Luncurkan 2 Buku Terbaru, Prof Jimly Asshiddiqie Tuai Pujian Sejumlah Petinggi Negara
Terbaru

Luncurkan 2 Buku Terbaru, Prof Jimly Asshiddiqie Tuai Pujian Sejumlah Petinggi Negara

Dua karya terbaru Prof Jimly berjudul Teokrasi, Sekularisme dan Khilafahisme dan Oligarki dan Totaliarianisme Baru direkomendasikan untuk dibaca oleh Ketua MPR, Menkumham, Ketua KY, dan sejumlah pejabat tinggi negara lainnya. Sebab, kedua buku tersebut mengangkat isu aktual yang tengah dihadapi bangsa dengan menyajikan analisis tajam.

Ferinda K Fachri
Bacaan 3 Menit

“Kita terjebak pada demokrasi angka-angka, bukan lagi berpijak pada aspirasi. Sekarang kita kejar ke daerah bukan mengejar aspirasi, tapi bagaimana mengejar angka agar partai kita terpilih agar kita didukung. Kita sudah masuk dalam demokrasi ‘npwp’, nomer piro wani piro. Kita terjebak dalam demokrasi transaksional, kita punya pilihan sistem demokrasi yang dibangun pendiri bangsa. Saya berharap ini jadi renungan, jadi kajian kita ke depan, apakah pilihan demokrasi kita sudah tepat? Apakah sudah mampu mensejahterakan rakyat kita atau justru merusak?”

Terlepas dari diskusi yang dapat muncul dari membaca buku-buku terbaru Jimly dan melihat kondisi dewasa ini, Bamsoet mengucapkan selamat kepada Prof Jimly atas ke-3 capaian yang diperoleh. Selama ini Prof Jimly baginya merupakan sosok yang sangat komplit. Sebagai seorang akademisi, politisi, maupun tokoh bangsa.

“Sebagai akademisi, Prof Jimly pengabdiannya sudah capai titik puncak. Guru Besar yang tidak hanya didedikasikan melalui belajar mengajar di kampus, tapi juga melalui karya-karya tulis yang selalu jadi bahan rujukan dan referensi akademis. Prof Jimly tidak pernah berhenti mewariskan pemikirannya. Semoga pengabdian Prof Jimly jadi inspirasi hukum di Indonesia,” tutur Bambang Soesatyo.

Senada, Ketua KY Prof Mukti Fajar Nur Dewata menyampaikan selamat kepada Prof Jimly yang di tengah kesibukannya sebagai seorang negarawan masih sangat produktif untuk mengulas, mengkaji, dan menulis buku. “Kalau tadi ini (melahirkan buku) karena kegelisahan, saya berharap Prof Jimly terus gelisah, sehingga terus menulis,” guraunya.

Menurutnya, kedua buku yang baru saja diluncurkan mungkin sudah menjadi perdebatan yang panjang dalam sejarah baik dalam aspek akademik maupun empiris. Akan tetapi, ketika ditelaah outline dari keduanya, terlihat bagaimana Prof Jimly memperkenalkan sesuatu yang baru dan kontekstual dalam kehidupan berbangsa dewasa ini.

“Saya bisa katakan buku ini recommended literature, suatu karya yang wajib dibaca agar dipelajari serius. Jangan hanya berhenti dengan membaca tapi untuk diperdebatkan dan didiskusikan, supaya bisa memacu pencerahan itu. Saya melihat kekuatan kedua buku ini adalah alur narasi yang disusun secara sistematis berdasarkan fakta-fakta sejarah dengan kemutakhiran atau kebaruan gagasan. Dari generalisasi fenomena yang terjadi dengan seluruh dinamikanya baik di Indonesia maupun berbagai negara, dengan rujukan yang sahih dan analisis tajam,” ujar Prof Mukti.

Tags:

Berita Terkait