Kisah Para Srikandi Lulusan Fakultas Hukum yang Berkarier Selain Advokat
Berita

Kisah Para Srikandi Lulusan Fakultas Hukum yang Berkarier Selain Advokat

Terdapat berbagai profesi yang membutuhkan para lulusan sarjana hukum.

Mochammad Januar Rizki
Bacaan 3 Menit

Dia menjelaskan menjadi seorang jurnalis harus memiliki keinginan kuat mempelajari berbagai hal baru. Meski seorang lulusan sarjana hukum, Jasmin tetap mempelajari ilmu pengetahuan lain seperti ekonomi, jurnalistik hingga bahasa. “Lebih baik tahu banyak tapi sedikit daripada tahu banyak pada sedikit hal,” kata Yasmin.

Setelah berkarier sebagai jurnalis, Yasmin mengambil karier politik sebagai anggota partai. Dia mencalonkan diri sebagai anggota legislatif pada 2009 dan 2019. Untuk menunjang karier politiknya, dia menempuh pendidikan magister ilmu hukum tata negara.

Ada juga Astrid Wirajuda, seorang pengajar dan konsultan penerjemahan hukum. Astrid mengawali karier sebagai konsultan hukum pada firma hukum selama 10 tahun. Tanggung jawab sebagai seorang ibu yang membuat Astrid harus mengakhiri karier selain advokat. Dia memilih penerjemah hukum sebagai profesinya saat ini. Dia sudah menguasai tiga bahasa asing yaitu Inggris, Jepang dan Prancis.

“Mungkin sebagian besar tahu kerja di lawfirm sangat demanding, enggak jarang pulang pagi. Setelah punya tiga anak saya merasa enggak balance hidupnya. Itu turning buat saya. Tapi di sisi lain tetap ingin berkiprah di bidang hukum,” jelas Astrid yang sudah terdaftar sebagai penerjemah tersumpah ini.

Kemudian, ada juga Ratih Amri, Senior Vice President Mining and Minerals Industry Institute MIND ID (Holding BUMN Pertambangan). Dia mengatakan tugas utamanya yaitu mengkaji kebijakan pertambangan agar manfaatnya dapat dirasakan secara berkelanjutan.

“Saya tertarik join dalam policy research karena membentuk policy pada komoditas yang no renewable tapi tetap dirasakan secara sustainable. Sehingga jadi implementasi pasal 33 ayat 3 UUD 1945,” jelas Ratih, alumni FHUI Angkatan 1990.

Ratih menambahkan divisi riset kebijakan pada badan usaha masih belum umum diterapkan pada perusahaan swasta. Sehingga, dia mengatakan posisinya saat ini merupakan kesempatan untuk menggali ilmu baru. “Lingkup policy research itu unik enggak semua perusahaan ada ini. Baru BUMN yang saya yang tahu,” jelas Ratih.

 

Tags:

Berita Terkait