Saat itulah tim penyidik KPK melakukan penangkapan terhadap Ardi dan dilanjutkan ke dalam kediaman Rudi. Di dalam rumah Rudi tersebut, KPK menemukan uang sebesar AS$400 ribu. Tak berselang beberapa lama kemudian, KPK juga menangkap Simon di apartemennya.
Setelah dilakukan serangkaian pemeriksaan, KPK melanjutkan dengan menggeledah rumah Rudi dan kediaman Ardi. Dari penggeledahan tersebut, selain AS$400 ribu, kemudian KPK mendapati uang AS$90 ribu dan Sing$127 ribu di kediaman Rudi. Sedangkan di kediaman Ardi di kawasan Pasar Minggu, KPK menemukan uang AS$200 ribu.
KPK menduga, pemberian uang sebesar AS$400 ribu kepada Rudi merupakan kali kedua. “Kami menduga AS$400 ribu itu adalah pemberian kedua. Makanya harus diklarifikasi dengan proses penyidikan, akan didalami. Makanya ditemukan uang lain lagi saat penggeledahan,” kata Bambang.
Selain ketiga tersangka, KPK juga membawa serta dua orang satuan tugas pengamanan (satpam) kediaman Rudi dan supirnya untuk diperiksa. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan dari enam orang tersebut, hanya tiga yang ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus ini.
Sayangnya, Bambang tak menjelaskan secara rinci motif dari pemberian uang terhadap mantan Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) ini. Alasannya lantaran proses penangkapan ini masih dalam tahap penyidikan dan masih terbuka untuk dikembangkan lagi. “Kalau diungkap dengan cukup telanjang, khawatir proses penyidikan KPK ke depan akan terhambat. Sebaiknya tidak diberitahukan rinci sekali,” katanya.
Bambang belum bisa memastikanapakah perusahaan KOPL bisa dijerat pasal dalam UU Tipikor atau tidak. “Belum bisa memastikan apakah korporasi akan jadi subjek hukum dalam tindak pidana ini, masih didalami,” katanya.
Ketua Komisi Pengawas SKK Migas Jero Wacik mengaku kaget akan penangkapan itu. Jero juga mengaku peristiwa ini membuktikan pengawasan belum berfungsi maksimal dan dia menyatakan komisi kebobolan.