Larangan Ekspor Mineral Perlu Peraturan Pemerintah
Berita

Larangan Ekspor Mineral Perlu Peraturan Pemerintah

Tidak ada revisi kadar minimum ekspor hasil olahan dari pemurnian.

KAR
Bacaan 2 Menit
Larangan Ekspor Mineral Perlu Peraturan Pemerintah
Hukumonline

DPR menilai pemerintah perlu mengeluarkan kembali Peraturan Pemerintah (PP) yang tidak bertentangan dengan UU No.4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara. Anggota Komisi VII DPR, Bobby Rizaldi, menilai Peraturan Menteri ESDM No. 20 Tahun 2013 tentang Peningkatan Nilai Tambah Mineral Melalui Kegiatan Pengolahan Dan Pemurnian Mineral masih lemah.

Bobby mengatakan, Permen ESDM No. 20 Tahun 2013 itu masih memiliki celah kelemahan karena mendefinisikan larangan ekspor dengan pemurnian. Bobby khawatir, celah itu akan melahirkan banyak alasan ekspor mineral mentah tersebut ditangguhkan. Oleh karena itu, menurut Bobby pemerintah perlu mengeluarkan kembali kebijakannya berupa PP.

"Permen itu masih ada kelemahannya. Nanti akan ada revisi lagi dari pemerintah untuk memperkuat UU tersebut," ujar Bobby, Jumat (13/12).

Lebih lanjut Bobby juga mengingatkan agar nanti produk peraturan turunan selaras dengan UU Minerba. Ia berharap pemerintah tidak menghilangkan makna dari undang-undang tersebut. Jika pemerintah mengeluarkan aturan turunan yang bertentangan, maka kata Bobby, pihaknya akan melakukan judicial review ke Mahkamah Konstitusi (MK).

" Kita tetap konsisten jalankan UU tersebut. Kita akan judicial review kalau PP nanti melanggar UU," tambah Bobby.

Di sisi lain, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tidak akan mengubah batasan kandungan ekspor mineral. Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo menegaskan, batas minimum mineral yang boleh dieskpor dalam Permen ESDM No. 20 Tahun 2013 itu merupakan kesepakatan pemerintah dengan para pengusaha mineral dan asosiasi pertambangan.

"Tidak ada revisi Permen, kadar minimum ekspor hasil olahan dari pemurnian itu tetap saja,” kata Susilo.

Sementara itu, sebelumnya Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Kementerian ESDM, Thamrin Sihite, menambahkan ketentuan batasan ekspor mineral sudah memperhitungkan kemampuan industri dalam negeri dan kebutuhan pasar internasional. Kendati demikian, menurut Thamrin, pihaknya akan tetap mendiskusikan masalah batasan kandungan ekspor mineral untuk diatur di PP atau tetap di Permen.

"Kami akan diskusikan dengan Menteri Perekonomian, apakah itu tetap di Permen  atau di PP," ujarnya.

Menteri ESDM, Jero Wacik, menegaskan saat ini pihaknya tengah melakukan usaha keras untuk melaksanakan Undang-undang Minerba. Jero menyebutkan, hingga saat ini sudah tiga puluh persen kesiapan pelaksanaan undang-undang tersebut. Jero menambahkan, nantinya perusahaan tambang yang tidak bisa atau belum mampu membuat smelter bisa mengirim hasil tambangnya ke perusahaan yang sudah membuat smelter.

"Sekarang sudah 30 persen yang siap, ini kita kebut. Makin cepat makin baik. Sekarang dengan adanya UU ini, perusahaan juga akan kebut itu," tambahnya.

Jero optimistis pengusaha tambang mineral serentak akan mengikuti pemberlakuan larangan ekspor mineral. Jero mengakui, pengusaha akan gelisah pada tahap awal pemberlakukan undang-undang itu. Namun ke depan, dirinya yakin, pengusaha akan mengikuti pemberlakuan undang-undang tersebut. Selain itu, pembangunan smelter juga semakin cepat dilakukan.

"Konsekuensi 12 Januari 2014 bagus bagi negeri, sementara akan gaduh tentu karena pengurangan ekspor, awalnya ada perusahaan kelabakan," katanya.

Tags:

Berita Terkait