Mencari Solusi Kebijakan Melalui Layanan “Smart Health” Jakarta
Terbaru

Mencari Solusi Kebijakan Melalui Layanan “Smart Health” Jakarta

Penyelesaian pandemi Covid-19 tidak dapat dilakukan pemerintah saja, melainkan pihak lain termasuk swasta juga harus terlibat.

Mochamad Januar Rizki
Bacaan 3 Menit

Analis Program ThinkWell, dr. Ryan R. Nugraha mengatakan pemanfaatan teknologi digital Smart Health harus terhubung dengan gaya hidup masyarakat. Sehingga, dapat dideteksi kebutuhan layanan kesehatan dengan penyakit pada masyarakat.

Sebenarnya smart city sebuah interkoneksi memanfaatkan teknologi untuk me-leverage service publik. Bagaimana dengan ICT (information and communication technology) bisa capture lifestyle data secara real time sehingga terhubung dengan layanan kesehatan. Lalu, saat ini misalnya keterbatasan oksigen bagaimana menagkap respons dan mendelivery oksigen kepada yang membutukan, punya alert system. Saya ingin tahu apa ICT bisa jawab tantangan ini,” jelas Ryan.

Ketua Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Pengurus Daerah Jakarta, Baequni menyampaikan pemerintah harus melibatkan aparatur masyarakat hingga tingkat RT dan RW dalam penyelesaian pandemi Covid-19. Selama ini, pemerintah belum melibatkan langsung masyarakat.

“Pemerintah jadikan komunitas (masyarakat) sebagai objek dalam kesehatan bukan subjek. Sehingga masyarakat tidak terdidik karena seharusnya pemerintah hanya supporting saja,” kata Baequni.

Dia menjelaskan pemahaman masyarakat tentang kesehatan masih rendah. “Masyarakat enggak paham hidup sehat, pentingnya olahhraga pentingnya makanan sehat kesehatan belum jadi budaya,” tambahnya.

Akibatnya, saat pandemi Covid-19, penyelesaiannya masih bersifat hilir seperti penyediaan layanan Kesehatan, rumah sakit dan vaksinasi yang tidak efektif. “Health service seperti rumah sakit sebanyak apapun dibuat kalau enggak mulai dari hulu maka kolaps. Hulu itu masyarakat, kalau enggak intervensi hulu maka kolaps. Sekarang kenyataan penuh rumah sakit, susah cari karena mahal dan sulit,” jelasnya.

Untuk diketahui, Satuan Tugas Penanganan Covid-19 melaporkan 14.443.813 jiwa telah menerima vaksin Covid-19 dosis lengkap, dalam upaya membentuk kekebalan kelompok dan mengatasi pandemi Covid-19.

Dari angka tersebut terdapat tambahan sebanyak 175.833 jiwa yang telah divaksin pada Rabu (7/7) hingga pukul 12.00 WIB. Sementara untuk dosis pertama terdapat tambahan sebanyak 863.768 jiwa. Dengan demikian, akumulasi penerima dosis pertama mencapai 34.039.797 jiwa.

Hingga kini pemerintah terus berupaya melakukan percepatan vaksinasi Covid-19 agar kekebalan kelompok segera dapat terbangun dan pandemi segera berakhir. Pemerintah menargetkan 40.349.049 orang di Indonesia mendapat vaksin Covid-19 melalui program vaksinasi massal guna tercipta kekebalan dari infeksi SARS-CoV-2.

Tags:

Berita Terkait