Jadi Managing Partner, Erwandi Lanjutkan HHP Jadi Kantor Hukum Modern
Berita

Jadi Managing Partner, Erwandi Lanjutkan HHP Jadi Kantor Hukum Modern

Prioritas utama adalah lawyer dan pendukung di firma tersebut.

RIA
Bacaan 2 Menit
Managing Partner HHP, Erwandi Hendarta. Foto: Linkedin (Edit)
Managing Partner HHP, Erwandi Hendarta. Foto: Linkedin (Edit)

Terhitung sejak 1 Juli 2015 Hadiputranto, Hadinoto & Partners (HHP) memiliki Managing Partner baru, yaitu Erwandi Hendarta. Senior Partner yang juga merupakan Head of Project and Finance team ini dipercaya memegang peran yang sebelumnya dipegang oleh Wimbanu Widyatmoko.

Posisi ini mulai ditempati oleh Erwandi tepat empat tahun setelah Wimbanu mendudukinya. “Di sistem kita (HHP, red) itu, karena kita partnernya banyak ya, sehingga kita berlaku sistem rotasi. Gantian gitu managing partnernya itu,” ujar Erwandi saat dihubungi, Rabu, (8/7).

Diakui Erwandi memegang peran Managing Partner di suatu law firm bukan lah hal yang mudah. Pasalnya di samping mengurusi hal manajerial, Managing Partner tetap lah seorang lawyer yang berpraktik. Erwandi sendiri masih memimpin project and finance team yang digawangi bersama dengan 35 lawyer lainnya.

Meski begitu, sebut lulusan Fakultas Hukum Universitas Airlangga (FH UNAIR) ini, menjadi satu keuntungan bagi dirinya tetap bisa berpraktik. Selain karena alasan berpraktik sebagai lawyer adalah passionnya, dengan berpraktik ia pun dapat mendengarkan keinginan klien secara langsung.

“Dengan saya practicing lawyer, dengan saya berhubungan dengan klien, saya jadi tetap up to date. Apa sih yang diinginkan oleh klien? Sehingga hal itu akan mendukung peran saya sebagai managing partner,” tuturnya.

Berbekal gelar MBA dari Boston University, Amerika Serikat, Erwandi yang sebelumnya pernah mencecapi profesi banker ini ingin melanjutkan pembangunan HHP sebagai kantor hukum modern. “Nah istilah modern itu bisa dilihat dari beberapa segi. Tentunya segi yang paling penting adalah bagaimana kita memanage our people,” ujarnya.

Yang dimaksud dengan our people itu ada dua macam, tukas Erwandi. Dijelaskan olehnya, ada orang-orang di garis depan, yaitu lawyer, yang fungsinya menghadapi klien. Jenis kedua adalah supporting staff; orang-orang back office.

“Jadi kalau saya lihat tuh suatu manajemen law firm yang modern harus punya dua sisi seperti mata uang. Satu sisi adalah lawyer yang front end di line depan untuk berhadapan dengan klien. Tapi di belakang itu kalau tidak ada support staff, yang sisi sebaliknya, maka kita ngga bisa jadi law firm yang modern,” ucap Erwandi.

Hal ini juga dirasakan Erwandi sebagai sebuah tantangan yang harus dilaluinya. Bagi Erwandi tantangan terbesar dipercaya menjadi seorang managing partner adalah bagaimana mengelola secara seimbang antara front end dengan back end.  Karena kalau salah satu nggak imbang, itu bisnisnya ngga bisa berkembang, tukasnya.

“Front end-nya hebat-hebat, tapi back end-nya ngga bisa menangani, IT nya sering bermasalah, itu juga jelek. Jadi buat saya tantangan terbesar itu bagaimana mengelola front end dan back end secara seimbang. Kalau rodanya seimbang jalannya lebih mulus,” disampaikan oleh Erwandi.

Tantangan lain yang juga harus dijawabnya adalah bagaimana membuat orang-orang yang berada di dalam HHP selalu merasa tertantang untuk memberikan yang terbaik.

“Karena orang kalau merasa tertantang itu, mereka akan perform dengan sendirinya,” imbuh Erwandi.

Langkah dan Strategi
‘People’ sebagai prioritas utama untuk terus membangun kantor hukum modern dan menjadi yang terbaik, Erwandi menyampaikan yang akan menjadi perhatiannya adalah mengenai proses rekrutmen, terutama rekrutmen lawyer.

“Rekrutmen itu sangat penting sekali. Nah setelah ketika rekrut, sisi yang lebih lanjut haruslah ada training and development,” kata Erwandi.

Erwandi menjelaskan untuk rekrutmen lawyer yang pertama adalah persyaratan yang teknis. Persyaratan teknis itu yang kita lihat at least ada dua, ujar Erwandi, yaitu kemampuan berbahasa asing dan pengetahuan hukum.

“Tapi dari segi teknis saja tidak cukup. Karena yang non teknis itu buat saya lebih penting. Dan itu yang bisa membuat suatu law firm itu menjadi yang the best. Segi non teknis itu adalah passion. Ini keliatannya klise ya, tapi itu kalau kita lihat di dalam HHP, itu semua yang kita rekrut orang-orangnya seperti itu. Mereka punya passion,” tegasnya.

Tags:

Berita Terkait