Momentum Indonesia di Tengah Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi
Berita

Momentum Indonesia di Tengah Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi

Investasi asing yang masuk ke Indonesia diperkirakan akan semakin marak.

FAT
Bacaan 2 Menit
Momentum Indonesia di Tengah Lambatnya Pertumbuhan Ekonomi
Hukumonline

Meski pertumbuhan ekonomi dunia 2013 diprediksi tak akan melaju kencang, namun menjadi momentum tersendiri bagi Indonesia. Hal tersebut diutarakan oleh Senior Economist Mandiri Sekuritas, Aldian Taloputra, dalam paparan macro economic outlook di Jakarta, Selasa (14/5). Menurutnya, momentum yang dimaksud adalah terdapatnya nilai tambah dengan semakin derasnya tingkat investasi asing ke Tanah Air.

"Ekspektasi itu 7,5 persen, tapi diharapkan bisa sampai 8 persen. Nah, ini dampaknya kepada inflow cukup kencang ke Indonesia. Meski yield rendah, tapi inflow akan masih besar. Hal ini yang membuat mau tidak mau asing tetap masuk ke kita. Ini menjadi positif karena bisa membantu financing kita," kata Aldi.

Lebih lanjut Aldi menjelaskan, pertumbuhan ekonomi Indonesia di tahun ini akan tetap positif dan relatif tumbuh di atas 6 persen, meski IMF sudah menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi dunia, yakni tumbuh sekitar 3,3 persen pada 2013. Atas dasar itu, pertumbuhan ekonomi di negara-negara adidaya akan mengalami perlambatan  kecuali Jepang.

"Pertumbuhan ekonomi negara maju diperkirakan lebih lambat, kecuali Jepang yang diperkirakan meningkat tajam yang didorong oleh kebijakan stimulus. Recovery Jepang sendiri 1,6 persen," ujar Aldi.

Chief Economist PT Bank Mandiri Tbk Destry Damayanti mengatakan, momentum yang bagus tersebut terlihat dari data yang dirilis Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) beberapa waktu lalu. Data tersebut menunjukkan bahwa asing masih mendominasi investasi langsung di Indonesia dengan angka sekitar 70 persen pada kuartal pertama 2013.

Ia mengatakan, meski secara investasi total Indonesia masih rendah ketimbang negara tetangga seperti Malaysia, namun terdapat keunggulan tersendiri. Keunggulan yang dimaksud terdapatnya bonus demografi dan tumbuhnya masyarakat kelas menengah di Indonesia.

"Ada pertumbuhan masyarakat menengah, ini potensi luar biasa. Momentum masih besar sekali," kata Destry.

Ditambah lagi, lanjut Destry, sumber daya alam Indonesia yang berlimpah ruah. Hal ini tercermin dari posisi ekspor Indonesia mendominasi di dunia. "Misalnya, ekspor CPO 2012 sebesar AS$16,6 miliar dan berada di rangking pertama dunia. Ekspor batubara sebesar AS$26,1 miliar yang menduduki peringkat kedua di dunia," katanya.

Terkait rencana pemerintah menaikkan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) jenis premium menjadi Rp6.500 per liter dan solar jadi Rp5.500 per liter (skenario dua) terdapat penghematan bagi Indonesia apabila kebijakan tersebut dilakukan sejak awal tahun 2013 lalu. Penghematan tersebut mencapai Rp73,5 triliun.

Tapi, jika rencana tersebut ditargetkan berlaku Juni 2013, maka anggaran yang dihemat adalah Rp 6,75 triliun. "Tapi kalau setengah tahun, penghematan adalah sebesar Rp36,75 triliun," kata Destry.

Atas dasar itu pula, ia menilai, kebijakan kenaikan harga BBM ini merupakan langkah tepat. Mengingat pengeluaran anggaran subsidi secara keseluruhan sudah mencapai Rp300 triliun. Sehingga jika tak ada kebijakan subsidi ini akan ada Rp400 triliunan yang melayang. Terlebih lagi, bahan bakar jenis solar lebih banyak dikonsumsi oleh kendaraan transportasi umum, sehingga harganya harus lebih murah.

"Jadi 90 persen pengguna solar itu adalah alat transportasi. Sementara sisanya lima persen mobil pribadi, empat persen angkutan barang seperti truk, dan satu persen kendaraan lainnya," ujar Destry.

Apabila, pemerintah mengambil kebijakan pada skenario pertama yakni harga premium dan solar sama-sama naik menjadi Rp6000, maka penghematan anggarannya Rp37 triliun. Bukan hanya itu, ia juga memprediksi konsumsi terhadap BBM juga akan menurun 7,5 persen dari sebelum kenaikan harga dilakukan.

"Impor migas berpeluang turun sebesar AS$2,7 miliar," pungkasnya.

Tags: