Lima Pendekatan Kenny Macallo agar Hukum Tak Lagi Kaku dan Eksklusif
Hukumonline In-House Counsel Choice 2021

Lima Pendekatan Kenny Macallo agar Hukum Tak Lagi Kaku dan Eksklusif

“Menang di pengadilan itu menyenangkan. Namun, kalau berhasil membantu klien menyelesaikan masalah tanpa harus melalui pengadilan, buat saya itu lebih menyenangkan lagi."

Tim Publikasi Hukumonline
Bacaan 6 Menit
Partner Macallo Harlin Mendrova Advocates, Muchamad Kenny Rizki Daeng Macallo (Kenny Macallo). Foto: istimewa.
Partner Macallo Harlin Mendrova Advocates, Muchamad Kenny Rizki Daeng Macallo (Kenny Macallo). Foto: istimewa.

Ada satu hal yang sering kali luput dari proses penyelesaian sebuah sengketa: litigasi seharusnya jadi upaya terakhir ketika masih saja terjadi deadlock, padahal sudah menempuh banyak jalan. Berkaca dari pengalamannya sebagai seorang litigator, Partner MacalloHarlin Mendrofa Advocates, Muchamad Kenny Rizki Daeng Macallo (Kenny Macallo) percaya, dengan pendekatan yang tepat—mayoritas perkara dapat diselesaikan di luar pengadilan.

 

Menggunakan tone komunikasi yang lebih positif, menjadi salah satu pendekatan yang digunakan. Kenny mengingat, ia sering kali berhadapan dengan proses sengketa yang sudah terbentur jalan buntu. Namun, dengan menguraikan kembali satu per satu masalah dan mengundang pihak lawan untuk duduk bersama, biasanya justru bertemu jalan keluar dan tercapai kesepakatan. 

 

“Masing-masing sudah jadi batu, tetapi saya coba membawa pendekatan yang lebih fresh. Saya menjadi ‘orang baru’. Kami mencoba bicara dengan bahasa mereka. Kesampingkan dulu bahasa yang legalistik, provokatif, atau kontradiktif. Menang di pengadilan itu menyenangkan. Namun, kalau berhasil membantu klien menyelesaikan masalah tanpa harus melalui pengadilan, buat saya itu lebih menyenangkan lagi,” kenang Kenny.

 

Pendekatan kedua, ia tidak ribet dengan formalitas. Ia memahami klien selalu datang dalam posisi yang cukup genting. Di tengah prosedur formal yang sama pentingnya dengan servis, Kenny berusaha lebih efisien. Batasannya jelas, sepanjang sudah mendapatkan persetujuan klien dan ruang lingkup yang jelas, ia tak ingin membuang waktu. Sembari menunggu perjanjian kerja sama, ia sudah langsung jalan menangani perkara. Inilah salah satu jalan yang ditempuh untuk memberikan pelayanan terbaik yang secepat-cepatnya.

 

Pendekatan ketiga, seorang pengacara harus selalu ada untuk klien. Mengingat masalah dapat muncul kapan dan di mana pun, ia harus sebisa mungkin dapat dihubungi. Kualitas ini tak dapat ditawar dan selalu ditanamkan untuk para associate.  

 

Pendekatan keempat yaitu ‘menggunakan topi klien’, sebab sering kali mereka datang tanpa menyadari apa yang betul-betul diinginkan atau dibutuhkan. Apalagi, mayoritas klien adalah perusahaan. Sebagai seorang pengacara, ia juga harus menjadi seorang commercial litigator. Apa pun opsi yang ditawarkan, harus juga mempertimbangkan unsur bisnis klien.

 

“Mungkin mudah sebagai litigator kita mengambil langkah hukum. Namun, sebelum sampai ke situ, kita harus mempertimbangkan nature bisnis klien agar bisa mendapatkan gambaran penuh untuk solusi terbaik. Karena ini commpercial dispute, kadang-kadang, mengambil langkah hukum terlalu cepat juga tidak bagus bagi kepentingan bisnis mereka. Yang dikedepankan harus kepentingan klien. Walaupun saya litigator, saya percaya, opsi terbaik bukan untuk selalu berlitigasi secara langsung,” kata Kenny.

 

Pendekatan terakhir, menawarkan harga yang rasional dari berbagai faktor. Bagi Kenny, penting untuk menjelaskan dan mengedukasi klien mengenai nilai dari jasa hukum melalui spesialisasi, pengalaman, dan jenis kualitas lain dari servis sebuah jasa hukum. Tak bijak jika harus terjebak dalam perang tarif, apalagi jika ‘perang-nya’ ke arah bawah.   

 

Jika dilakukan secara benar, kombinasi dari pendekatan-pendekatan tersebut dapat mengantarkan lawyer pada kepuasan yang maksimal. Di mata Kenny, meski mendengarkan putusan pengadilan yang sesuai dengan tujuan merupakan satu kepuasan; ada kepuasan yang ia rasa lebih luar biasa: reaksi dari klien. Reaksi senang, puas, gembira, bahkan haru inilah yang biasanya selalu ia cari ketika berurusan dengan klien.

 

“Saya pernah handle kasus dugaan korupsi, lalu klien bebas di pengadilan. Begitu putusan diketuk, reaksi yang datang sangat mengharukan. Kami langsung dipeluk satu-satu, dan keluarganya pun juga datang memeluk satu-satu. Itu yang menurut saya tidak ternilai. Di situlah esensi saya menjadi lawyer. Saya dapat merasa, bahwa saya telah melakukan suatu hal yang konkret untuk membantu orang lain,” ungkap Kenny.

 

Memberi Nilai Tambah

Menurut Kenny, ketidaktahuan bukanlah alasan para in-house counsel memilih menggunakan jasa hukum eksternal. Pasalnya, para in-house counsel umumnyasudah memiliki kemampuan, pengetahuan, dan pengalaman mumpuni. Apalagi, sebagian besar dari mereka merupakan mantan advokat. Jasa hukum eksternal lantas dipilih berkaitan dengan kebutuhan para in-house counsel akan lawyer yang pengalamannya dan spesialisasinya sesuai dengan permasalahan yang sedang dihadapi pada saat itu.

 

Kelebihannya, proses komunikasi antar keduanya biasanya jadi lebih mudah. Sebab, antara in-house counsel dan pengacara eksternal, biasanya sudah memiliki ‘bahasa’ yang sama. Namun, Kenny tak menampik, kadang kala in-house counsel memiliki pemikiran berbeda dengan yang sudah ditawarkan oleh pengacara eksternal. Bagi yang belum terbiasa, hal ini dapat menjadi tantangan.

 

“Ketika berhadapan dengan masalah, biasanya in-house counsel sudah menawarkan pandangan dan advis terlebih dulu kepada direksinya. Kita harus sensitif terhadap hal ini. Harus mempertimbangkan diskusi apa yang sudah terjadi sebelumnya. Jangan sampai, begitu datang, kita memberikan advis yang bertolak belakang dengan apa yang sudah disampaikan. Ini yang selalu saya jaga dan biasanya cukup sering terjadi,” ujar Kenny.

 

Kenny melanjutkan, penting pula bagi pengacara eksternal untuk menemukan cara penyampaian yang komprehensif, tetapi di sisi lain harus dapat mengakomodasi advis-advis yang telah diutarakan oleh in-house counsel. Di sinilah kualitas lain diperlukan, yaitu kemampuan membangun komunikasi yang baik dengan klien. Komunikasi dibutuhkan, untuk mendapatkan gambaran diskusi secara menyeluruh, sehingga advis yang disampaikan dapat disampaikan secara halus, tepat sasaran, tanpa harus mendisreditkan pandangan yang disampaikan sebelumnya. 

 

Kita harus bisa membaca dan membangun hubungan lebih dari sekadar klien dan advokat. Kuncinya adalah gain trust. Kalau sudah bisa, akan ada satu titik kalau butuh apa-apa, mereka akan menghubungi kita. Setelah trust, kita harus membangun hubungan yang nyaman. Namun, walaupun berteman dengan klien harus punya batasan. Saat pandemi, hal ini jadi sedikit menantang, karena pertemuan lebih banyak dilakukan secara daring. Cuma, lama-lama kita tetap dapat inti yang kita cari dari diskusi yang lebih intens,” Kenny menambahkan. 

 

Pada 2021, Hukumonline menggelar ‘Hukumonline In-House Counsel Choice 2021’—sebuah survei khusus yang diadakan bagi para in-house counsel perusahaan terkemuka Indonesia, mulai dari berskala multinasional, perusahaan terbuka, hingga PMA. Survei ini berupaya memahami kebutuhan, ekspektasi, maupun insight yang diberikan oleh para in-house counsel terhadap kantor hukum eksternal di Indonesia.

 

Adapun Kenny Macallo terpilih menjadi satu dari 29 advokat jasa hukum litigasi yang direkomendasikan. Beberapa alasan yang terungkap dari survei di antaranya kualitas interpersonal; memiliki legal analysis yang baik; respons cepat dan tepat; hingga paham dengan kasus yang ditangani. MacalloHarlin Mendrofa Advocates pun dalam survei ini berhasil menjadi satu dari 32 kantor hukum litigasi yang direkomendasikan in-house counsel. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya, yakni memiliki partner yang bagus di mata in-house counsel; mampu memberikan hasil yang baik serta harga yang wajar; ahli di bidang tertentu; hingga mampu memberikan solusi tepat dan input komprehensif.

 

“Ini penghargaan yang sangat luar biasa. Buat saya ini konkret karena yang memilih law firm atau menyebutkan nama saya adalah klien. Mereka adalah orang-orang yang pernah menggunakan jasa kami, sehingga di satu sisi, ini memberikan pesan bahwa apa yang sudah kami lakukan memberi kepuasan. Ini penghargaan yang sangat besar dan membanggakan,” ujar Kenny.

 

Membicarakan Hukum Lewat Cara Lebih Luwes

Diskusi-diskusi tentang hukum sering kali dipandang kaku dan begitu teoretis. Stigma inilah yang ingin diubah oleh Kenny. Bersama dua kawan yang juga berprofesi sebagai litigator, yaitu Brian Manuel dan Hillman Sembiring—Kenny Macallo sepakat untuk merilis OmKumis Podcast yang berisi diskusi ringan seputar hukum secara praktis, taktis, dan realistis.

 

“Konsep besarnya ingin membahas hukum, tetapi dengan cara yang tidak kaku. Istilah legalistik atau diskusi yang penuh teori mungkin dapat dipahami oleh mahasiswa atau praktisi hukum. Namun, tentu tidak ramah oleh orang nonhukum. Di situ kami coba membawa diskusi hukum, tetapi topiknya aktual dan membawakannya dengan bahasa orang nongkrong,” kata Kenny.

 

Melalui OmKumis Podcast, ketiganya sepakat untuk memberikan input yang sifatnya praktikal dan mudah dicerna. Ketiganya tak ingin hukum dipandang sebagai sesuatu yang ‘di atas awan’, kurang familier, bahkan mengerikan. Padahal, setiap orang seharusnya memiliki pengetahuan dasar tentang hukum, sebab hal sekecil apa pun selalu memiliki aspek hukum. 

 

Dengan alasan yang sama, Kenny optimis, profesi ini tidak akan mudah digantikan. Di tengah teknologi yang semakin canggih, harus diakui bahwa 80% persen pekerjaan litigator sebenarnya sangat membutuhkan sense dan ‘sentuhan’ manusia. Mungkin, ada bagian yang dapat digantikan atau bahkan dibuat lebih canggih, seperti proses drafting contract. Namun, tidak sepenuhnya.

 

Di sisi lain, ia berharap, ke depannya, akan ada peningkatan peran dari profesi advokat. Pasalnya, ia merasa role dari seorang advokat, misalnya dalam suatu dalam proses penyidikan terlalu terbatas. Penambahan peran dan keterlibatan sendiri dapat menjadikan advokat sebagai bagian dari fungsi kontrol suatu proses hukum.

 

“Kita dapat diberikan ruang untuk menyampaikan argumentasi  hukum. Seperti halnya di USA, di mana seorang lawyer punya kontribusi yang sangat besar, hingga ia dapat menghentikan suatu proses pemeriksaan kalau dia merasa sudah di luar prosedur acara atau hak konstitusi dari kliennya. Ia bisa menghentikan proses secara aktif, jika merasa proses itu sudah tidak produktif atau melanggar hak konstitusi. Ini menunjukkan, sebenarnya kita sebagai advokat seharusnya juga bisa memiliki fungsi kontrol juga dalam hukum,” pungkas Kenny.

 

Artikel ini merupakan kerja sama Hukumonline dengan MacalloHarlin Mendrofa Advocates.

Tags:

Berita Terkait