Menteri ESDM: Pencopotan Dirjen Migas untuk Mengurai Sumbatan
Berita

Menteri ESDM: Pencopotan Dirjen Migas untuk Mengurai Sumbatan

Plt Dirjen Migas menargetkan kepastian perpanjangan kontrak migas.

KAR
Bacaan 2 Menit
Kementerian ESDM. Foto: SGP
Kementerian ESDM. Foto: SGP
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Sudirman Said, membuat gebrakan. Dia mengaku telah menandatangani Surat Keputusan (SK) pengangkatan Plt Dirjen Migas Naryanto Wagimin untuk meneruskan tugas Edy Hermantoro. Ia menegaskan, pemberhentian Edy dilakukan karena selama ini ia tidak bisa menjalankan tugas dengan baik.

Edy Hermantoro dilantik menjadi Dirjen Migas Kementerian ESDM pada 31 Januari 2013, menggantikan Evita Herawati Legowo yang pensiun pada 1 Desember 2012. Saat itu,Edy menjabat sebagai Sekretaris Direktorat Jenderal Migas. Sebelumnya, pria yang berkarir di Kementerian ESDM sejak 1987 itu juga pernah menjabat sebagai Direktur Pembinaan Hulu Minyak dan Gas Dirjen Migas.

"Hari ini saya menandatangani Surat Keputusan (SK) pengangkatan Plt Dirjen Migas Naryanto Wagimin untuk meneruskan tugas Edy Hermantoro," kata Sudirman kepada wartawan di Jakarta, Selasa (4/11).

Sudirman menambahkan, penggantian ini juga dilakukan sebagai upaya untuk mengurangi sumbatan yang ada di sektor migas. Selain itu, Sudirman juga menambahkan, langkahnya itu dalam rangka menyelesaikan proyek-proyek nasional dengan segera.

"Selama ini yang lama karena adanya kepentingan. Kalau kita jalan lurus ke depan enggak tengok kanan kiri akan cepat prosesnya. Laporan UKP4 dari seluruh program nasional yang dikejar, banyak yang tidak selesai dan banyak yang terhambat," tegas dia.

Naryanto Wagimin adalah Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas di Direktorat Jenderal Minyak Dan Gas (Ditjen Migas) Kementerian ESDM. Sebelumnya, merupakan salah satu pejabat eselon II sebagai Direktur Pembinaan Program Migas. Ia sendiri mengatakan dirinya belum menerima SK pengangkatan yang dimaksud Sudirman.

"Saya belum terima suratnya," kata Naryanto singkat.

Kendati belum menerima surat pengangkatan, Naryanto menegaskan dirinya siap melaksanakan tugas yang dipercayakan kepadanya. Ia meyakinkan akan berusaha memecahkan sejumlah permasalahan di sektor hulu migas. Target utamanya, memberikan kepastian terkait perpanjangan kontrak wilayah kerja migas.

"Lima tahun ke depan kan ada 20 Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) perpanjangan kontrak dan itu harus diselesaikan karena ada potensi produksi gas 30% dan minyak 20% harus ada kepastian itu akan diperpanjang atau tidak," kata Naryanto.

Beberapa blok migas yang kontraknya akan berakhir dalam waktu dekat adalah blok Siak dengan operator Chevron Pacific Indonesia (2013), blok Gebang dengan operator JOB Pertamina-Costa (2015), blok Mahakam dengan operator Total E&P Indonesie (2017), Offshore North West Java (2017), dan blok Tuban (2018).

Selain itu, ada juga blok Bula yang operatornya adalah Kalrez Petroleum, Seram Non Bula (Citic), Pendopo dan Raja (Pertamina-Golden Spike) dan Jambi Merang yang akan berakhir pada 2019 mendatang. Pada tahun yang sama kemungkinan kontrak South Jambi B, Malacca Strait, Brantas, Salawati, Kepala Burung Blok A, Sengkang dan Makassar Strait Offshore Area A akan berakhir.

Naryanto mengakui, keputusan perpanjangan kontrak ini tak mudah dijalankan, tetapi tidak menginginkan proses tersebut memakan waktu lama. Kata dia, karena itu, dalam waktu dekat segera rapat menyelesaikan secara bertahap problem pelaku usaha hulu migas tersebut.

"Ya, karena itu keputusan tindak lanjut proyek bakal lanjut atau tidak harus selesai. Kami bilang satu persatu perpanjangan kontrak akan dilaksanakan, besok ada rapat lagi," tutur dia.
Tags:

Berita Terkait