KADIN Pesimis Sambut Masyarakat Ekonomi ASEAN
Utama

KADIN Pesimis Sambut Masyarakat Ekonomi ASEAN

Suku bunga kredit bank terlalu tinggi sehingga industri dalam negeri menghadapi kondisi yang tidak sama dengan pesaing dari negara lain.

M Vareno Tarnes
Bacaan 2 Menit

 

"Tingginya suku bunga kredit bank mengakibatkan biaya dana atau cost of fund yang harus dibayar sektor riil relatif mahal sehingga tidak bisa bersaing dengan produk impor yang suku bunga kredit bank domestik sudah di bawah 10 persen," tuturnya.

 

Ketua KPPU, Nawir Messi menjelaskan, ketika BI Rate stabil di kisaran 6 persen hingga 7 persen, besaran suku bunga kredit idealnya bisa di bawah 10 persen. Namun, anomali masih saja terjadi, suku bunga kredit secara umum masih berada di atas 10 persen.

 

Selain itu, Nawir menuturkan, juga terdapat permasalahan dalam penetapan suku bunga kredit, di mana beberapa faktor seperti transparansi struktur biaya, premi risiko, serta ekspektasi inflasi juga diduga berperan dalam tingginya suku bunga kredit perbankan.

 

Nawir berjanji, lembaganya akan terus memonitor pergerakan suku bunga kredit dan memikirkan kebijakan lain khususnya yang terkait dengan penegakan hukum dan advokasi kebijakan. KPPU juga tetap berupaya mengintensifkan pembicaraan dengan Bank Indonesia agar mendapat informasi lebih spesifik mengenai produk perbankan serta profil tingkat persaingannya.

 

Terpisah, Ketua Umum Perhimpunan Bank Umum Nasional (Perbanas), Sigit Pramono, menegaskan tingginya suku bunga kredit bukan hanya karena kebijakan bank. Ada beberapa faktor lain yang mempengaruhi.

 

“Misalnya soal tingginya bunga deposito yang saat ini masih tinggi. Persoalannya kan bunga deposito tidak bisa lebih rendah dari tingkat inflasi (sekitar 7 persen),” katanya via telepon pada hukumonline.

 

Selain itu, Sigit menandaskan sektor industri juga perlu mengevaluasi diri. “Apakah memang sudah siap bersaing secara kualitas dibanding industri di negara lain,” pungkasnya.

 

Tags: