Kalau Harga LPG Tak Naik, Pertamina Terus Merugi
Berita

Kalau Harga LPG Tak Naik, Pertamina Terus Merugi

Dianggap bukan waktu yang tepat.

RSP
Bacaan 2 Menit
Kalau Harga LPG Tak Naik, Pertamina Terus Merugi
Hukumonline

Pertamina akan terus mengalami kerugian jika harga liquid petroleum gas alias elpiji (LPG) tidak naik. Hingga kini usulan Pertamina untuk menaikkan harga elpiji 12 kilogram belum terealisasi.

Vice President Corporate and Communication Pertamina, Ali Mundakir, mengatakan Pertamina masih melakukan evaluasi untuk menentukan waktu kenaikan yang tepat. Tetapi Ali Mundakir menegaskan Pertamina akan terus mengalami kerugian kalau harga elpiji tak naik. Pada periode 2012 saja, kata Ali, Pertamina sudah mengalami kerugian Rp5,2 triliun. Kerugian itu timbul karena besarnya subsidi yang harus ditanggung, yakni Rp3.500 per kilogram (kg).

Bagi Pertamina, elpiji 12 kg seharusnya tak masuk yang disubsidi. Akibat subsidi itu Pertamina merugi, sesuai yang hakikatnya dilarang dalam UU Badan Usaha Milik Negara. Ia meminta agar status elpiji 12 kg diperjelas, apakah barang subsidi atau tidak.  “Mengenai gas elpiji 12 kg tersebut harus jelas, apakah akan menjadi barang subsidi atau gimana,” ungkap Ali kepada hukumonline di sela acarapencapaian eksplorasi tahun 2012 dan proyeksi eksplorasi 2013 Pertamina EP, di Jakarta, Kamis, (07/3).

Sebelumnya, Menko Perekonomian Hatta Rajasa mengatakan momentum kenaikan harga elpiji tidak tepat. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Jero Wacik malah menyarankan agar Pertamina melakukan subsidi silang untuk menekan kerugian.

Pernyataan pemerintah itu membuat Pertamina melakukan evaluasi Menurut Ali, kenaikan harga akan memertimbangkan waktu yang tepat. Jadi, waktu pasti kenaikan belum ada. Pertamina masih menunggu sikap resmi Menko Perekonomian dan Menteri BUMN atas usulan kenaikan itu.

"Kami memahami concern pemerintah. Kami akan evaluasi rencana kenaikan ini dengan timing yang tepat untuk menaikkan", imbuhnya.

Sebenarnya Pertamina memperkirakan kenaikan pada kuartal pertama tahun 2013. Tetapi tampaknya Pertamina masih harus menahan diri Apalagi jika isu kenaikan harga elpiji dihubung-hubungkan dengan politik menjadi pesta demokrasi di 2014.

Ali Mundakir mengakui situasi ini tentu sangat tidak menguntungkan bagi Pertamina, karena sebagai entitas bisnis Pertamina harus memiliki dana untuk mengembangkan bisnisnya. 

Situasi ini berbeda dengan perusahaan migas nasional negeri tetangga Petronas, yang menurut ekonom Darmawan Prasodjo hampir 70 persen keuntungannya diinvestasikan kembali dalam bentuk belanja modal (capital expenditure). Pertamina sebaliknya. Selain hanya sebagian kecil yang diinvestasikan kembaliPertamina masih harus menanggung beban pajak dan subsidi seperti penjualan gas elpiji 12 kg.

Tags: