Kelangkaan Komoditi Pangan Faktor By Design
Berita

Kelangkaan Komoditi Pangan Faktor By Design

Diduga keterlibatan penyelenggara negara yang mendukung terciptanya kartel produk pangan.

INU
Bacaan 2 Menit

Terkait kelanggkaan dua komoditas utama bagi kuliner Indonesia, Yasin mengatakan, secara teori, kenaikan harga komoditas pangan disebabkan tiga hal. Karena faktor psikologis, gagal panen, dan faktor supply and demand. “Tidak ada distorsi harga akibat ketiga faktor tersebut,” tegasnya.

Pernyataan Yasin justru membingungkan Enny. Menurutnya, teori ekonomi apapun akan menjelaskan harga komoditas dipengaruhi oleh supply and demand. “Tak ada permintaan besar dari dalam negeri dan tak ada distorsi harga, mengapa pasokan seret hingga harga terkerek hampir 100 persen dalam dua pekan?”

Fadli lalu mencurigai kelangkaan ini bukan karena disebabkan oleh kendala teknis. Namun, dibuat sedemikian rupa. Dia mencurigai tindakan semacam ini dilakukan para pemburu rente agar memperoleh keuntungan besar.

Semisal, tertahannya sejumlah kontainer berisi bawang merah impor di Pelabuhan  Tanjung Perak. Fadli mengutarakan berdasarkan kabar yang dia dapat, sejak awal 2013 Ditjen P2HP telah menyetujui Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) berdasarkan Permentan No.60/Permentan/OT.140/9/2012. “Namun tak juga ditandatangani Menteri Pertanian Suswono sehingga importir nekat impor bawang merah,” paparnya.

Importir mengandalkan Surat Persetujuan Impor (SPI) yang dikeluarkan Menteri Peragangan Gita Wirjawan. Padahal, RIPH menjadi landasan Mendag menandatangani SPI.

Fakta tersebut, menurut Fadli menindikasikan kelangkaan dua komoditas holtikultura tersebut memang diatur sedemikian rupa. “Ini menjadi wilayah penegak hukum untuk karena pengaturan semacam ini tak mungkin tak melibatkan penyelenggara negara,” tukasnya.

“Kejadian di Tanjung Perak mengindikasikan adanya kartel, karena sudah ada permainan perizinan sekaligus menunjukkan tak ada kebijakan jitu pemerintah dalam hal keamanan pangan,” timpal Enny.

Tags: