Melli Darsa: Setelah KPK, Mulai Melirik Hakim Agung
Edsus Akhir Tahun 2010:

Melli Darsa: Setelah KPK, Mulai Melirik Hakim Agung

Siapa sangka bila advokat spesialis commercial law Melli Darsa dulu memilih program hukum tata negara di fakultas hukum. Ia menargetkan akan menjadi hakim agung dalam lima atau tujuh tahun ke depan.

Ali
Bacaan 2 Menit
Melli Darsa setelah KPK mulai melirik Hakim Agung, Foto: Sgp
Melli Darsa setelah KPK mulai melirik Hakim Agung, Foto: Sgp

Anis Baswedan, Rektor Universitas Paramadina, pernah berucap “Orang-orang yang ‘sudah selesai’ dengan dirinya sendiri harus masuk ke sector public sevices.  Ungkapan ini sangat menyentuh hati dan pemikiran Advokat Spesialis Commercial Law Melli Darsa. Pendiri lawfirm Melli Darsa and Co lebih berkiprah di sektor-sektor publik, tentunya masih di bidang hukum, bidang yang telah digelutinya selama 20 tahun ini.

 

Nama Melli memang sempat mencuat pada seleksi calon anggota Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), lalu. Ia menjadi satu-satunya calon perempuan yang mampu bertahan hingga seleksi tahap-tahap akhir. Ia gagal meyakinkan Panitia Seleksi (Pansel) yang akhirnya memilih Bambang Widjojanto dan Busyro Muqoddas untuk dikirim ke Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). 

 

Namun, keinginan Melli untuk berkiprah di sektor publik tak berhenti sampai disitu. Ia berencana membidik jabatan hakim agung dalam beberapa tahun ke depan. “Seharusnya itu menjadi tujuan akhir dari profesi kita (orang yang berkiprah di bidang hukum,-red),” ujar wanita yang baru berusia 44 tahun ini kepada hukumonline, Senin (27/12).

 

Melli berencana mencoba dan mendaftar profesi agung ini lima atau tujuh tahun ke depan. Begitu ia benar-benar sudah ‘selesai dengan dirinya’. “Pastinya kalau sudah mencapai 53 tahun ke atas, saya tak akan aktif lagi disini (sebagai partner lawyer di lawfirm-nya),” tutur wanita yang masih kelihatan cantik ini.

 

Ia juga mengaku kerap memotivasi rekan-rekannya sesama lulusan Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FH UI) agar lebih berkiprah di public services. “Saya berharap para advokat senior juga seperti itu. Jangan hanya saya saja,” tegasnya. Bila para ‘pembaharu’ ini masuk dalam jumlah yang banyak, maka mereka bisa berbuat banyak untuk memperbaiki lembaga-lembaga hukum publik yang ada.

 

‘Target’ yang dibidik Melli bukan hanya jabatan hakim agung, tetapi juga jabatan hakim konstitusi. Lalu, apakah seorang corporate lawyer seperti Melli mampu berkiprah di Mahkamah Konstitusi (MK)? Bila anda meremehkan Melli, anda salah besar. Mantan Istri Aktivis Hak Asasi Manusia (HAM) Hendardi ini juga memiliki background hukum tata negara yang cukup kuat.

 

“Ketika di Fakultas Hukum, saya mengambil program kekhususan hukum tata negara. Saya memang senang dengan masalah ketatanegaraan, constitutional law. Ketika bekerja di Lembaga Bantuan Hukum (LBH) saya juga fokus bersinggungan dengan HAM –bagian dari HTN-,” jelasnya. Melli juga pernah belajar politik di Georgetown University pada 1983-1984.

 

Karier Melli di dunia hukum memang berawal dari Lembaga Bantuan Hukum. Ia menjabat sebagai editor majalah bahasa Inggris yang diterbitkan oleh LBH. Kemampuan bahasa Inggris Melli memang terasah karena, sebagai anak seorang diplomat, ia menghabiskan hampir seluruh masa remajanya di luar negeri.

 

“Awalnya saya tak mau menjadi lawyer, saya ingin menjadi diplomat. Ketika ayah saya meninggal pada 1984, saya harus kembali dari Amerika Serikat dan menjadi volunteer di LBH,” tuturnya. Atas dorongan orang-orang di LBH yang pada akhirnya mendorong Melli memilih belajar di Fakultas Hukum.

 

“Di Fakultas Hukum, saya memang mengambil program kekhususan hukum tata negara, tetapi saya juga banyak mengambil mata kuliah yang berkaitan dengan hukum bisnis,” tuturnya lagi.

 

Ketika bekerja di lawfirm, latar belakang Melli yang mengambil PK HTN ini sempat dipertanyakan. Namun, ia telah menjawab pertanyaan atau keraguan orang-orang terhadap dirinya dengan baik. Buktinya, ia sekarang telah menjadi lawyer papan atas di bidang commercial law di Indonesia.

 

Saya tak percaya bahwa hanya apa yang kamu pelajari itu, yang akhirnya dapat kamu lakukan. Di bidang hukum itu kan kita mempelajari semua, dan akhirnya kalau mulai bekerja, belajar dari awal juga,” tuturnya.

 

Kiprah Perempuan

Melli mengaku beruntung bisa berkiprah di dunia hukum di Indonesia. Menurutnya, di profesi pengacara khususnya, ia tak menemukan praktek-praktek diskriminasi terhadap perempuan. “Bahkan perempuan lebih mudah diterima di bidang yang digelutinya, terutama di bidang non-litigasi,” ujarnya. Di bidang yang membutuhkan ketekunan ini, perempuan dinilai lebih tekun dibanding laki-laki.

 

“Bahkan, di Indonesia, justru lebih baik di bading Amerika Serikat, dimana mayoritas daripada partner seniornya laki-laki,” ujarnya sambil menunjuk beberapa lawfirm papan atas Indonesia yang dipimpin oleh perempuan. 

 

Namun, perempuan yang memiliki dua anak ini tak menampik ada hambatan yang harus dihadapi oleh perempuan untuk berkiprah di dunia pengacara. “Dia akan punya tuntutan harus menikah, punya anak, membesarkan anak. Bagaimana pun juga, pola pembagian untuk parenting itu lebih berat ke perempuan,” jelasnya.

 

Meski begitu, Melli mengaku memliki tips bagi perempuan yang ingin menekuni profesi advokat. Ia menekankan ‘kaumnya’ untuk tidak melupakan kodrat manusia untuk membina rumah tangga segera membina rumah tangga begitu lulus kuliah atau memulai menekuni profesi ini.

 

“Kalau kita keasyikan kerja, kita bisa lupa nikah, punya anak dan sebagainya. Padahal, bagaimana pun juga dari segi kodrat dan tuntutan sosial, maupun biologis kita sendiri, kita pasti ingin menikah dan punya anak,” ujarnya.

 

Bila perempuan menikah saat memulai profesi ini, maka nanti di usia 35 tahun ke atas, mereka sudah enak untuk mengembangkan karier kita. “Kemungkinan kita sudah 10 tahun kerja dan sudah layak jadi partner,” paparnya lagi. Apalagi, di lawfirm, untuk para lawyer-lawyer pemula masih ada toleransi karena mereka masih proses belajar.

 

Tokoh Idola

Ketika ditanya siapa tokoh yang menginspirasi dirinya, Melli menyebut banyak sekali. “Saya orang yang gampang terinspirasi dengan banyak orang,” tuturnya. Ia menyebut dua tokoh, Ruth Ginsburg dan Elena Kagan (Hakim Pembantu Mahkamah Agung AS), untuk tokoh yang berasal dari luar negeri. Namun, untuk tokoh di dalam negeri, ia menyebut advokat perempuan paling senior di Indonesia, Kartini Muljadi. 

 

“Semua advokat wanita Indoensia, harus menghargai apa yang dilakukan ibu Kartini Muljadi. Karena beliau membuka pintu secara lebar. Saya rasa apa yang dia lakukan dengan menjadi dirinya sendiri itu membuka pintu-pintu bagi wanita kemudian, apakah itu ibu Tuti Hadiputranto, maupun orang-orang SSEK. Saya rasa kita semua berhutang budi terhadap ibu Kartini Mulyadi,” jelasnya.

 

Ia juga mengaku mengagumi kedisiplinan para senior-senior yang lain. “Ibu Kartini, ibu Tuti dan banyak sekali,” ujarnya. Meski begitu, Melli menegaskan tak akan menekuni profesi ini hingga tua.

 

“Saya pribadi, saya punya rencana tak akan sampai tua sekali menjadi corporate lawyer ini. Saya ingin “move to other sector”. Saya tak mau diusia 70 tahun, masih mengerjakan pekerjaan klien sampai malam. Menurut saya itu kurang “elegan”,” pungkasnya.

Tags: