Manfaat Forum IPBA 2005 Dirasakan Pengacara Senior dan Yunior
Berita

Manfaat Forum IPBA 2005 Dirasakan Pengacara Senior dan Yunior

‘Mereka menjadi tahu betapa profesionalnya pengacara-pengacara internasional dalam bekerja.'

Amr
Bacaan 2 Menit
Manfaat Forum IPBA 2005 Dirasakan Pengacara Senior dan Yunior
Hukumonline

 

Salah seorang advokat senior asal Jakarta, Arsul Sani menyatakan dirinya mendapatkan banyak manfaat dan pengetahuan dari konferensi IPBA ini. Arsul yang mengikuti antara lain sesi-sesi alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase, serta profesi hukum menjadi tahu betapa profesionalnya pengacara-pengacara internasional dalam bekerja.

 

Lebih dari itu, sesi yang paling mengesankan buat partner pada kantor Sani, Aminoeddin & Partners ini adalah ketika para pembicara menyajikan arbitration mock atau arbitrase semu. Di sana, kata Arsul, dia dapat belajar bagaimana para pengacara internasional mempersiapkan hal-hal formal seperti dokumentasi yang baik serta preliminary meeting menjelang arbitrase dilakukan. Sedang dari segi materiil, menurutnya, banyak pula yang dia dapat pelajari.

 

Networking

Kesan yang kurang lebih sama juga membekas di kalangan pengacara generasi muda. Seperti yang disampaikan oleh Riza Fadhli bahwa dia sangat merasakan memperoleh banyak pengetahuan selama mengikuti sesi-sesi di forum tahunan IPBA 2005. Saya bisa melihat profesionalisme lawyer asing dan betapa mereka sangat disiplin dengan waktu, ujar pengacara di kantor hukum KarimSyah itu.

 

Riza juga mengatakan bahwa selama empat hari konferensi IPBA 2005 dia juga belajar dari pengacara-pengacara senior bagaimana membangun networking diantara sesama lawyer dari dalam dan luar negeri. Pengetahuan yang didapat meski dalam waktu yang cukup singkat itu sangat bermanfaat khususnya bagi mereka yang belum lama terjun ke dunia profesi hukum seperti dirinya.

 

Arsul menilai bahwa banyaknya pengetahuan yang didapat dalam forum IPBA karena para pesertanya yang lebih terfokus yaitu pengacara-pengacara yang telah lama berpraktik di Asia dan negara-negara berkembang lainnya.

 

IPBA adalah forum di mana para lawyer dari negara berkembang bertemu dengan lawyer dari negara maju yang lama berpraktik di Asia sehingga titik pandangnya dari negara berkembang, ujarnya.

 

Arsul yang baru pertama kali mengikuti forum IPBA menilai bahwa faktor seperti diuraikan di atas lah yang membuat IPBA jauh lebih baik dibandingkan dengan wadah pengacara yang cakupannya jauh lebih luas seperti International Bar Association (IBA). Pasalnya, kata Arsul, sesi-sesi yang digelar di IBA lebih kental perspektif para pengacara yang berasal dari Eropa dan Amerika Serikat yang sudah maju.

 

Baik Arsul dan Riza menyampaikan penghargaan kepada pengacara-pengacara asal Indonesia yang berhasil menyelenggarakan konferensi IPBA 2005 dengan sukses. Meski demikian, keduanya tetap memberikan catatan terhadap penyelenggaraan forum tersebut yaitu terlampau banyaknya komite program yang sebagian besar diadakan dalam waktu yang berbarengan sehingga membuat peserta sulit untuk berkonsentrasi dalam mengkuti tiap sesinya.

 

Tahun depan rencananya, pertemuan tahunan IPBA 2006 akan digelar di kota Sydney, Australia.

Ternyata sukses penyelenggaraan pertemuan tahunan dan konferensi Inter-Pasific Bar Association (IPBA) 2005 di Bali tidak hanya dirasakan oleh pihak penyelenggara, namun juga para peserta khususnya para advokat asal Indonesia. Mereka mengungkapkan bahwa banyak manfaat yang didapat dari pertemuan selama empat hari tersebut dari sekadar menjalin hubungan dengan advokat dari negara lain.

 

Suasana yang serius tapi juga santai sangat terlihat sejak hari pertama konferensi IPBA digelar. Panitia penyelenggara memang tidak membuat jadwal acara yang hanya dipadati oleh serangkaian konferensi namun juga agenda lain yang bersifat rekreasional bagi ratusan peserta konferensi yang datang dari kawasan Asia, Eropa, dan Amerika Serikat.

 

Acara-acara santai seperti turnamen golf atau tur ke sejumlah objek wisata di Bali tidak membuat para peserta lantas melupakan agenda yang serius seperti program-program yang diselenggarakan oleh 17 komite yang dibentuk sebelumnya. Mereka mengikuti agenda yang sifatnya serius dengan antusiasme yang sama ketika mereka menikmati program lainnya yang relatif lebih rileks.

 

Justru, yang membekas di kebanyakan peserta konferensi, khususnya yang berasal dari Indonesia, adalah program-program komite. Program-program yang berupa seminar mengenai beragam topik hukum berdimensi internasional tersebut dianggap terlalu berharga untuk dilewati begitu saja oleh para peserta.

 

Sekadar menyebutkan beberapa, topik-topik yang diangkat oleh komite program diantaranya mengenai alternatif penyelesaian sengketa dan arbitrase transnasional, perbankan, pembiayaan, sekuritas dan kepailitan, sampai topik mengenai tren, tantangan, dan peluang profesi hukum di kawasan Asia. Topik-topik inilah yang sepanjang konferensi 4-6 Mei lalu paling banyak menyedot peminat.

Tags: