Di sisi kiri dan kanan podium yang bertaburkan cahaya itu terpampang layar berukuran besar yang memungkinkan para undangan yang berada jauh di belakang dapat melihat dengan jelas siapa yang tampil di depan. Dari kedua layar itu para undangan juga dapat mengetahui siapa-siapa saja yang duduk di deretan VVIP.
Selain para pengurus inti Peradi dan ketiga pimpinan lembaga penegak hukum, di deretan itu tampak pula Ketua Komnas HAM Abdul Hakim Garuda Nusantara, advokat senior Adnan Buyung Nasution.
Melalui layar itu pula logo Peradi untuk pertama kali diperkenalkan. Logo bertuliskan PERADI dengan huruf kapital berwarna biru yang bernuansa futuristis. Jika diperhatikan, logo tersebut mengingatkan kita pada poster film sains fiksi T3: Raise of the Machine yang diperankan oleh Arnold Schwarzeneger.
Bagaimanapun, logo ini cukup menarik karena agak berbeda dengan yang lazim dipakai oleh organisasi advokat yang ada sekarang yang tidak bisa jauh dari ikon timbangan.
Setelah itu, sesi berikutnya adalah perkenalan satu-persatu para pengurus Peradi periode 2005-2010 kepada khalayak. Satu demi satu foto para pengurus mulai dari Ketua Umum hingga wakil bendahara ditayangkan di kedua layar besar lengkap beserta riwayat hidup ringkas masing-masing. Tiap-tiap nama yang diperkenalkan kemudian maju ke atas panggung hingga akhirnya genap 18 pengurus Peradi berdiri berjejer menghadap ke para undangan.
Tabel: Susunan Pengurus Peradi Periode 2005-2010
Ketua Umum | Otto Hasibuan |
Wakil Ketua Umum | H. Indra Sahnun Lubis |
Ketua I | Denny Kailimang |
Ketua II | Drs. J.B. Hariyanto |
Ketua III | Trimedya Panjaitan |
Ketua IV | Fred B.G. Tumbuan |
Ketua V | Drs. Taufik |
|
|
Sekretaris Jenderal | Harry Ponto |
Wakil Sekjen | H. Abd Rahim Hasibuan |
| Teguh Samudera |
| Elza Syarief |
| Hasanuddin Nasution |
| Hoesein Wiriadinata |
|
|
Bendahara Umum | H.M. Luthfie Hakim |
Wakil Bendahara Umum | Julius Rizaldi |
| Sugeng Teguh Santoso |
| Drs. Nur Khoirin |
Barisan pengurus Peradi yang berada di atas panggung pun seketika itu dihujani oleh kilatan blitz para fotografer dan tak ketinggalan tepukan meriah dari para undangan.
Sementara, para advokat yang kebetulan duduk di barisan paling belakang pun sibuk ngerumpi sambil mengeluarkan satu-dua celetukan. Salah seorang advokat mengomentari pemandangan yang ia lihat di podium, Inilah pengurus yang memilih dirinya sendiri, yang kemudian disambut dengan senyum dari orang-orang di sebelahnya.
Sebagai salah seorang pengurus pusat salah satu organisasi advokat terbesar, ia tahu benar bagaimana proses penentuan susunan kepengurusan Peradi. Kepengurusan Peradi memang tidak ditentukan melalui proses pemilihan yang demokratis, sebagaimana pernah diakui pula oleh Ketua Asosiasi Advokat Indonesia (AAI) cabang Jakarta Humphrey R. Djemat. Mereka ditentukan semata-mata berdasar atas konsesus para ketua umum delapan organisasi advokat.
Belum selesai disusun
Kembali lagi ke acara Kamis malam, di akhir acara Otto menegaskan kepada wartawan bahwa acara itu tak lebih dari upacara perkenalan. Apakah ini deklarasi Peradi? Bukan, kata Otto. Sebab, deklarasi Peradi sudah dilakukan pada 21 Desember lalu.
Lebih jauh, dari ucapan Ketua Umum DPP Ikatan Advokat Indonesia (Ikadin) itu terungkap bahwa anggaran dasar Peradi masih belum selesai disusun. Tinggal finalisasi saja. Tidak ada kendala apa-apa, hanya karena waktunya mepet saja, ujarnya.
Fakta ini tentu saja cukup mengejutkan. Pasalnya, lebih kurang seminggu sebelum acara ini digelar, Ketua I Peradi Denny Kailimang mengatakan bahwa saat di-launch pada 7 April, ia menjamin Peradi akan hadir secara sempurna sebagai sebuah organisasi yaitu lengkap dengan anggaran dasar yang telah disahkan.
Tapi, mungkin hal itu terjadi karena para pengurus Peradi sudah cukup sibuk dengan pekerjaannya--atau organisasinya--masing-masing sehingga tidak sempat mengurusi hal yang bisa dikatakan paling vital dari wadahnya sendiri.
Tapi, apalah artinya sebuah anggaran dasar ketimbang sorotan lampu serta kilatan blitz dari para pewarta. Semuanya pulang dengan senyum tersungging di wajah masing-masing. Semoga saja para pengurus Peradi tidak melupakan salah satu nasehat yang disampaikan oleh Ketua MA saat memberikan sambutan, persatuan wadah advokat ini adalah keinginan yang lama terpendam yang disertai harapan-harapan besar. Di pihak lain ada juga rasa khawatir persatuan ini sekadar kebanggaan sesaat tanpa peduli masa depan yang akan terjadi.
Acara yang dipandu oleh selebritis mantan None Jakarte Alya Rohali itu diawali dengan menyanyikan lagu Kebangsaan Indonesia Raya yang kemudian diikuti dengan pembacaan sambutan dari Sekretaris Jenderal Harry Ponto dan Ketua Umum Peradi Otto Hasibuan.
Setelah itu, giliran Jaksa Agung Abdul Rahman Saleh, Menteri Hukum dan HAM Hamid Awaluddin, dan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan tampil memberikan kata sambutan di depan podium.