Melihat Hukum Bukan Hanya Dari Teks
Resensi

Melihat Hukum Bukan Hanya Dari Teks

Enam belas tokoh nasional menulis keprihatinan sekaligus harapan mereka terhadap hukum nasional.

Mys
Bacaan 2 Menit

“Dialektika Pembaruan Sistem Hukum Indonesia”. Penyunting/Editor: Dinal Ferdian dkk. Diterbitkan Komisi Yudisial Republik Indonesia, pada Juli 2012.

Budaya hukum, dalam kaitannya dengan realitas sosial dan pluralisme dapat kita baca pada tulisan empat orang tokoh, yakni Dekan Fakultas Hukum Universitas Pancasila Prof. Ade Saptomo, komisioner Komisi Yudisial Jaja Ahmad Jayus, rohaniwan Al. Andang L. Binawan, dan Guru Besar Universitas Diponegoro Prof. Suteki.

Ke-16 tulisan dihubungkan oleh benang merah upaya pembaruan hukum nasional. Dilandasi semangat yang sama, bagaimana menjadikan hukum agar berfungsi dalam realitas sosial. Dengan kata lain, hukum jangan hanya dipandang sebagai teks perundang-undangan yang harus terus diubah sesuai perkembangan. Hukum progresif justru harus dilihat dalam konteks. Cara berhukum yang demikian mengakui sepenuhnya legal pluralism, suatu penggalian konsep hukum yang sesuai dengan alam Indonesia (hal. 268).

Tugas para penyunting buku ini sangat jelas: menyatukan pemikiran ke-16 tokoh ke dalam bagian-bagian sehingga benang merah semua tulisan bisa diperoleh. Dan hal itu tidak mudah dicapai tanpa membaca buku setebal 353 halaman ini. Sebagai sebuah bunga rampai, buku ini mencoba menyajikan sistem hukum nasional dalam pandangan para tokoh.

Bagaimana pandangan mereka sebenarnya, Anda layak membaca setiap tulisan yang tersaji…

Tags: