Investor Diminta Tak Khawatir Soal Regulasi
Berita

Investor Diminta Tak Khawatir Soal Regulasi

Berbagai macam risiko yang muncul sudah diantisipasi pemerintah.

FAT
Bacaan 2 Menit
Investor Diminta Tak Khawatir Soal Regulasi
Hukumonline

Salah satu tantangan bagi Indonesia sekarang adalah menarik investor, baik lokal maupun asing. Berbagai cara dilakukan pemerintah untuk menarik investor, termasuk dalam membuat kebijakan. Bahkan, sejumlah sektor yang selama ini tertutup bagi investor asing, kini dibuka bahkan dapat dikelola hingga 100 persen oleh asing.

Sejumlah pemangku kepentingan mulai membiasakan diri terhadap kebijakan yang baru diputuskan pemerintah tersebut. Salah satunya adalah PT Bank Mandiri (Tbk) dengan menggelar acara investment forum 2013. Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Muliaman D Hadad mengatakan, acara ini bermaksud untuk menyampaikan ke publik bahwa situasi ekonomi Indonesia dalam keadaan baik.

“Artinya kita sudah antisipasi berbagai macam risiko yang muncul sebagai kelanjutan dari berbagai macam ketidakpastian yang ada,” kata Muliaman di Jakarta, Senin (11/11).

OJK sendiri, kata Muliaman, akan terus fokus terhadap hal-hal yang fundamental. Misalnya di sektor pasar modal, OJK akan terus berupaya untuk memberikan kontribusi yang baik, seperti memberikan variasi kemudahan berinvestasi bagi investor sehingga akan lebih banyak perusahaan yang melakukan Initial Public Offering (IPO).

Variasi tersebut mencakup payung hukum yang memadai dengan tujuan arus investasi yang masuk dan keluar di pasar modal sehingga tak mengganggu investasi. Meski begitu, cara-cara untuk menarik investor bukanlah tugas dari sebuah lembaga saja. Menurutnya, seluruh stakeholder wajib berkerjasama untuk mewujudkan bahwa investasi bisa dilakukan dengan baik.

“Tapi hal-hal seperti ini tak bisa diselesaikan dalam satu hari. Jadi kita harus mulai, tetapi ini pekerjaan rumah yang mestinya dari kemarin-kemarin kita lakukan sehingga makin lama kita makin punya daya tahan,” ujar Muliaman.

Direktur Utama Mandiri Budi Gunadi Sadikin mengatakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia tidak begitu tinggi lantaran tengah mengalami krisis ekonomi. Atas dasar itu, pertumbuhan ekonomi diperkirakan akan berada di angka 5-5,5 persen. Meski mengalami krisis, namun krisis saat ini masih lebih baik dari krisis-krisis sebelumnya. Sebagaimana diketahui, Indonesia pernah mengalami krisis seperti tahun 1998-1999, 2005 dan 2008.

Budi mengatakan, meski Indonesia beberapa kali pernah mengalami krisis ekonomi, namun perekonomiannya masih tetap bangkit. Salah satunya berada di sektor perbankan, yang terus berkembang meski kondisi ekonomi belum stabil. “Kita punya banyak perbankan dan regulator. Meskipun krisis kita masih bisa bertahan. Saya mau mengatakan bahwa Indonesia bisa belajar dari krisis ekonomi yang lalu-lalu,” katanya.

Ia berharap, investor asing maupun lokal tidak khawatir dalam menanamkan modal di Indonesia. Menurut Budi, berdasarkan pengalaman yang pernah terjadi, Indonesia masih tetap bertahan dalam menghadapi kondisi ekonomi yang tak stabil. “Untuk itu jangan khawatir dengan Indonesia, dengan pasar sebesar ini masih akan menjanjikan bagi para investor, Bank Mandiri siap memfasilitasi itu,” ujarnya.

Menteri BUMN Dahlan Iskan berharap agar para pelaku usaha tak tertipu dari data statistik angka pertumbuhan ekonomi yang ditargetkan. Menurutnya, data statistik tersebut hanya boleh dijadikan patokan bagi pengusaha dalam mengukur capaiannya. Mengenai hal ini, para pelaku usaha harus berambisi agar angka pertumbuhan usahanya tumbuh di atas rata-rata yang ditargetkan pemerintah.

“Tetapi, para pengusaha jangan sampai tertipu dengan angka statistik ini. Pengusaha jangan hanya mengharapkan bisa mencapai angka rata-rata, tetapi harus bisa di atas rata-rata,” kata Dahlan.

Lebih jauh Dahlan mengungkapkan, salah satu faktor yang membuat kinerja perusahaan tumbuh adalah karyawan pada level operatir yang cerdas dan cekatan. Karyawan ini memiliki peran penting dalam menyikapi dinamika perekonomian yang tengah terjadi. Menurutnya, dengan adanya karyawan di level operator yang profesional seperti ini, perusahaan tak perlu lagi menonjolkan keunggulan teoritis dari para konseptor.

“Karena, kunci dari peningkatan pertumbuhan perusahaan ada di level menengah, di tingkat operator. Bukan konseptor. Memang banyak di level atas yang hebat di saat diskusi atau seminar, tetapi bukan itu yang diperlukan,” pungkasnya.

Tags:

Berita Terkait