Masih Boros Energi, Indonesia Perlu Contoh Jepang
Aktual

Masih Boros Energi, Indonesia Perlu Contoh Jepang

KAR
Bacaan 2 Menit
Masih Boros Energi, Indonesia Perlu Contoh Jepang
Hukumonline

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Rida Mulyana, mengeluhkan masyarakat Indonesia masih boros dalam menggunakan energi. Terlebih lagi, energi yang digunakan masyarakat Indonesia masih didominasi energi fosil. Rida mengatakan, energi yang banyak dikonsumsi di Indonesia adalah yang tidak terbarukan berupa minyak, gas bumi dan batu bara.

"Padahal pasokannya terus berkurang dan harganya semakin mahal," kata Rida, di Jakarta, Selasa (3/12).

Ketergantungan Indonesia terhadap impor energi fosil cukup besar. Kebutuhan bahan bakar minyak Indonesia mencapai 1,5 juta barel per hari. Sementara itu, produksi di dalam negeri hanya 870 ribu barel per hari. Agar kebutuhan tercukupi, Indonesia harus mengimpor minyak mentah maupun dalam bentuk bahan bakar. Pemerintah pun terbebani subsidi sebesar RP272 triliun sepanjang tahun ini.

Untuk menekan tersedotnya devisa gara-gara impor energi, Rida mengatakan, pemerintah telah melakukan konversi bahan bakar dari minyak tanah ke gas. Selain itu, konversi dijalankan melalui pencampuran bahan bakar nabati. Saat ini, 16,5 juta kiloliter solar bersubsidi sudah dicampur dengan bahan bakar nabati sebanyak 10 persen.

"Untuk mengurangi impor solar sekaligus memanfaatkan minyak sawit produksi dalam negeri," ucapnya.

Menurut Rida, demi mendukung penghematan energi, pemerintah sudah menerbitkan Undang-Undang Nomor 30 Tahun 2007 tentang Energi. Dalam beleid tersebut, ada dua rencana penghematan, yakni diversifikasi dan konservasi energi. Untuk konservasi energi, kata Rida, Indonesia sudah banyak belajar dari negara lain, namun kemajuannya lamban karena kurangnya koordinasi antara lembaga pemerintah, industri, dan konsumen pengguna energi.

Selain itu, ia menilai masyarakat Indonesia harus mencontoh Jepang soal penghematan energi demi generasi mendatang. Ia mengatakan, orang Jepang tanpa diperintah melakukan hemat energi secara masif. Saat pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) Fukushima meledak, ada byarpet (mati lampu) karena mereka malakukan penghematan energi dengan tidak menyalakan AC. Masyarakat di Jepang pun pakai baju tipis untuk mengurangi pemakain AC.

“Hal tersebut bisa ditiru oleh penduduk Indonesia, dengan kesadar yang berasal dari diri sendiri. Keberlangsungan energi tidak hanya untuk hari ini, tetapi juga untuk generasi mendatang,” tuturnya.

Tags: