Ia menekankan bahwa jangan terbutakan oleh materi yang dihasilkan dalam penanganan satu perkara. Mulailah berpikir bahwa profesi ini akan bisa dikerjakan dan berlangsung panjang hingga nanti. “Uang banyak di awal tapi apalah artinya kalau saat itu langsung habis dan selesai. Kalau bisa kan kita ingin kerja itu panjang masanya,” ujar kurator domisili Kota Surabaya ini.
Sejak resmi menjadi kurator pada 2019 silam, Hery tidak serta merta langsung memilih kurator sebagai spesialisasi yang ia tekuni saat ini. Ia memulainya dari perkara-perkara baik non litigasi maupun litigasi lainnya terlebih dahulu.
Baginya semakin banyak jam terbang maka akan bisa menentukan seorang advokat dapat memilih spesialisasi yang cocok baginya. Ia pun tidak merekomendasikan seorang advokat yang mendapat izin beracara melalui ujian advokat langsung mengambil spesialisasi sebagai kurator.
“Sangat tidak disarankan lulus ujian advokat langsung ambil spesialisasi ini. Berpraktik sebagai advokat dulu, nikmati dulu, karena strategi menangani suatu kasus itu dilihat dari praktiknya,” terangnya.
Saat berpraktik sebelum memiliki spesialisasi, seorang advokat bisa meraba-raba kekhususan mana yang akan dipilihnya. Bisa jadi, keinginan sejak awal ingin menjadi kurator tetapi terpatahkan dengan spesialisasi advokat lainnya yang lebih cocok. “Saat ada di level junior lawyer ambillah perkara sebanyak mungkin selesaikan case yang ada. Ketika sudah tahu standar menyelesaikan case itu, nah nanti pasti ketemu passion-nya di situ,” ujarnya.
Sebelum berkarir di Kota Surabaya, Hery mengawali karirnya di kantor hukum Jakarta. Dinamika penyelesaian perkara antar pihak-pihak “raksasa” di Jakarta membuatnya terlatih berhadapan dengan persoalan rumit. “Berpraktiklah sebanyak mungkin, berproses dari situ,” pungkasnya.