Kemenkumham Harus Lebih Transparan
Berita

Kemenkumham Harus Lebih Transparan

Kemenkumham dan Ditjen AHU tidak mempublikasikan laporan keuangan di situs kementerian.

HRS
Bacaan 2 Menit
Kemenkumham Harus Lebih Transparan
Hukumonline

Ahmad Alamsyah Saragih, mantan Ketua Komisi Informasi Pusat, menyebutkan Komisi Informasi Pusat telah melakukan monitoring terhadap Badan Publik Tingkat Pusat serta Badan Publik Pemerintah Provinsi pada 2012.Hasilnya, Kementerian Hukum dan HAM berada di posisi ke-25 untuk tingkat kepatuhan Badan Publik pusat pada tahun 2012.

Hal ini disampaikan Alamsyah saat seminar hukum Keterbukaan Informasi Publik Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum Menuju Reformasi Pelayanan Publik yang Berintegrasi di Jakarta, Kamis (12/9).

Untuk peringkat pertama, Komisi Informasi Pusat menunjuk Kementerian Perindustrian dengan skor yang mendekati angka 97. Posisi kedua dan ketiga, dipegang secara berturut-turut oleh BKKBN dan Kementerian Sekretariat Negara dengan skor 91-an. Ironisnya, Kementerian yang bergelut di bidang informasi dan komunikasi justru berada di posisi 10.

Monitoring dilakukan terhadap tiga hal, yaitu penunjukkan Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID); cakupan informasi berkala, dan ketersediaan informasi setiap saat. Penilaian utama berada di keberadaan PPID dan ketersediaan informasi berkala sebagaimana diatur dalam UU Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik (UU KIP).

Adapun alasan Komisi Informasi menempatkan Kemenkumham di peringkat ke-25 lantaran empat sebab. Pertama, Kemenkumham memang cukup baik dalam hal informasi terkait badan publik. Kemenkumham berhasil mencapai skor 22,5 dari skor maksimum 25. Namun, mengenai kategori informasi tentang kegiatan dan kinerja badan publik, Kemenkumham hanya mencapai skor 9,38 dari skor maksimum 25.

Begitu juga untuk informasi terkait dengan peraturan-peraturan. Kememkumham hanya mencapai skor 18,75 dari skor maksimum 25. Sedangkan terkait informasi laporan keuangan, Kemenkumham mendapatkan nilai 0 karena kementerian tidak mempublikasikan informasi tersebut.

Khusus untuk Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum, Alamsyah memberikan skor tidak lebih dari 50, yaitu hanya  44,22 dari 100 untuk Direktorat Jenderal Administrasi Hukum Umum. Angka cukup rendah ini diberikan karena Ditjen AHU banyak belum memenuhi UU KIP, seperti ketersediaan informasi berkala.

Untuk itu, Alamsyah memberikan beberapa catatan penting untuk diperhatikan Ditjen AHU. Ditjen AHU harus memperhatikan informasi mengenai kegiatan kinerja badan publik seperti ringkasan laporan akses informasi publik dan tata cara pengaduan penyalahgunaan wewenang atau pelanggaran yang dilakukan oleh pejabat badan publik. Sebab, untuk kategori ini, Ditjen AHU hanya mencapai skor 3,13.

Begitu juga dengan informasi mengenai laporan keuangan dan peraturan perundang-undangan. Ditjen AHU sama sekali tidak menampilkan informasi ini di situs kementerian. Alhasil, Alamsyah memberikan angka 0.

“Meskipun tingkat pemenuhan Ditjen AHU baru mencapai 44,22, belum ada sengketa informasi terkait dengan tugas dan fungsi Ditjen AHU,” tutur Alamsyah.

Menambahkan pendapat Alamsyah, Ketua Ombudsman RI Danang Girindrawardana, mengatakan membaiknya pelayanan publik akan sejalan dengan kualitas penyelenggaran pemerintahan yang bersih dari korupsi. Apabila pendekatan terhadap hak publik dapat terwujud dengan baik, reformasi birokrasi dapat membentuk tiga trisula pembangunan bangsa Indonesia, yaitu meningkatnya kualitas pelayanan publik, pemerintah yang bersih dan bebas KKN, dan meningkatnya kapasitas dan akuntabilitas kinerja birokrasi.

Saat ini, Indonesia telah membuat undang-undang yang memberikan jalan agar pemerintah tidak lagi menjadi pemain tunggal dalam membangun bangsa. Antara lain UU No. 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, UU No.37 Tahun 2008 tentang Ombudsman Republik Indonesia, UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik, dan UU No.12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan.

Kendati demikian, Danang masih mempertanyakan implementasi undang-undang tersebut. Soalnya, pemerintah masih terlihat bermain sendiri dan publik masih belum memiliki kesadaran penuh untuk berpartisipasi.“Untuk para birokratnya, maukah kita mengubah diri,” pungkas Danang.

Menanggapi peringkat ini, Direktur Jenderal Administrasi Hukum Umum Aidir Amin Daud hanya menjawab singkat. Direktorat akan segera memperbaiki raport kuning tersebut. “Ya kita akan memperbaikinya,” ucapnya usai seminar.

Tags:

Berita Terkait