Apalagi di era digitalisasi, lawyer dihadapkan pada tantangan-tantangan yang berbeda, misalnya keberadaan Artificial Intelligence (AI) dan ChatGPT serta teknologi computerized yang dapat membantu pekerjaan lawyering. Kemajuan teknologi ini, lanjut Nini, niscaya tidak bisa untuk dihindari. Namun dia mengingatkan bahwa produk digital itu sebaiknya hanya digunakan sebagai alternatif atau men-support pekerjaan lawyer.
Kemudian tantangan lainnya adalah kerja keras dan berpikir cepat. Hal itu pula yang kerap ia ingatkan kepada younger lawyer di HHR. Dia menegaskan bahwa kerja keras merupakan suatu yang hakiki, namun dia berharap lawyer muda jangan terbentur pada kata kerja keras.
Nini dan pheo sudah melakukan beberapa hal sebagai upaya persiapan estafet kepemimpinan jika suatu saat mereka memutuskan untuk pensiun.
Untuk itu Nini berupaya menjadi contoh kepada lawyer muda. Kendati untuk melaksanakan peran itu, dia dihadapkan pada tantangan perubahan zaman yang menuntut adaptasi dengan cepat, mengubah pola pikir dan me-manage emosi yang sudah tidak lagi sama.
“Kita mau cetak orang-orang HHR, kita harus beri ilmu, dan kami nggak bisa pelit dengan ilmu. Biarkan mereka mengunyah dan mereka implementasikan pekerjaannya. Kita sudah adakan training satu tahun, kita atur kurikulum level 1 sampai senior associate, di sini juga ada jenjang karier level 1 sampai senior associate, sampai partner. Dan jenjang karier terbuka,” pungkasnya.