Jerit Konsumen di Balik Gurita Bisnis Pinjaman Online
Feature

Jerit Konsumen di Balik Gurita Bisnis Pinjaman Online

Narasi jebakan batman nampaknya cocok jika disandingkan dengan beberapa peristiwa terkait pinjol yang terjadi belakangan ini. Minimnya literasi membuat masyarakat tanpa ragu terperangkap dalam jebakan dan iming-iming syarat yang ringan, proses pencairan dana yang singkat, bunga rendah yang ditawarkan oleh pinjaman online.

Fitri Novia Heriani
Bacaan 9 Menit

Hal yang mengerikan dan dia takutkan pun akhirnya terjadi dua bulan kemudian, tepatnya September lalu. Di mana secara halus dia diminta oleh atasannya untuk mengundurkan diri dari pekerjaannya. “Ya aku paham. Jadi karena ada telepon dari DC yang gak berhenti-berhenti ke nomor kantor, itu dianggap mengganggu. Akhirnya aku resign dari kantor,” ungkap GL yang saat itu bekerja di salah satu bank swasta di kawasan Depok.

Hukumonline.com

Contoh penawaran pinjaman online. Foto: RES

Rentetan kejadian yang GL alami memukul mentalnya. Dia sulit mengontrol emosinya, sering meratap, hingga secara tak sadar melampiaskan segala beban batinnya kepada putri kecilnya yang masih berusia 3 tahun. Dalam hati GL terus menyalahkan dirinya sendiri atas apa yang terjadi, apalagi setelah kehilangan pekerjaan, dengan apa dia akan melunasi seluruh pinjamannya itu? Di sisi lain, GL mengaku dipersulit oleh perusahaan untuk mendapatkan hak nya sebagai karyawan yang sudah bekerja selama delapan tahun. “Jadi saat aku resign, aku benar-benar gak dapat apa-apa, nol,” akunya sedih.

Pada puncak putus asa, GL pun nyaris mengakhiri hidupnya. Kepalan jemarinya sudah menggenggam sebuah gunting yang siap dia hujamkan ke bagian tubuhnya. Beruntung, dia masih memiliki partner hidup yang terus mendukung dirinya dalam keadaan terburuk sekalipun.

“Syukurnya aku punya suami yang full support, jadi waktu lihat itu suami bilang “Yang, kamu ngapain begitu.” Kadang aku kasihan juga sama anak aku, jadi pelampiasan. Dan baru kali ini aku berani cerita sambil ketawa, sebelumnya gak bisa,” kenang GL dengan mata yang berkaca-kaca.

Kini GL tengah berusaha menata hidupnya kembali setelah porak-poranda. Meski masih mendapatkan beberapa teror dari DC pinjol yang belum dilunasi, GL sudah mempersiapkan mentalnya. Dia sadar apa yang sudah dia lakukan adalah sebuah kesalahan, dan dia siap untuk mempertanggung jawabkan apa yang dia lakukan. GL berjanji akan tetap melunasi segala tagihannya yang mencapai puluhan juta dengan cara mencicil sedikit demi sedikit. 

Pengawasan yang Lemah

Pinjaman online atau yang disebut juga dengan fintech P2P Lending mulai hidup dan berkembang di Indonesia sejak 2016 silam. Mengutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam kurun waktu 7 tahun, kurang lebih 101 P2P Lending yang beredar sudah terdaftar dan berizin. Jumlah ini selalu mengalami perubahan sewaktu-waktu, karena dalam beberapa kasus OJK mencabut izin atau ada aplikasi pinjaman online yang bangkrut.

Sekadar gambaran, pada P2P Lending, untuk pertumbuhan outstanding pembiayaan di September 2023 terus melanjutkan peningkatan menjadi 14,28 persen yoy (Agustus 2023: 12,46 persen), dengan nominal sebesar Rp55,70 triliun. Tingkat risiko kredit macet secara agregat (TWP90) dalam kondisi terjaga dan terus membaik menjadi 2,82 persen (Agustus 2023: 2,88 persen). Data ini dipublikasikan oleh OJK dalam konferensi pers, Senin (30/11).

Tags:

Berita Terkait