Mengenang Guru Besar, FH UI Resmikan Ruang Bhenyamin Hoessein
Berita

Mengenang Guru Besar, FH UI Resmikan Ruang Bhenyamin Hoessein

Prof. Bhen dikenang sebagai sosok teladan, akademisi tulen yang mengabdi hingga akhir hayat.

Norman Edwin Elnizar
Bacaan 2 Menit

 

Ada cuplikan perkataan sang suami yang masih diingatnya,” (dia bilang) Kalau saya jadi hakim saya takut menjadi hakim yang tidak adil, kalau saya menjadi jaksa saya khawatir orang yang nggak salah saya tuntut, kalau saya jadi pengacara saya takut membela orang yang salah, jadi lebih baik saya mengabdikan ilmu saya sebagai dosen,” ucapnya sembari tersenyum mengenang suaminya.

 

Prof.Bhen juga bukan seorang yang senang bepergian. “Kecuali tugas, dia lebih senang di rumah, motonya dia bayti jannati (rumahku surgaku). Selalu buku di tangannya,” ucapnya sembari tertawa.

 

Seha juga menggambarkan sosok suaminya yang fokus mengabdi tanpa mau tahu soal penghasilan rekan-rekannya di kampus. Ketika mereka tinggal di komplek dosen UI di Ciputat, Seha bermaksud membantu menyumbang penghasilan satpam komplek. Sebagai pembanding, ia bertanya pada suaminya yang tengah menjabat Ketua Program Pascasarjana di FISIP UI soal besar gaji satpam di kampus UI.

 

“Dia bilang, ‘mana saya ngurusin pendapatan orang, saya nggak tahu’. Dia nggak tahu berapa honor Dekan dan lain-lain, nggak pernah tanya,” katanya diiringi gelak tawa mengenang jawaban suaminya.

 

Menurutnya, Bhen terus aktif mengajar hingga akhir hayatnya. Dalam keadaan sudah dilarang dokter beraktifitas karena penurunan kesehatan, suaminya tetap memilih datang ke kampus menjelaskan soal ujian kepada mahasiswa. “Dia waktu itu berkeras datang ke kampus memberikan ujian, padahal soal bisa dititipkan. Sudah sakit pun masih ada yang datang konsultasi bimbingan, dia senang kalau muridnya berhasil,” paparnya.

 

Satu hal yang ditegaskan tentang suaminya adalah Prof.Bhen bukanlah seorang pengejar materi, popularitas, dan jabatan. “Paling tidak pernah mencari jabatan. Dia selalu ditawarkan, kalau cocok mungkin diterima, jika tidak, dia tidak mau. Dan tidak pernah tanya berapa honornya, kalau ilmunya bisa dimanfaatkan disana, dia terima,” katanya lagi.

 

Sikap ini juga diterapkan Prof.Bhen jika ditawari menjadi pembicara. Ia menyaksikan bagaimana Bhen berkali-kali menolak tawaran menjadi narasumber jika dirasa tidak cocok dengan keilmuannya.

Tags:

Berita Terkait