Muthia Zahra Feriani:
Pengusaha Muda, Bermodal Ilmu Hukum
Berita

Muthia Zahra Feriani:
Pengusaha Muda, Bermodal Ilmu Hukum

Pergulatan hidup sejak mempelajari hukum di bangku kuliah membawanya pada pilihan untuk membangun bisnis.

KAR
Bacaan 2 Menit
Muthia Zahra Feriani. Foto: Istimewa
Muthia Zahra Feriani. Foto: Istimewa

Niatnya masuk fakultas hukum memang bukan untuk menjadi pengacara, jaksa, hakim, atau profesi hukum lainnya. Tak heran, empat tahun menempuh pendidikan hukum di Universitas Indonesia menjadi masa pergulatan batin bagi perempuan muda bernama Muthia Zahra Feriani. Ia menjalani hari-hari di ruang kelas tanpa keutuhan rasa dan karsa. Untungnya, kegemaran Muthia untuk membaca dan menulis menyelamatkan nilai-nilai ujiannya, sehingga mampu meraih indeks prestasicum laude.

Sesungguhnya, musik dan seni merupakan panggilan jiwa bagi Muthia. Apa daya, kultur Indonesia menganggap dua bidang itu bukan profesi menjanjikan bagi masa depan. Alhasil, Muthia pun mengikuti saran orang tuanya agar ia mengambil pendidikan yang bisa mengantarkan pada profesi lain yang dianggap mapan, seperti akuntansi atau hukum.

Kebosanan yang mewarnai hari-harinya saat bergelut dengan teori-teori hukum mendorong Muthia aktif dalam kegiatan-kegiatan ekstrakurikuler. Ia senang wara-wiri menjadi pembawa acara maupun koordinator acara di banyak kegiatan yang diselenggarakan organisasi kemahasiswaan tingkat fakultas. Rupanya, banyak teman-teman dan senior Muthia yang menyukai penampilan maupun konsep acara yang ia bawakan.

Sebagai titik balik, bersama mahasiswa hukum lainnya yang hobi musik, teater, tari, dan manajemen bakat, Muthia memprakarsai sebuah organisasi seni. Ia menyebutnya Law’s Art Performers, yang mereka jadikan rumah untuk pulang dari aktivitas yang melelahkan, sekaligus tempat bermain dan belajar untuk mahasiswa hukum yang memiliki bakat serta minat sebagai pemikat sekaligus penikmat seni.

Rupanya, kesuksesan membangun organisasi seni di dalam fakultas hukum yang sering diasosiasikan kaku menuntunnya pada kelok lain perjalanan hidup. Ia 'jatuh cinta' pada hukum. Rasa cinta itu tumbuh tatkala dirinya menikmati kuliah hak kekayaan intelektual (HKI). Muthia menemukan ada irisan bidang hukum yang dipelajarinya dengan dunia seni yang disukai sejak kecil.

“Papa saya memang pernah bilang, tak ada ilmu yang salah. Pada akhirnya saya mengerti bahwa apa yang kita pelajari akan selalu bisa bermanfaat,” tutur Muthia.

Rasa cinta yang terus mekar itu membuat Muthia ingin mendalami bidang HKI. Ia pun mengambil skripsi yang berkaitan dengan bidang itu. Baru saja menyandang gelar sarjana hukum, Prof. Agus Sardjono, Guru Besar HKI FHUI meminangnya untuk menjadi asisten. Tentu Muthia menyambut dengan suka cita. Bahkan hal itu memacunya untuk terus mengasah ilmu sampai ke luar negeri.

“Saya tidak menduga bisa berkeinginan untuk belajar di luar negeri kemudian jadi dosen HKI, sebab awalnya saya kuliah hanya sebatas berjuang untuk segera lulus,” tuturnya.

Sayangnya, keinginan yang menggebu-gebu itu harus ia pendam. Sebab sebelum menemui ajal, sang papa meminta Muthia untuk tidak meninggalkan ibunya. Muthia pun tak bisa hidup jauh terpisah meninggalkan sang ibunda, meski ibunya berkali-kali mendorong Muthia untuk mengejar kesempatan belajar di luar negeri.

“Sempat galau juga, karena saat sedang menggebu-gebu cita-citaku harus aku pendam demi orang yang aku sayang,” kenangnya.

Kemudian Muthia memilih untuk mencoba menjadi lawyer di bidang HKI. Dirinya pun sempat bergabung dengan K&K Advocates. Namun tak bertahan lama, Muthia merasa menjadi praktisi hukum bukan jalan hidup pilihannya.

Ia kembali mengalami pergulatan batin. Namun, Muthia sekali lagi mampu mengatasinya. Dengan brand Parama Ideas Event Organizer, ia membangun bisnis di bidang industri kreatif yang menawarkan jasa event organizer. Meski baru seumur jagung, PT Paruh Anggang Media, perusahaannya sudah mampu memenangkan tender di salah satu perusahaan migas besar di Indonesia.

“Uniknya, manajemen perusahaan itu sempat meragukan perusahaanku karena dipimpin anak muda 20-an tahun. Tapi mereka mengakui, ide kami segar,” cetusnya.

Kini, dia merasa semakin menikmati hidup. Meski menyadari perjalanan hidupnya masih panjang, Muthia yakin sudah menemukan apa yang selama ini dicari oleh batinnya: membangun bisnis di dunia kreatif dengan pondasi ilmu hukum. Ia mengatakan bahwa pendidikan hukumnya sangat membantu dalam mengembangkan bisnisnya.

“Saya sangat merasakan basis pengetahuan hukum terkait penyusunan kontrak dan regulasi sangat membantu mengembangkan bisnis. Pada akhirnya saya menyadari, belajar ilmu hukum tak hanya membawa kita pada profesi praktisi atau penegak hukum. Belajar hukum juga bisa jadi modal untuk berbisnis,” pungkasnya.

Tags: