Setelah menjalani serangkaian perawatan di dalam maupun di luar negeri, penyidik senior KPK Novel Baswedan kembali bertugas di lembaga antirasuah tersebut. Butuh waktu 16 bulan sejak Novel disiram air keras sehingga matanya rusak oleh orang tak dikenal pada 11 April 2017 silam.
Kedatangan Novel ke KPK pun disambut oleh Ketua KPK Agus Rahardjo, Wakil Ketua KPK Saut Situmorang, Direktur Gratifikasi KPK Giri Supradiono, mantan pemimpin KPK Abraham Samad dan Bambang Widjojanto, Ketua Umum PP Pemuda Muhammadiyah Dahnil Anzar Simanjuntak, para aktivis antikorupsi serta sekitar 200 pegawai KPK. Per hari ini, Jumat (27/7), Novel resmi kembali bertugas di KPK.
"Selamat datang kembali. Kami terima sepenuh hati, tetap bekerja di tempat semula tanpa ada mutasi," kata Ketua KPK Agus Rahardjo.
Senyum merekah juga disambut para penyambut Novel. Senyum yang dilempar pun dibalas dengan lambaian tangan Novel saat berada di pelataran Gedung KPK. Novel pun menyalami mereka satu persatu. Bahkan, Novel sempat dipeluk dan digendong Saut Situmorang, Wakil Ketua KPK.
"Terima kasih banyak, terima kasih rakyat Indonesia yang mendukung terkait penyerangan yang saya alami. Saya bersyukur saya sekarang bisa melihat, saya pernah mengalami keadaan di mana saya tidak bisa melihat, saya melihat walau ada beberapa kendala," kata Novel, yang memakai kemeja batik cokelat dan kacamata, dari panggung kecil di depan lobi gedung KPK.
Sejak 22 Februari 2018 lalu, Novel telah kembali dari Singapura ke Indonesia. Sekitar 10 bulan Novel menjalani pengobatan di Singapura. Pada awalnya, kedua mata Novel rusak akibat siraman air keras. Kejadian ini terjadi seusai Novel salat subuh di Masjid Al-Ihsan dekat kediamannya.
Dari hasil diagnosa dokter, mata kiri Novel mengalami kerusakan lebih para dibanding mata kanannya. Meski begitu, semangat Novel untuk kembali bekerja tak pernah surut. Ia berjanji akan maksimal dalam bekerja.
"Sebagai bentuk rasa syukur saya masuk kerja ke kantor KPK akan melakukan semaksimal mungkin yang bisa saya kerjakan," kata Novel.
Ia berharap, tak terjadi lagi penyerangan terhadap pegawai KPK. Menurutnya, kejadian ini tak menyurutkan langkah dirinya dalam mengungkap pelaku penyerangan, apapun risikonya.
"Apapun yang saya alami saya syukuri, saya ikhlas, saya memaafkan pelaku, saya tidak dendam, bukan hanya dari mulut saja tapi juga dari hati tapi saya tidak berhenti bersuara agar ini semua diungkap. Saya akan bicara dengan risiko apapun, bukan hanya terkait diri saya sendiri, tapi pelakunya, penyerangan adalah penyerangan ke KPK," kata Novel.
Ketua Wadah Pegawai (WP) Yudi Purnomo melayangkan surat terbuka untuk Presiden Joko Widodo. Dalam suratnya, Yudi mengingatkan kejadian yang menimpa Novel Baswedan bisa saja terjadi pada setiap di kemudian hari. Atas dasar itu, ia berharap negara dapat hadir dalam mengungkap kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan.
“Kami berharap sikap tegas Presiden untuk membentuk Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) yang dibentuk dari berbagai pemangku kepentingan termasuk tokoh, lembaga berwenang dan Masyarakat yang tentu saja harus berintegritas dan berkompeten. Semoga Allah menolong kita semua,” tuturnya.