Mau Berkarier di Luar Negeri? Simak Tips 2 In-House Counsel Perusahaan Multinasional Ini
Utama

Mau Berkarier di Luar Negeri? Simak Tips 2 In-House Counsel Perusahaan Multinasional Ini

Ada sejumlah kemampuan yang perlu diasah diantaranya kepercayaan diri, people skill, analytical skill, negotiation skill, hingga menjaga komunikasi dengan network. Selama proses, harus sabar dan terus menuntut ilmu.

Ferinda K Fachri
Bacaan 4 Menit
General Counsel TotalEnergies Indri Khrisnavari dan Head Legal, Contracts & Compliance at Borr Drilling Joseph Tobing. Foto Kolase: Istimewa
General Counsel TotalEnergies Indri Khrisnavari dan Head Legal, Contracts & Compliance at Borr Drilling Joseph Tobing. Foto Kolase: Istimewa

Bukan rahasia lagi, bekerja di luar negeri terkadang menjadi impian bagi sejumlah kalangan Sarjana Hukum. Selain mempunyai daya tarik tersendiri, lulusan Pendidikan Tinggi Hukum dapat meniti karier sekaligus menyambangi negeri orang yang mempunyai berbagai perbedaan dengan negaranya.

“Saya berharap lawyer Indonesia jangan takut go internasional. Karena saya lihat masih jarang sekali, bisa dihitung pakai jari. Kembangkanlah sayap seluas-luasnya, jangan takut. Kita lawyer Indonesia pinter-pinter dan saya yakin kita bisa bersaing secara internasional,” ujar General Counsel TotalEnergies Indri Khrisnavari kepada Hukumonline, Jum'at (11/8/2023).

Baca Juga:

Berbagi kisah pribadinya pada masa awal memulai karier, Indri menjelaskan setelah lulus dari Fakultas Hukum Universitas Indonesia (FHUI) di tahun 1996, ia langsung memulai kerja pertamanya pada sebuah boutique law firm. Setelah 1,5 tahun bekerja, pada tahun 1998 dirinya mendapat tawaran untuk kerja di SSEK Law Firm.

Pada tahun 2000, dirinya sempat pindah ke Kanada sekitar 6 tahun dan bekerja pada sebuah law firm setempat sebelum kemudian ditawari bekerja pada lembaga konsumen North America. Begitu kembali ke Indonesia, sempat bekerja kembali di SSEK Law Firm, pada akhirnya di tahun 2008 Indri berganti haluan.

“Kenapa saya memutuskan menjadi In-House Counsel? Saat itu anak saya masih kecil usia 2 tahun dan memerlukan perhatian mamanya. Karena tuntutan pekerjaan di law firm tinggi sekali, satu orang lawyer bisa menangani beberapa klien. Kita kadang harus bekerja siang malam, kadang Sabtu Minggu pun harus bekerja. Jadi karena pertimbangan untuk anak saya, saya memutuskan untuk pindah ke Total.”

Waktu itu masih bernama Total sebelum berganti menjadi TotalEnergies seperti sekarang. Indri ditempatkan sebagai Senior Legal Counsel ketika pertama bergabung pada September 2008.

Terjadi pengalaman menarik waktu itu, ketika diwawancarai oleh Career Manager mengenai dimana ia melihat dirinya dalam 5 tahun, lantang dijawab oleh Indri bahwa dia akan menjadi General Counsel perusahaan. Tak diduga, ternyata jawaban tersebut dicatatkan dan benar saja dalam kurun waktu 5 tahun kemudian Indri menduduki posisi General Counsel.

“Yang saya ingin katakan kepada lawyer muda (dari pengalaman saya), kita harus yakin dengan kemampuan diri kita. Kita juga tidak boleh sombong, tetap ilmu padi, semakin berisi semakin kita humble. Jadi kita harus yakin, kita tidak kalah pintar dari lawyer asing,” ujarnya.

Selain itu, masih terdapat budaya Indonesia merasa ‘ciut duluan’ karena merasa inferior terhadap orang barat. Biasanya karena adanya sekat kemampuan berbahasa asing (language barrier) yang jadi masalah kebanyakan orang.

“Padahal tidak perlu seperti itu. Jangan takut berbicara. Yang penting ngoceh aja, tidak perlu takut grammar-nya salah. Kita harus berani, kita harus yakin dengan kemampuan kita. Lawyer asing itu akan appreciate kalau kita confident dan mereka akan convinced. If they can do it, we can do it as well.”

Untuk itu, terdapat sejumlah hal yang perlu dikembangkan bila hendak bekerja sebagai In-House Counsel pada perusahaan multinasional. Antara lain kepercayaan diri, people skill untuk berkomunikasi, analytical skill, serta negotiation skill.

Indri menyarankan kepada seluruh lawyer muda jangan lelah menimba ilmu dan pengalaman, sekaligus bersikap sabar terhadap perkembangan karier. Bila pengalaman yang dimiliki belum matang, tapi mendapat posisi tinggi seperti Legal Director dan semacamnya jelas bisa berakibat fatal. Sebab, perusahaan memiliki ekspektasi yang tinggi terhadap yang bersangkutan yang telah memahami betul hukum dengan segala masalah dan solusinya dalam waktu cepat.

“Kalau saya sebetulnya sejak SMA punya cita-cita mau jadi diplomat, tapi gak kesampaian untuk masuk ke Hubungan Internasional UI itu susah. Guru bimbingan saya bilang coba ke Hukum Internasional, itu di FHUI ada program kekhususan Hukum Internasional. Akhirnya saya ambil itu dan keterima,” sambung Joseph Tobing yang kini menjadi Head Legal, Contract & Compliance pada Global Headquarter Borr Drilling di London, Inggris.   

Sempat bekerja pertama kalinya di Bank Danamon dan berpindah ke Dewi Soeharto & Partners Law Firm (Deacons) ketika krisis moneter terjadi, Joseph mendapati kantor tempatnya bekerja kerap memiliki interaksi dengan asing. “Di situ saya mulai tertarik, ternyata dunia ini ga sempit. Justru sangat luas,” kata dia.

Setelah itu, ia bergabung dengan perusahaan oil and gas asal Amerika, Unocal, yang buat dia semakin terbuka. Selanjutnya dia bergabung dengan HESS Corporation selama 3 tahun dengan ‘menantang’ pihak perusahaan untuk memberikannya pengembangan karier ke luar.

“Saya join HESS Corporation part of the deal dalam waktu 3 tahun. Saya mau ada pengembangan karier saya ke luar, jadi kita tantang waktu negosiasi itu. Akhirnya 3 tahun bersama mereka, mereka membimbing saya, saya dikirim kursus segala macam. Akhirnya tahun 2010 saya dikirim ke office mereka di London. Seharusnya sampai 2012, tapi saya di-hire langsung pada 2012 di London.”

Alami ‘gonjang-ganjing’ pada dunia perminyakan, akhirnya HESS menutup kantornya di semua tempat. Tak selang lama, Joseph mendapat telepon dari Transocean salah satu perusahaan drilling terbesar di dunia. Adanya koneksi yang bekerja di perusahaan itu, barulah pekerjaannya semakin berkembang terlepas dari risiko yang mungkin muncul.

“Saya rasa orang Indonesia (berkarier) ke luar itu bagus, kita punya daya nalar yang tinggi. Kerjanya juga, kalau sudah mentok pasti punya jalan lain. Saya lebih suka one step at a time. Kita punya ambisi bagus, tapi at the same time kita sadar kita belum punya apa-apa. Jangan putus asa, mulailah dengan yang kecil,” tuturnya.

Joseph berbagi kiat-kiat bagi lawyer muda yang hendak mengikuti jejak kariernya. Setelah lulus, segera bekera di firma hukum yang terafiliasi dengan firma asing. Dengan begitu 1-3 tahun bekerja di firma hukum membuatnya dapat memiliki bekal yang memadai.  

“Sebagai orang Indonesia biasa, kita tidak bisa distereotipkan. Kita sudah terbiasa perbedaan. Itu modal orang Indonesia banget, kita sendiri itu mini global. Asal mindset kita terbuka, itu memudahkan kita. Mengenai skill yang harus dibangun ada social skill, harus berani menantang pada situasi tertentu dalam rangka pengembangan karier, serta membangun network baru,” lanjutnya.

Selagi melakukan itu, penting untuk membangun jejaring atau networking dengan memperluas jaringan dan menjaga network tersebut. “Perluas pergaulan, bergaul dengan lawyer di sana, nonton musik bareng, itu kebangun. Ambil kesempatan, baru tantang untuk career development di luar.”

Tags:

Berita Terkait