Mau Berkiprah di Arbitrase Internasional? Dua Lawyer Ini Bagikan Pengalamannya
Utama

Mau Berkiprah di Arbitrase Internasional? Dua Lawyer Ini Bagikan Pengalamannya

Kesempatan berkiprah di dunia arbitrase internasional terbuka bila membekali diri dengan pengetahuan/kemampuan dan pengalaman.

Ferinda K Fachri
Bacaan 5 Menit

Role model itu harus ada. Seorang yang tepat dan appropriate. Misalnya, saya melihat seorang Gary Born itu bagi saya luar biasa membuat buku dimana-mana, mengajar di universitas terkemuka untuk arbitrase itu, dia memberi inspirasi bagi kita. Nah, seseorang yang memberi inspirasi itu bisa menjadi role model kita,” kata dia.

Dengan memiliki seorang panutan akan memberi dorongan motivasi agar bisa mengikuti jejak mereka dalam berkarier di dunia arbitrase. Kehadiran panutan yang dibarengi dengan kemauan kuat dan passion akan menjadi “modal” awal menjadi arbiter. Sedangkan hal-hal lain seperti pengetahuan dan relasi akan mengikuti dengan sendirinya jika ketiga hal tersebut sudah terpenuhi.

Dalam menjalankan tugas pada lembaga arbitrase, kata dia, penting menjaga independensi, imparsialitas, menjaga kerahasiaan, objektivitas, dan integritas. Menurutnya, lembaga arbitrase nasional maupun internasional tidak menyimpan perbedaan tertentu, sebab prinsip-prinsip tersebut akan terus melekat. Namun, tentunya dalam lingkungan arbitrase internasional, kemampuan bahasa Inggris akan menjadi suatu keniscayaan.

“Yang dikejar di awal haruslah pengetahuan dan pengalaman. Masalah materi insya Allah akan ikut, jangan kita khawatir. Satu hal lagi, jangan berhenti belajar. You have to follow your heart, jangan bekerja itu terpaksa. Semua harus terlibatdalam pekerjaan kita. Saya dianggap sebagai seorang yang cukup senior memiliki pengalaman 33 tahun, tapi saya masih bersidang. Hands on terhadap perkara. Saya masih baca dokumen, masih diskusi fakta dengan para associate di kantor. Saya kira ini harus tetap membara semangat seperti itu, agar kita mengerjakan dengan hati yang nyaman.”

Terpisah, Partner Hiswara Bunjamin & Tandjung in Association with Herbert Smith Freehills (HBT) Debby Sulaiman yang belum lama ini ditunjuk sebagai Court Member untuk Indonesia di ICC Arbitration menyampaikan menjadi seorang praktisi di lembaga arbitrase internasional pada dasarnya tidak hanya terbatas menjadi seorang arbiter, tetapi bisa juga menjadi Court Member seperti dirinya yang mempunyai tugas berbeda dari arbiter.

“Kalau Court Member itu tugasnya antara lain melakukan pengecekan draf putusan atau award yang dipersiapkan para arbiter itu sudah mempertimbangkan seluruh isu yang didiskusikan dalam suatu perkara. Tapi bukan mengutak-atik ya. Jadi tugasnya berbeda dengan arbiter. Dari Indonesia ada 2 Court Member yakni Narendra Adiyasa (Partner Widyawan & Partners) dan saya, kita sama-sama ditunjuk mulai tahun ini. Menggantikan Andi Y. Kadir (Partner HHP Law Firm) dan Mas Ignatius Andy,” terangnya.

Meski mulanya tidak memiliki ambisi, Debby bercerita dalam perjalanan kariernya sudah banyak bersinggungan dengan arbitrase. Tak terhitung banyaknya perkara arbitrase di lingkup nasional hingga internasional yang telah ditangani. Selain itu, cukup banyak kegiatan lembaga arbitrase internasional yang diikutinya. Dari situlah membuka jaringan relasi antara Debby dengan para praktisi arbitrase internasional.

“Jujur saja, saya tidak pernah membayangkan kesempatan seperti ini akan muncul. Karena saya awalnya berpikir bergabung dengan lembaga arbitrase internasional ya dengan menjadi arbiter saja. Sedangkan menjadi seorang Court Member itu tidak pernah terpikir di benak saya. Selain menjadi Court Member di ICC, saya juga sekarang YSIAC Council Members dari Indonesia bersama dengan Simon Barrie Sasmoyo (Partner Assegaf Hamzah & Partners),” ucap Debby.

Bagi lulusan hukum yang berkeinginan berpraktik di lembaga arbitrase internasional, Debby membagikan kiat-kiatnya agar lebih banyak terlibat dalam ragam transaksi lintas batas (cross-border transaction) dan mempelajari aturan yang berkaitan dengan itu, baik hukum nasional ataupun internasional. Hal itu dapat lebih mempertajam pemahaman hukum dan dokumen-dokumen yang ditangani secara mendalam.

“Teruslah mencari tahu, itu jadi modal. Kemudian modal komunikasi, bisa bekerja sama, berbahasa Indonesia dan bahasa Inggris yang baik dan benar, itu paling penting. Pesan saya, penting memilih mentor yang tepat. Saya sangat percaya awal karier seseorang, penting sekali kita memilih dan mendapat mentor yang mau investasi waktu. Ketika melamar kerja, tapi lihatlah siapa yang akan menjadi mentor kalian. Menurut saya, itu salah satu kuncinya.”

Tags:

Berita Terkait