Lulusan Hukum Jangan Hanya Berkutat di Dunia Advokat
Berita

Lulusan Hukum Jangan Hanya Berkutat di Dunia Advokat

Dalam acara DOLC 2018, para mahasiswa dan alumni FHUI didorong untuk mewarnai berbagai aspek lapangan pekerjaan hukum, tak terkecuali di sektor publik.

CR-25
Bacaan 2 Menit

 

(Baca Juga: Sofyan Djalil: Alumni FHUI di Sektor Publik Harus Jaga Reputasi)

 

Salah seorang jaksa yang merupakan alumni FHUI, Gatot Tri Rahmanto, mengungkapkan harapannya agar para mahasiswa dan alumni FHUI juga tertarik bekerja di sektor pemerintahan. Namun sebaran minat pekerjaan alumni maupun mahasiswa FHUI hendaknya proporsional. Di samping sebagai jaksa dan pengacara, kata Gatot, mahasiswa juga bisa masuk ke LSM-LSM, instansi pemerintahan atau bahkan menjadi dosen.

 

“Bila semua lulusan FHUI semuanya bekerja di law firm maka siapa yang dibela? Sebaliknya, jika semuanya bekerja sebagai jaksa siapa yang akan membela,” ujar Gatot mencontohkan.

 

Sebaliknya, Danu Ega seorang alumni FHUI yang pernah bekerja sebagai lawyer di kantor hukum Meli Darsa & Co, dan sekarang bekerja sebagai dosen di LSPR dan ESMOD. Dia menyarankan bagi mahasiswa atau alumni FHUI yang ingin berpindah-pindah pekerjaan agar mengambil pekerjaan di sektor swasta. Soalnya, pekerjaan di lingkungan pemerintahan atau sebagai PNS, seperti hakim atau jaksa akan terikat dengan negara, sehingga lebih sulit untuk berpindah-pindah pekerjaan.

 

Danu tidak menampik memang tidak semua orang di tahun pertamanya bekerja mendapatkan pekerjaan yang diimpikan, sehingga sah-sah saja jika para lulusan baru berpindah-pindah pekerjaan dalam tahun pertama tersebut.

 

“Asalkan kewajibannya di pekerjaan sebelumnya telah terselesaikan dengan baik, ilmu yang ingin ia dapatkan di pekerjaan sebelumnya dirasa sudah cukup serta hubungan baik dengan kantor sebelumnya tetap terjaga,” kata Danu.

 

Alumni FHUI lainnya, Yohan Misero yang bekerja di LBH Masyarakat memberikan tips kepada peserta talkshow agar alumni FHUI harus tahu betul kepentingan apa yang ingin diperjuangkan sebelum memilih pekerjaan.

 

“Saat kita tahu kepentingan siapa yang kita perjuangkan, maka dengan sendirinya kita akan sadar bahwa keadilan itu subjektif sehingga kita akan tergiring untuk menemukan pekerjaan yang kita inginkan,” kata Yohan.

 

Tags:

Berita Terkait