Satu hari lagi menuju Kongres ke-IV Kongres Advokat Indonesia (KAI) pada 7-8 Juni 2024 di Solo, Jawa Tengah. Ada yang istimewa dalam penyelenggaraan kongres kali ini—yaitu babak baru perjalanan KAI lima tahun mendatang, dalam bentuk baru sistem kepemimpinan presidium.
Presiden KAI, Adv. Dr. Tjoetjoe Sandjaja Hernanto mengungkapkan, wacana peralihan kepemimpinan organisasi KAI dari sistem presidensial ke presidium telah melewati sejumlah kajian empiris, pengalaman, pemikiran dan diskusi panjang dari pengurus pusat hingga DPD. Sistem presidium sendiri, dirasa cocok dengan dinamika organisasi KAI saat ini.
”Presidensial memerlukan figur atau tokoh pemimpin kuat yang bisa diterima semua kalangan. Minusnya, ketika ada banyak calon, bisa pecah ke bawah. Kita mau menghindar dari perpecahan. Sementara presidium adalah memimpin organisasi ini bersama-sama. Bukan sekadar kolektif kolegial. Kelebihannya jauh lebih banyak,” kata Tjoetjoe.
Bicara mengenai pemimpin ideal, Tjoetjoe berharap, KAI dapat maju di bawah nakhoda pemimpin yang egaliter, dapat ’turun ke bawah’, berjejaring luas, punya ide, mampu berinovasi, dan beradaptasi dengan digitalisasi. Ia menegaskan, kongres sendiri bukan tempat gontok-gontokan, melainkan tempat reuni, berkumpul, dan bersukacita.
”Saya ingin mengakhiri jabatan sebagai Presiden KAI dengan baik. Saya mencoba sekuat tenaga untuk membangun tradisi baru. Perbedaan pendapat yang muncul akan diselesaikan di luar kongres dengan diskusi, buat forum pendapat, atau debat. Kongres bukan tempat berdebat, berkelahi, tapi momen kita melepas rindu. Ini yang kita coba ciptakan,” pungkas Tjoetjoe.
Artikel ini merupakan kerja sama antara Hukumonline dengan Kongres Advokat Indonesia (KAI).