit

Komisi Yudisial Republik Indonesia

Tahun terbit

2012

Halaman

193 + xiii

Kisah Lilik Mulyadi (hal. 53), hakim yang cinta literasi, adalah contoh inspirasi hakim yang mampu menuangkan pengetahuannya ke dalam puluhan buku teks, menyebarkan ilmunya kepada mahasiswa, dan tetap menekuni dunia sastra. Atau, hakim Haswandi (hal. 85) yang setia dengan motornya mengantarkan tugas dan tidak silau oleh permata, termasuk di tengah kemewahan Ibukota Jakarta.

Kisah hakim-hakim lain yang tertuang dalam bukunya seolah menjadi oase di tengah cercaan publik akibat perilaku segelintir hakim, baik karena terbius obat terlarang maupun tergiur mendapatkan uang berlimpah secara tidak halal. Satu hal yang membanggakan sebagian hakim inspiratif dalam buku ini berjuang bukan hanya untuk dirinya, tetapi juga untuk kesejahteraan seluruh hakim. Kisah Sunoto, hakim PN Kuala Simpang Aceh (hal. 17), atau kisah hakim Andy Nurvita (hal. 163) bisa dibaca dalam konteks ini, meskipun bukan hanya mereka berdua hakim yang ikut memperjuangkan kesejahteraan para hakim ke Jakarta.

Bahkan, daftar hakim yang inspiratif bisa ditambah jika saja tim penulis mencari informasi dari sumber-sumber lain di luar Komisi Yudisial dana media massa. Sulit rasanya diterima akal hanya ada belasan hakim yang kisah hidupnya inspiratif dari ribuan hakim seluruh Indonesia. Metode penelusuran yang dilakukan penulis bisa menjadi titik kritis buku ini, selain beberapa kesalahan yang tak seharusnya terjadi.

Misalnya, saat menukilkan kisah Lilik Mulyadi, penulis selalu menyebut Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta Pusat (hal. 54). Seolah-olah ada PHI Jakarta Selatan, PHI Jakarta Barat, atau PHI Jakarta Utara. Frasa ‘rendah diri’ dalam kisah hakim PN Ende, Asri (hal. 27), pastilah maksudnya rendah hati.

Pembaca yang kritis mungkin juga bertanya dalam hati: apakah tidak ada hakim peradilan militer dan peradilan tata usaha negara yang kisah hidupnya layak menjadi inspirasi? Pertanyaan ini mungkin bisa dijawab Komisi Yudisial dengan buku-buku kisah inspiratif lainnya.

Satu hal yang pasti, kisah para hakim tersebut memberi kita harapan, bahwa masih ada hakim yang bekerja dengan hati mulia. Seperti kata M. Sobary pada epilog buku ini: “Mereka tidak mengharap pujian, tapi kita tak bisa tidak mengatakan betapa mulia jiwa orang-orang terpuji –termasuk para hakim itu—di zaman terkutuk macam ini”.

Selamat membaca…

Tags:

Berita Terkait